Ketika badan ini mulai lelah dan mata telah merengek untuk dipejamkan, aku menghela nafas sebentar sambil mengingat waktu-waktu yang telah berlalu. Syukur atas waktu-waktu dengan segala ceritanya yang terangkai dalam kisah hidup ini. Kembali kuingat perjalanan hari ini. Kuingat kembali rasa yang telah ada dan akan selalu ada. Kuingat kegelisahan yang menjadikanku hidup. Dan kuakrabi kembali kesalahan demi kesalahan yang tak terelak. Semua itu adalah simphoni hidup yang penuh warna.
Syukur atas apa yang telah berlalu, yang kini tengah berlangsung dan apa yang akan terjadi. Dalam cerita-cerita itu, selalu ada damai, kegelisahan, suka duka, gembira, kerinduan, kecemasan dan berbagai macam hal lainnya. Itu semua datang silih berganti. Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing rasa itu tinggal dalam realitas diri, semuanya memiliki peran yang penting. Namun kadang orang begitu akrab dengan kesalahan dan kegagalan. Buktinya, ketika kesalahan dan kegagalan itu datang menghampiri, bekasnya akan terus ada, meski sebenarnya mereka juga tidak akan ada selama mungkin di dalam kehidupan seseorang. Kegagalan dan kesalahan itu seperti luka-luka pada tubuh, yang akan sembuh, meski meninggalkan bekas luka. Apa maksud semuanya itu? Mengapa harus ada kesalahan dan kegagalan? Mengapa Tuhan tidak membuat hidup kita ini mulus tanpa ada bekas luka akibat kesalahan dan kegagalan?
Meski ada peran dari kesalahan dan kegagalan, namun biarkanlah dia berdiri apa adanya terlebih dahulu.. seperti Thomas Alfa Edison yang mengakrabi kegagalan dan kesalahan demi menemukan sebentuk lampu pijar. Kesalahan dan kegagalan yang lebih banyak dari keberhasilan itu tak teringkari, dan tak akan lenyap begitu saja oleh satu kesuksesan/keberhasilan. Ia tetap berdiri, mewarnai sebuah keberhasilan. Dan proses itu tetap terus berjalan...merangkai cerita indah tentang hidup.Biarlah ia berdiri sebagai sahabat dari keberhasilan, sebab keberhasilan tidak mungkin berdiri sendiri, ia amat rapuh dan amat lemah, lebih lemah dari kesalahan dan kegagalan. Apabila keberhasilan itu berdiri sendiri, ia akan lebih mudah roboh, karena angin kesombongan amat suka menerpa dan menghancurkannya, jika keberhasilan itu berjalan sendirian. Untuk menjadi istri dari keberhasilanlah, kegagalan dan kesalahan itu tercipta. Agar keberhasilan pun berdiri tegak dan terus mengakrabi kesalahan dan kegagalan.
Aku tertegun, ketika merenungkan tentang Tuhan Yesus Kristus, yang mungkin dalam hidupNya secara kacamata manusiawi, bisa dikatakan gagal dan salah. Namun justru karena itulah, Ia hendak mengatakan kepada manusia bahwa kegagalan dan kesalahan itu punya makna yang indah bagi kehidupan. Kekuatan itu justru terletak pada penerimaan akan segala hal dengan rendah hati dan taat kepada Allah. Itulah yang akan membuat kita selalu mampu bangkit dari kesalahan dan kegagalan, dan berdiri tegak dalam rencanaNya. Memang tidak mudah untuk bertahan di dalam perjuangan mengakrabi kesalahan dan kegagalan. Akan sangat menyakitkan. Namun Tuhan tidak pernah tinggal diam. Ia memberi kita waktu dan kesempatan untuk berbenah. Ia selalu menyertai kita, amat dekat, melalui PutraNya yang telah lebih dahulu mengakrabi kesalahan dan kegagalan itu dengan amat indah..Dan yakinlah, kesalahan dan kegagalan itu bukan sebuah kata akhir dari perjuangan hidup ini.
Aku sadar, setiap jiwa di dunia ini pasti ingin berhasil/lulus/dianggap benar/diselamatkan/ sempurna/, sebab itulah kerinduan manusia yang sesungguhnya. Namun itu semua tak mungkin bisa dicapai jika tanpa pengalaman kegagalan dan kesalahan. Maka marilah kita belajar untuk akrab dengan kegagalan dan kesalahan, demi membangun kerendahan hati dan ketaatan terhadap rencana IndahNya. Dan satu hal yang telah menyembuhkan itu semua, dan membuat kuat bertahan adalah Kasih, Pengampunan, dan Pengharapan.
Sudahkah dalam hidup ini kita memiliki Kasih, Pengampunan dan Pengharapan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar