Ketika merenungkan tentang hidup ini, kadang kita berhadapan dengan
angka-angka, waktu dan segala macam kisahnya. Namun itu semua hanya sementara.
Tidak ada seorang manusia pun yang hidup selamanya di bumi ini, bahkan seorang
Highlander atau vampir pun bisa mati. Ketika kematian itu terjadi, semua hal
tentang manusia itu seolah-olah berhenti. Tidak lagi tumbuh dan berubah, selain
hancur berubah lebur menjadi debu. Dari substansi organik ke substansi
anorganik. Kisah manusia itu pun berhenti. Tidak ada lagi impian, apalagi
perjuangan. Dan oleh karena itulah, kematian itu tampak sangat menakutkan.
Manusia takut mati, takut mengalami kemandegan, takut kisahnya tamat dan
badannya hancur tak bersisa lagi. Meski menakutkan, kematian adalah kepastian
yang sangat sempurna, diantara segala macam ketidakpastian hidup yang selalu
menyisakan tanya. Orang lantas bilang, bahwa hidup itu begitu singkat, dan
setelah kematian tiba, hidup pun berhenti. Orang pun mulai menghitung-hitung
waktu yang diberikan padanya sebagai kesempatan untuk hidup.
Ketakutan akan kematian yang merupakan kepastian ini lantas ditanggapi
oleh manusia yang masih hidup dengan begitu banyak hal. Salah satunya adalah
dengan mengikuti ajaran agama-agama yang semuanya mengabarkan tentang kehidupan
kekal, meski tidak lagi di bumi. Lalu apakah sebenarnya hidup kekal itu?
Dimanakah kehidupan kekal itu berlangsung? Seberapa panjang waktu yang
dibutuhkan dalam kehidupan kekal itu? Di sisi lain, manusia ada yang tidak
percaya akan kehidupan kekal. Bagi orang yang tidak percaya akan hidup kekal,
hidup yang singkat inilah kesempatan satu-satunya untuk mengalami berbagai
macam kisah sebagai jiwa merdeka. Beberapa di antara mereka dapat berkarya
dengan giat demi kebaikan, namun ada juga yang menggunakan hidupnya dengan
semaunya sendiri, karena merasa yakin bahwa setelah hidup di bumi ini, tidak
ada lagi yang tersisa. Yang ada hanya kemusnahan, sama seperti ketika belum
dilahirkan di bumi. Gelap total, nihilo.
Namun ada posisi tengah tengah yang membuat orang sedikit paham tentang
kehidupan yang tidak terikat ruang dan waktu itu, ketika mereka berjumpa dengan
cinta. Cinta membuat manusia terhubung satu sama lain, menyatu, dan meyakinkan
tentang kehidupan yang abadi. Meski tidak dalam arti harafiah bahwa akan
memiliki tubuh yang sama seperti di bumi, tetapi cinta itu tetap terhubung
dalam kenangan, dalam ingatan, dan dalam hubungan batin. Meski secara fisik
tidak bisa bersama, namun cinta itu semacam energi yang terus menerus membuat
manusia tetap bersama, melalui karya-karya yang dulu telah diperjuangkan oleh
setiap pribadi. Ketika manusia berjumpa dengan cinta orang lain yang terungkap
dalam berbagai media kehidupan ini, mereka tetap merasakan perjumpaan dengan
pribadi yang mengungkapkannya. Meski manusia itu telah pergi, bahkan hilang
dari bumi karena lebur bersama debu, jiwa orang itu masih ditemukan di dalam
kisah cinta mereka. Dan akhirnya mereka pun berjumpa dengan sumber kekuatan
cinta itu, yang senantiasa menghidupkan, menghubungkan, dan menyatukan, yakni
Tuhan. Meski secara logika, kematian membuat kita terhenti, hilang, musnah,
namun cinta itu senantiasa hidup di bumi, dikenang, dirasakan, dan dilanjutkan.
Inilah yang disebut kehidupan abadi, meski dalam wujud yang berbeda. Maka
hiduplah selalu oleh cinta, dalam cinta, karena cinta…yang terwujud dalam karya
seni, pengabdian, pengorbanan, dan perjuangan untuk selalu menjadi orang baik
bagi siapapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar