Jumat, 26 Agustus 2011
Kekuatan Doa
Para sahabatku terkasih, di dalam hidup ini...jalan yang kita lalui tidaklah selalu mulus. Pasti ada hal-hal yang membuat kita lemah dan tak berdaya, menderita dan terpuruk. Meski begitu, kita takkan menyerah, karena Allah telah memberi kepada kita hari yang selalu baru...yang selalu memuat pengharapan....jika kita sungguh merasa penat, lelah, sakit dan tak mengerti akan arti pengalaman kita ini......marilah sejenak kita membiarkan diri digendong, dipeluk, dan akhirnya ditopang olehNya..........di dalam doa-doa kita....doa-doa kita kan membawa kita semakin dekat dengan Allah...segala jawaban atas segala hal yang tak mungkin kita pahami dalam hidup ini....Doa akan mengubah diri kita...semakin dekat dengan Allah...Sumber kebahagiaan sejati....
Selasa, 16 Agustus 2011
Catatan dari Sragen (2)
Ketika hadir di paroki yang sama sekali baru bagi pastor yunior sepertiku (yang baru pertama kali mengalami tugas di paroki), aku mencoba menemukan sosok panutan yang dapat dijadikan referensi dalam menjalankan tugas. Referensiku mengarah pada sosok imam misionaris Jesuit yang bersemangat dalam menjalankan karya misi bagi orang Jawa, Pater van Lith. Aku berusaha menyadari bahwa aku masih muda dan belum berpengalaman dalam karya pastoral paroki. Modalku adalah semangat dan keberanian untuk selalu mau belajar dari apapun juga dalam tugas pewartaan Kabar Gembira Kristus ini. Tidak banyak idealisme yang kubawa selain ingin menjadi sahabat bagi umat di paroki yang kulayani ini, paroki Sragen. Selain juga aku ingin menjadikan tugasku ini sebagai pemurnian diri terus menerus atas diriku yang masih begitu rapuh ini. Dan aku pun mencoba belajar dari sosok Pater van Lith.
Sabtu, 13 Agustus 2011
Menjamah Yesus Dalam Ekaristi
Berikut ini adalah pengalaman Suster Briege McKenna, OSC, seorang suster yang memiliki anugerah menyembuhkan penyakit melalui doa-doanya. Suster ini memberi kesaksian bagaimana Ekaristi menjadi kekuatan penyembuhan yang luar biasa, sebab dengan mengikuti Ekaristi dan menerima Tubuh Kristus, kita seperti wanita yang sakit pendarahan, dan menjamah jubah-Nya saja telah sembuh. Dengan Ekaristi, kita menerima tubuh Kristus sendiri, Sang Penyembuh yang sejati. Suster ini amat mencintai Ekaristi, bahkan menyisihkan waktunya selama 3 jam setiap hari untuk adorasi kepada sakramen Mahakudus.
Aku ingat sekali lagi akan kisah wanita yang menyentuh jumbai jubah Yesus. Sekarang aku ingin menceritakan beberapa peristiwa yang dapat menjelaskan gagasan Injil ini.
Salah satunya ialah kisah mengenai seorang imam muda. Ia menelepon aku. Dari nadanya tampak bahwa ia sangat cemas dan takut. Ia baru saja tahu bahwa selaput suaranya kena kanker dan dalam tiga minggu ia harus menjalani operasi mengangkat selaput itu. Ia berkata bahwa ia putus asa. Baru enam tahun yang lalu ia ditahbiskan.
Bekerja dengan prinsip ‘asal bapak senang’. Sesuaikah dengan iman Kristiani?
