Beberapa hari ini, aku menemukan sebuah buku menarik yang ditulis oleh Anthony de Mello yang berjudul The Way to Love. Buku ini merupakan kumpulan tuntunan meditasi terakhirnya yang berjumlah 31 butir tuntunan. Membaca butir-butir awal, aku sungguh merasa terpesona dengan model berpikir Anthony de Mello. Anthony mengajak setiap pembaca bukunya untuk melihat kembali akan konsep-konsep diri yang telah tertanam sedemikian rupa. Ia menunjukkan bahwa konsep-konsep itu membuat hidup kita terbelenggu karena harus mengikuti dan memenuhi segala macam tuntutan di dalamnya. Kebahagiaan kita pun sering atau bahkan justru tergantung dari konsep-konsep yang telah kita buat sendiri. Kita akan bergembira dan bersukacita apabila realitas yang kita hadapi sesuai dengan konsep-konsep kita, sementara jika realitas itu berbeda dengan konsep yang ada pada diri kita, kita pun terpuruk dan tidak bahagia. Dengan demikian, kebahagiaan kita ditentukan oleh hal-hal di luar diri kita. Apakah memang demikian sebenarnya kebahagiaan kita?
Dari situ, aku mulai berpikir, bagaimana sebuah kisah bisa mempengaruhi sistem keyakinan seseorang. Ternyata sebuah kisah bisa sangat mempengaruhi pola hidup, pilihan sikap, dan perasaan seseorang. Kisah-kisah yang dibuat untuk menyampaikan suatu pesan moral tertentu menjadi metode yang amat ampuh untuk mengendalikan jiwa seseorang. Dan itu pula yang terjadi pada mitos-mitos di suatu komunitas manapun di bumi ini. Cerita atau kisah itu dirasa memiliki kekuatan mistik yang mampu mengatur setiap pilihan perilaku, keputusan, dan kebahagiaan seseorang.
Memang bukan suatu kesalahan jika kisah itu dapat sangat mempengaruhi jiwa manusia. Itu merupakan bagian yang tak terelakkan dari manusia yang adalah makhluk sejarah. Mau tidak mau, manusia memiliki kisah, lain halnya dengan hewan yang tidak mengenal kisah. Namun kadang manusia tidak mampu untuk mengambil jarak antara realitas dan kisah, bahwa realitas hidupnya yang kini dialami itu juga merupakan sebuah kisah yang harus ditulisnya di lembar-lembar waktu hidupnya. Manusia kadang tidak menyadari bahwa dirinya pun sebagai tokoh utama dari sebuah cerita/kisah yang harus dilakoni. Jika manusia menyadari hal ini, ia akan sepenuhnya dapat menguasai diri dan hidupnya. Bahwa segala macam kebahagiaan tidak lagi berada di luar dirinya, namun berada di dalam dirinya sendiri. Ia akan menyadari bahwa mitos-mitos itu pun tengah berjalan bersama dengan segala alur sejarah yang dilaluinya. Mitos-mitos itu tidak lagi berdiri sebagai konsep yang menakutkan dan membelenggu, namun sebagai suatu tantangan yang harus dihadapi untuk diselesaikan demi terlahirnya sebuah kisah baru. Dan kisah ini pun bukan lagi milik si penguasa pemenang, namun milik si pencipta kisah, siapapun itu. Maka marilah kita saling menciptakan kisah.....mewarnai mitos dengan rajutan kisah kita, dan membebaskan jiwa dari segala macam konsep yang tidak membuat kita mampu memahami panggilan kita sebagai pelaku kisah, pencipta kisah, dan pemilik kisah.
Selamat Meng-Kisah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar