Adalah Devi Umahayuningtyas, seorang gadis sederhana, mahasiswi tingkat I Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang berjuang menemukan keajaiban-keajaiban di dalam setiap penggal kisah hidupnya. Bermula ketika ia jatuh cinta dengan teman kecilnya yang amat menyayanginya, Arca Saptadewa. Devi mulai mempertanyakan tentang makna cinta ketika ia sadar bahwa cintanya pada Arca tidak mungkin membuatnya bersatu dengan Arca karena Arca memilih untuk menjadi rahib, demi mencari cinta sejati. Kenyataan ini begitu melukai hatinya karena Arca meninggalkannya ketika ia membutuhkan tempat bersandar saat keluarganya mulai koyak. Bapak dan ibunya memutuskan untuk bercerai. Ketika ia merasa telah menemukan cintanya, realitas tidak mengijinkan dia bersandar sejenak dari segala luka hatinya. Arca memantapkan langkah untuk menjadi rahib di Pertapaan Karmel, meski sebenarnya Arca juga amat menyayangi Devi.
Senin, 28 November 2011
Sabtu, 19 November 2011
Urip Kuwi Sejatine Mung Mampir Ngguyu
ada sebuah teka-teki dari Budhisme: "How can one prevent a drop of water from ever drying up?" dan jawabannya adalah: "By throwing it into the sea". Kita ini seperti sebuah tetesan air...yang akan segera kering. Satu-satunya cara agar setetes air itu tidak kering adalah dengan melemparkannya ke laut. Laut adalah analogi dari Sang Sumber, yang akan membuat setetes air itu tidak pernah kering. Hanya dengan bersatu dengan DIA, Sang Sumber-lah, kita yang rapuh dan berdosa ini tetap hidup dan tidak musnah seperti setetes air di tengah padang gurun.....
Pengantar
Salah satu peristiwa yang tak terelakkan bagi manusia adalah maut atau kematian. Suatu ketika, manusia pasti mengalami kematian. Atas peristiwa itu, sering manusia bertanya: lantas setelah mati, kemanakah jiwa kita? Apakah jiwa kita ikut mati dan musnah? Atau tetap hidup namun seperti apa? Secara logika empiris, pertanyaan itu tidak pernah mendapatkan jawaban yang memuaskan. Memang ada orang-orang tertentu yang memiliki kemampuan melihat dunia orang mati (situasi jiwa manusia setelah mati), namun hal itu tidak pernah menjadi suatu kecakapan bagi manusia pada umumnya. Hanya orang-orang tertentu yang mampu melihatnya, dan itu juga bukan merupakan suatu kenyataan yang dapat dilihat dengan mata kepala normal.
Pertanyaan tentang kematian adalah pertanyaan eksistensial tentang hidup manusia. Sebab dengan bertanya tentang kematian, manusia sekaligus bertanya tentang kehidupannya yang tidak bersifat abadi di dunia ini. Jika kematian menjadi kepastian, apakah hidup ini lantas mempunyai makna?Dan dari pertanyaan-pertanyaan itu pula, manusia mulai mempertanyakan tentang keilahian, asal muasal dan tujuan hidupnya. Pertanyaan ini pun menghantar manusia untuk berjumpa dengan Tuhan, Sang Pemilik kehidupan dan kematian. Tulisan ini hendak mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar kematian badan dari sudut pandang iman Katolik mulai dari segi biblis hingga ajaran Gereja saat ini.
Langganan:
Postingan (Atom)