Ilustrasi
Pada zaman dahulu kala, seorang raja ingin menikahkan putrinya dengan seorang pria yang layak. Sang raja lalu mengadakan sayembara bagi para pria yang mampu mencuri sesuatu dari dalam istananya yang dijaga ketat, tanpa ketahuan oleh siapa pun. Pemenangnya berhak untuk menikahi putrinya. Dalam kurun waktu yang ditentukan, banyak pemuda mengikuti sayembara ini dan menunjukkan kebolehannya. Mereka mengerahkan berbagai kelihaian dan kesaktian untuk menerobos penjagaan ketat di istana. Pada hari penentuan, para peserta dikumpulkan. Pemuda pertama dipanggil menghadap raja dan ditanya hasilnya, ia menjawab, Saya mencuri batu rubi ini dan tak seorang pun di istana yang mengetahuinya.Raja menjawab, bukan kamu pemenangnya. Pemuda kedua maju, semalam saya mengambil kereta kencana dan membawanya keluar gerbang, para penjaga saya buat terlelap semua, tak ada yang melihat saya. Raja mempersilakan peserta itu duduk kembali. Dengan percaya diri, peserta berikutnya menghadap, ampun Paduka, sayalah yang mengambil mahkota Paduka dari kamar Paduka, dan seluruh barisan pertahanan istana tak ada yang menyadarinya. Raja hanya menggeleng. Semua orang jadi bingung, karena masih saja belum ada yang dinyatakan sebagai pemenang. Akhirnya, seorang pemuda menghadap dengan tangan kosong dan berkata, saya tidak mendapatkan apa pun. Raja menjawab, mengapa? Pemuda tersebut menjawab, sungguh tidak mungkin kita bisa mencuri tanpa ketahuan oleh siapa pun, karena setidaknya selalu ada satu orang yang mengetahuinya, yaitu diri kita sendiri. Raja pun tertawa lebar dan menyambut sang menantu barunya. Betapa damai dan membahagiakannya dunia kita ini, jika setiap orang mengindahkan suara hatinya. Pada dasarnya nurani setiap orang adalah bersih adanya. Di dalam hati kita, setidaknya selalu ada rasa malu untuk berbuat buruk dan rasa takut akan akibat berbuat buruk. Suara hati yang bersih adalah penjaga dunia sejati. Masalahnya, apakah kita memelihara dan mengindahkan suara hati kita atau tidak.
Jumat, 12 Agustus 2011
This Humanity Struggle is Based on Faith
Sejenak aku teringat dengan kata-kata Uskup Romero ketika berkotbah di pemakaman sahabatnya, Pater Rutilio Grande yang meninggal karena ditembak oleh para algojo milik tuan-tuan tanah di El Savador. Uskup Oscar Romero menegaskan bahwa perjuangan kemanusiaan yang diperjuangkan oleh Pater Grande itu berlandaskan pada iman akan Yesus Kristus, bukan berlandaskan pada doktrin Marxist seperti yang dituduhkan oleh rezim penguasa lalim El Savador saat itu. Perjuangan untuk menegakkan keadilan dan kemerdekaan bagi para petani serta orang-orang miskin yang dilakukan oleh pastor sederhana itu berakar kuat pada iman akan Kristus. Umat saat itu sungguh menderita karena menjadi korban kesewenang-wenangan para penguasa yang lalim.
Kamis, 11 Agustus 2011
Kesalahan dan Kegagalan itu juga punya makna
Ketika badan ini mulai lelah dan mata telah merengek untuk dipejamkan, aku menghela nafas sebentar sambil mengingat waktu-waktu yang telah berlalu. Syukur atas waktu-waktu dengan segala ceritanya yang terangkai dalam kisah hidup ini. Kembali kuingat perjalanan hari ini. Kuingat kembali rasa yang telah ada dan akan selalu ada. Kuingat kegelisahan yang menjadikanku hidup. Dan kuakrabi kembali kesalahan demi kesalahan yang tak terelak. Semua itu adalah simphoni hidup yang penuh warna.
Syukur atas apa yang telah berlalu, yang kini tengah berlangsung dan apa yang akan terjadi. Dalam cerita-cerita itu, selalu ada damai, kegelisahan, suka duka, gembira, kerinduan, kecemasan dan berbagai macam hal lainnya. Itu semua datang silih berganti. Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing rasa itu tinggal dalam realitas diri, semuanya memiliki peran yang penting. Namun kadang orang begitu akrab dengan kesalahan dan kegagalan. Buktinya, ketika kesalahan dan kegagalan itu datang menghampiri, bekasnya akan terus ada, meski sebenarnya mereka juga tidak akan ada selama mungkin di dalam kehidupan seseorang. Kegagalan dan kesalahan itu seperti luka-luka pada tubuh, yang akan sembuh, meski meninggalkan bekas luka. Apa maksud semuanya itu? Mengapa harus ada kesalahan dan kegagalan? Mengapa Tuhan tidak membuat hidup kita ini mulus tanpa ada bekas luka akibat kesalahan dan kegagalan?
Syukur atas apa yang telah berlalu, yang kini tengah berlangsung dan apa yang akan terjadi. Dalam cerita-cerita itu, selalu ada damai, kegelisahan, suka duka, gembira, kerinduan, kecemasan dan berbagai macam hal lainnya. Itu semua datang silih berganti. Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing rasa itu tinggal dalam realitas diri, semuanya memiliki peran yang penting. Namun kadang orang begitu akrab dengan kesalahan dan kegagalan. Buktinya, ketika kesalahan dan kegagalan itu datang menghampiri, bekasnya akan terus ada, meski sebenarnya mereka juga tidak akan ada selama mungkin di dalam kehidupan seseorang. Kegagalan dan kesalahan itu seperti luka-luka pada tubuh, yang akan sembuh, meski meninggalkan bekas luka. Apa maksud semuanya itu? Mengapa harus ada kesalahan dan kegagalan? Mengapa Tuhan tidak membuat hidup kita ini mulus tanpa ada bekas luka akibat kesalahan dan kegagalan?
Selasa, 09 Agustus 2011
Waktu adalah Kesempatan Untuk Pemurnian
Di dini hari yang sepi, aku duduk sendiri, merenungkan waktu-waktu yang telah berlalu sehari tadi. Akan selalu sama setiap hari, dengan matahari yang terbit di ufuk timur, dan tenggelam di bentang cakrawala barat. Meski hari akan diwarnai ritme waktu yang sama, namun ada yang tidak sama, ketika usia tidak mungkin berputar balik. Semakin hari, setiap makhluk dan hal di dunia ini akan semakin tua. Apalah arti tua sebenarnya? Mungkin tua itu sama dengan 'berumur'. Dan berumur itu sendiri berarti telah banyak mengarungi waktu. Atau dengan kata lain, sudah lebih banyak mengalami siklus alami perputaran matahari dari timur ke barat. Menjadi tua itu pasti, karena tidak mungkin waktu berjalan mundur.
Kadang aku bertanya, mengapa kehidupan ini pasti terikat dengan waktu. Kapankah waktu itu lahir, dan akankah dia mati (menemui titik akhir--end of time)? Apakah jika waktu itu telah berakhir, titik setelah batas itu tidak akan ada waktu lagi? Lalu apakah waktu itu?
Waktu adalah bagian dari kekekalan. Dan setiap materi yang terjebak dalam arus waktu selalu mengalami tua, dan akhirnya mempersiapkan diri untuk bergabung dengan kekekalan itu sendiri. Maka, bagi dunia materi, waktu adalah suatu dimensi yang berfungsi untuk semakin memurnikan dan mempersiapkan materi itu bergabung dengan kekekalan. Dari tiada menjadi ada, dan kembali tiada.Dari kekal, menuju ke alam materi, kembali menjadi kekal. Lalu bagaimanakah sebenarnya bersahabat dengan waktu?
Kadang aku bertanya, mengapa kehidupan ini pasti terikat dengan waktu. Kapankah waktu itu lahir, dan akankah dia mati (menemui titik akhir--end of time)? Apakah jika waktu itu telah berakhir, titik setelah batas itu tidak akan ada waktu lagi? Lalu apakah waktu itu?
Waktu adalah bagian dari kekekalan. Dan setiap materi yang terjebak dalam arus waktu selalu mengalami tua, dan akhirnya mempersiapkan diri untuk bergabung dengan kekekalan itu sendiri. Maka, bagi dunia materi, waktu adalah suatu dimensi yang berfungsi untuk semakin memurnikan dan mempersiapkan materi itu bergabung dengan kekekalan. Dari tiada menjadi ada, dan kembali tiada.Dari kekal, menuju ke alam materi, kembali menjadi kekal. Lalu bagaimanakah sebenarnya bersahabat dengan waktu?
Senin, 08 Agustus 2011
Sabtu, 06 Agustus 2011
Bulan Agustus sebagai Bulan Ajaran Sosial Gereja
Tahun 2011 adalah Peringatan 120 tahun Rerum Novarum.
Tema Peringatan: “Mencintai Bangsa dalam Semangat ASG”
Apa Itu Ajaran Sosial Gereja (ASG)?
Ajaran Sosial Gereja adalah ajaran Gereja (komunitas umat beriman pada Kristus) tentang hidup sosial bersama demi mencapai kesejahteraan umum (bonum commune). Ajaran ini berakar dari iman akan Allah yang mengasihi umat-Nya, sejak perjanjian Lama hingga akhirnya memuncak di dalam diri Yesus Kristus. Ajaran Sosial Gereja bukan semata-mata berasal dari pemikiran manusiawi, tetapi sungguh berdasarkan pada iman bahwa Tuhan selalu menyertai dalam kehidupan nyata manusia dan dinamika hidup sosialnya. Dengan demikian, ajaran sosial Gereja merupakan sebuah ajaran tentang menciptakan hidup bermasyarakat yang sejahtera dengan terang Kabar Gembira (Injil). Meski demikian, Ajaran Sosial Gereja juga tidak melulu merupakan ajaran biblis teologis, tetapi merupakan ajaran sosial kemasyarakatan yang mendasarkan pada terang iman akan Allah yang berbelas kasih.
Kamis, 04 Agustus 2011
TATA PERAYAAN PERKAWINAN KATOLIK DALAM PERAYAAN SABDA
Ritus Pembuka
Penyambutan Mempelai
(Mempelai beserta rombongan berhimpun di depan pintu gereja atau tempat perayaan. Imam menyambut kedua mempelai di depan pintu itu dengan mengenakan busana liturgi berwarna putih atau warna pesta, dan didampingi putra-putri altar. Imam dapat memercikkan air suci kepada mereka dan kerabatnya). Ketika memerciki mereka, Imam dapat mengucapkan kata-kata berikut ini:
I Semoga Allah memberi rahmat dan berkat, agar Saudara-saudari menghadap kepada-Nya dengan hati yang suci.
I Selamat datang, Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan. Kita berhimpun di sini untuk mengawali perayaan perkawinan ……….dan ……………Gereja menyambut Saudara-saudarii dan ikut bergembira dalam perayaan kasih ini.
Wakil Keluarga menyampaikan permohonan:
WK Rama/Pastor………yang terhormat, seluruh keluarga…………..dan………….hendak mengantar………dan………memasuki hidup perkawinan. Kami mohon agar perkawinan mereka dikukuhkan dan diberkati sesuai dengan ajaran dan tata perayaan Gereja Katolik.
I Sekarang, marilah kita masuk ke rumah Tuhan dan menyerahkan seluruh harapan serta doa-doa kita kepada-Nya. Semoga kita boleh mengalami kasih setia Tuhan yang menghidupkan dan menguduskan kita, umat-Nya.
TATA PERAYAAN PERKAWINAN KATOLIK DALAM MISA (Sesama Kristiani)
RITUS PEMBUKA
Penyambutan Mempelai
(Mempelai beserta rombongan berhimpun di depan pintu gereja atau tempat perayaan. Imam menyambut kedua mempelai di depan pintu itu dengan mengenakan busana liturgi berwarna putih atau warna pesta, dan didampingi putra-putri altar. Imam dapat memercikkan air suci kepada mereka dan kerabatnya). Ketika memerciki mereka, Imam dapat mengucapkan kata-kata berikut ini:
I Semoga Allah memberi rahmat dan berkat, agar Saudara-saudari menghadap kepada-Nyadengan hati yang suci.
I Selamat datang, Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan. Kita berhimpun di sini untuk mengawali perayaan perkawinan ……….dan ……………Gereja menyambut Saudara-saudarii dan ikut bergembira dalam perayaan kasih ini.
Wakil Keluarga menyampaikan permohonan:
WK Rama/Pastor………yang terhormat, seluruh keluarga…………..dan………….hendak mengantar………dan………memasuki hidup perkawinan. Kami mohon agar perkawinan mereka dikukuhkan dan diberkati sesuai dengan ajaran dan tata perayaan Gereja Katolik.
I Sekarang, marilah kita masuk ke rumah Tuhan dan menyerahkan seluruh harapan serta doa-doa kita kepada-Nya. Semoga kita boleh mengalami kasih setia Tuhan yang menghidupkan dan menguduskan kita, umat-Nya.
Kekuatan Bertahan
Ketika aku berdiri di atas tebing menghadap laut lepas Pantai Baron, Gunung Kidul, aku tertegun dengan keindahan yang telah Tuhan ciptakan bagi kehidupan manusia. Seketika aku merasa begitu kecil di hadapan-Nya. Aku seperti wayang-Nya yang sedang digerakkan untuk melakonkan suatu kisah tertentu. Mataku tertuju pada tebing karang yang bersentuhan langsung dengan ombak laut lepas. Tiba-tiba muncul pertanyaan dalam hatiku: sudah berapa lama karang itu terhempas oleh gelombang lautan. Setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik...air laut terus menerus menerpanya. Ia tetap tegak berdiri di situ. Sudah berapa ribu manusia datang dan memandanginya, ia tetap tak beranjak, seperti prajurit penjaga pintu gerbang kerajaan yang tidak pernah meninggalkan tugas penjagaannya. Itukah kekuatan bertahan?
Dalam hidup ini, kita ditantang untuk bertahan seperti karang yang tak henti diterpa gelombang itu. Kita tidak akan pernah lepas dari pergulatan dan tantangan. Ombak kehidupan akan senantiasa datang dan menyentuh hidup kita. Dan itu membuat kita basah, kedinginan, ketakutan dan menderita. Kekuatan yang kita punya kadang kala tidak akan dapat membuat kita lepas darinya. Seperti karang itu yang tidak mungkin lari meninggalkan tempatnya dan berpindah ke bagian yang tidak diterpa ombak lautan. Tidak bisa! Kita pun demikian. Tidak pernah ada orang yang mampu melepaskan diri dari tantangan dan kesulitan. Bahkan tidak pernah ada orang yang tidak pernah mengalami penderitaan dan kesulitan. Semua orang pasti pernah. Satu-satunya kekuatan istimewa yang telah Tuhan berikan bagi kita adalah kekuatan bertahan, setia menghadapi gelombang tantangan dan kesulitan. Kita bersahabat dengan penderitaan dan kegelisahan, sambil berharap suatu ketika Tuhan menjemput kita untuk bersatu di peraduanNya. Ia tidak menginginkan kita mampu mengatasi segala-galanya. Ia hanya ingin kita setia, kita menjaga hati untuk tetap tulus dalam menerima segala sesuatu yang ada di dunia ini. Tidak ada alasan untuk tidak bisa bersyukur karena senyatanya kita tetap memiliki kekuatan itu. Meski kadang ada orang yang tidak mampu menghadapinya dan memilih untuk meninggalkan kehidupan...dan itu tentu membawa kita kepada kematian. Kematian sebagai jalan melarikan diri dari kesulitan dan penderitaan adalah sebuah tindakan pengecut yang akan semakin membawa kita kepada kebingungan kekal. Kita diajak untuk tidak melarikan diri, tetapi bertahan, setegar karang....tetap bertahan dan bertahan....menjaga hati yang tulus....membiarkan diri sendiri akhirnya terkikis oleh waktu, dan Tuhan menyatakan bahwa kita telah lulus ujian dengan bertahan setia. Kekuatan yang paling besar di dunia ini bukanlah pada penguasaan dan juga penyerangan untuk mendapatkan segala-galanya yang kita inginkan, tetapi terletak di dalam hati yang tulus, setia, taat...untuk bertahan...hingga waktu melarutkan kita dengan Sang Kehidupan Sejati.....dan setiap jiwa, memiliki itu..karena Tuhan tidak pernah meninggalkan kita......seperti karang yang selalu ditemani oleh burung-burung camar, desau angin laut, dan juga hewan-hewan laut lainnya yang berlindung di sela-sela-nya...
Tuhan, terima kasih....Kau tidak pernah meninggalkan aku, Kaulah Cintaku, Kaulah penopangku, Kaulah yang membuatku mampu bertahan, Kaulah penghiburku, Kaulah pembasuh dan penyembuh lukaku, Kaulah Penerang jalanku, Kaulah segala-galanya bagiku...
Dalam hidup ini, kita ditantang untuk bertahan seperti karang yang tak henti diterpa gelombang itu. Kita tidak akan pernah lepas dari pergulatan dan tantangan. Ombak kehidupan akan senantiasa datang dan menyentuh hidup kita. Dan itu membuat kita basah, kedinginan, ketakutan dan menderita. Kekuatan yang kita punya kadang kala tidak akan dapat membuat kita lepas darinya. Seperti karang itu yang tidak mungkin lari meninggalkan tempatnya dan berpindah ke bagian yang tidak diterpa ombak lautan. Tidak bisa! Kita pun demikian. Tidak pernah ada orang yang mampu melepaskan diri dari tantangan dan kesulitan. Bahkan tidak pernah ada orang yang tidak pernah mengalami penderitaan dan kesulitan. Semua orang pasti pernah. Satu-satunya kekuatan istimewa yang telah Tuhan berikan bagi kita adalah kekuatan bertahan, setia menghadapi gelombang tantangan dan kesulitan. Kita bersahabat dengan penderitaan dan kegelisahan, sambil berharap suatu ketika Tuhan menjemput kita untuk bersatu di peraduanNya. Ia tidak menginginkan kita mampu mengatasi segala-galanya. Ia hanya ingin kita setia, kita menjaga hati untuk tetap tulus dalam menerima segala sesuatu yang ada di dunia ini. Tidak ada alasan untuk tidak bisa bersyukur karena senyatanya kita tetap memiliki kekuatan itu. Meski kadang ada orang yang tidak mampu menghadapinya dan memilih untuk meninggalkan kehidupan...dan itu tentu membawa kita kepada kematian. Kematian sebagai jalan melarikan diri dari kesulitan dan penderitaan adalah sebuah tindakan pengecut yang akan semakin membawa kita kepada kebingungan kekal. Kita diajak untuk tidak melarikan diri, tetapi bertahan, setegar karang....tetap bertahan dan bertahan....menjaga hati yang tulus....membiarkan diri sendiri akhirnya terkikis oleh waktu, dan Tuhan menyatakan bahwa kita telah lulus ujian dengan bertahan setia. Kekuatan yang paling besar di dunia ini bukanlah pada penguasaan dan juga penyerangan untuk mendapatkan segala-galanya yang kita inginkan, tetapi terletak di dalam hati yang tulus, setia, taat...untuk bertahan...hingga waktu melarutkan kita dengan Sang Kehidupan Sejati.....dan setiap jiwa, memiliki itu..karena Tuhan tidak pernah meninggalkan kita......seperti karang yang selalu ditemani oleh burung-burung camar, desau angin laut, dan juga hewan-hewan laut lainnya yang berlindung di sela-sela-nya...
Tuhan, terima kasih....Kau tidak pernah meninggalkan aku, Kaulah Cintaku, Kaulah penopangku, Kaulah yang membuatku mampu bertahan, Kaulah penghiburku, Kaulah pembasuh dan penyembuh lukaku, Kaulah Penerang jalanku, Kaulah segala-galanya bagiku...
Rabu, 03 Agustus 2011
Catatan Dari Sragen (1)
Aku ingin mengawali suatu hal yang baru di dalam hidupku, bersamaan dengan habisnya waktu normal studi S2 Teologi yang diberikan kepadaku pasca tahbisan imamat. Per 15 Juli 2011, aku diutus oleh Bapak Uskup Agung Semarang, Mgr. Johannes Pujasumarta untuk melayani paroki Sragen sebagai pastor pembantu. Tugas perutusan ini merupakan tugas perutusan yang sama sekali baru, sebab aku belum pernah merasakan suasana maupun pelayanan di paroki. Awal masuk ke paroki, ada perasaan takut namun penuh harapan. Aku merasa takut karena melihat tantangan ke depan yang aku tidak pernah tahu apa itu, namun sudah jelas akan banyak sekali hal-hal baru. Aku juga merasa penuh harapan, karena aku merasa mempunyai banyak kesempatan untuk belajar tentang hal-hal yang baru.
Pada awal kedatanganku, aku berusaha untuk mengenal situasi dan kenyataan paroki Sragen. Aku tidak punya banyak idealisme sebagai pastor muda, selain ingin menjadi sahabat dari para umat dalam mengikuti Kristus, Sang Guru sejati. Mungkin pilihan-pilihan sikapku di awal-awal kedatanganku di Sragen masih banyak kelirunya atau tidak tepatnya, namun aku bahagia. Aku boleh belajar satu demi satu tentang hidup menggereja. Aku boleh mengenal pergulatan para umat dalam membangun 'Gereja-Nya'.
Secara struktural, aku langsung masuk menjadi pastor pembantu dari pastor kepala (Rm. Issri Purnomo, Pr), namun secara formal, aku belum sungguh-sungguh terlibat dalam gerak pelayanan yang telah berjalan. Aku hanya melanjutkan apa yang sudah berjalan, sambil mencoba menyusun visi yang akan kuusung sebagai pastor muda. Langkah pertama yang hendak kulakukan adalah mencoba untuk lebih banyak mengenal situasi real kehidupan umat Sragen. Tidak ada target dari langkah ini, minimal aku bisa akrab dengan sahabat-sahabat Yesus ini. Selain itu, aku ingin masuk ke dalam pergulatan mereka dalam menjalankan tugas perutusan mereka sebagai sahabat Yesus. Aku yakin, pengenalan ini sudah membutuhkan banyak waktu, intensitas perhatian, dan juga kejernihan batin yang tidak sederhana. Sebab hal ini tentu akan menjadi bagian dari pergulatanku sendiri dalam menghayati hidupku sebagai imam muda.
Aku mencintai panggilanku, aku mencintai mereka semua. Bersama mereka, petualanganku dalam menemukan air (angupados toya) sejati (Tuhan Yesus Kristus) akan semakin berwarna. Aku bahagia melihat wajah-wajah berseri para sahabat Yesus di daerah Ngrawoh, Jenawi, Tawangsari, Mageru, Widoro, dan juga lingkungan yang lainnya. Memang belum semuanya kukunjungi, namun dengan perlahan, aku ingin menjadi sahabat bagi mereka semua.
Terima kasih Tuhan atas perutusan ini, aku yang tidak sempurna dan penuh dosa ini boleh menerima anugerah yang indah ini. Gunakanlah diriku sepenuhnya sesuai dengan kehendakMu. Ambillah segala yang menjadi kesenanganku sendiri demi kehendakMu, sebab bukan kehendakkulah yang harus terjadi, tetapi kehendakMu. Aku tidak berharap mendapatkan apa-apa dari perjuangan ini. Aku cuma berharap, kelak boleh beristirahat di pelukan hangatMu..Amin..
Pada awal kedatanganku, aku berusaha untuk mengenal situasi dan kenyataan paroki Sragen. Aku tidak punya banyak idealisme sebagai pastor muda, selain ingin menjadi sahabat dari para umat dalam mengikuti Kristus, Sang Guru sejati. Mungkin pilihan-pilihan sikapku di awal-awal kedatanganku di Sragen masih banyak kelirunya atau tidak tepatnya, namun aku bahagia. Aku boleh belajar satu demi satu tentang hidup menggereja. Aku boleh mengenal pergulatan para umat dalam membangun 'Gereja-Nya'.
Secara struktural, aku langsung masuk menjadi pastor pembantu dari pastor kepala (Rm. Issri Purnomo, Pr), namun secara formal, aku belum sungguh-sungguh terlibat dalam gerak pelayanan yang telah berjalan. Aku hanya melanjutkan apa yang sudah berjalan, sambil mencoba menyusun visi yang akan kuusung sebagai pastor muda. Langkah pertama yang hendak kulakukan adalah mencoba untuk lebih banyak mengenal situasi real kehidupan umat Sragen. Tidak ada target dari langkah ini, minimal aku bisa akrab dengan sahabat-sahabat Yesus ini. Selain itu, aku ingin masuk ke dalam pergulatan mereka dalam menjalankan tugas perutusan mereka sebagai sahabat Yesus. Aku yakin, pengenalan ini sudah membutuhkan banyak waktu, intensitas perhatian, dan juga kejernihan batin yang tidak sederhana. Sebab hal ini tentu akan menjadi bagian dari pergulatanku sendiri dalam menghayati hidupku sebagai imam muda.
Aku mencintai panggilanku, aku mencintai mereka semua. Bersama mereka, petualanganku dalam menemukan air (angupados toya) sejati (Tuhan Yesus Kristus) akan semakin berwarna. Aku bahagia melihat wajah-wajah berseri para sahabat Yesus di daerah Ngrawoh, Jenawi, Tawangsari, Mageru, Widoro, dan juga lingkungan yang lainnya. Memang belum semuanya kukunjungi, namun dengan perlahan, aku ingin menjadi sahabat bagi mereka semua.
Terima kasih Tuhan atas perutusan ini, aku yang tidak sempurna dan penuh dosa ini boleh menerima anugerah yang indah ini. Gunakanlah diriku sepenuhnya sesuai dengan kehendakMu. Ambillah segala yang menjadi kesenanganku sendiri demi kehendakMu, sebab bukan kehendakkulah yang harus terjadi, tetapi kehendakMu. Aku tidak berharap mendapatkan apa-apa dari perjuangan ini. Aku cuma berharap, kelak boleh beristirahat di pelukan hangatMu..Amin..
Langganan:
Postingan (Atom)