Memahami teologi politik dari JB. Metz sungguh merupakan hal yang menarik. Setelah membaca dan mencoba memahami artikel tersebut, bagi saya sendiri, teologi politik adalah sebuah usaha untuk selalu merefleksikan iman akan Yesus Kristus bagi praksis pembebasan sosial di masyarakat saat ini. Dengan demikian, teologi tidak berhenti sebagai suatu hal yang normatif doktriner tetapi lebih merupakan kritik sosial yang selalu mengantisipasi atas janji ekstologis keselamatan Yesus Kristus. Dengan demikian, teologi politik juga merupakan sebuah refleksi terus menerus atas hubungan real antara iman Kristiani, gereja, agama dan juga praksis hidup sosial yang membebaskan. Janji eskatologis Yesus Kristus tentang kasih, kedamaian, keadilan dan pembebasan tidak lagi merupakan suatu kata-kata suci yang melulu berdimensi transendental tetapi juga berdimensi imanen. Meski begitu, refleksi ini bukan merupakan sebuah ideologi baru tetapi merupakan cara baru Gereja dalam memandang dan mewujudnyatakan iman akan keselamatan Kristus di tengah dunia sosial yang real.
Teologi politik juga merupakan sebuah kritik ke dalam diri Gereja sendiri yang selama ini dipahami sebagai lembaga institusional keagamaan yang berciri doktriner. Gereja harus berani untuk melihat secara baru dalam berhadapan dengan realitas dunia yang plural dan tidak sempurna. Hal ini berkaitan dengan usaha terus menerus untuk menempatkan Gereja sebagai komunitas ekstologis yang semakin relevan dengan dunia luas serta signifikan bagi komunitas kristen sendiri. Dengan demikian, iman tidak lagi menjadi urusan privat dan absolut tetapi iman menjadi peristiwa komunikasi dalam proses pembebasan sosial secara konkret. Iman menjadi bermakna ketika ia mulai terbuka akan realitas sosial yang plural dan mudah terluka. Dan teologi akhirnya berfungsi sebagai sebuah kritik atas relasi antara iman dan realitas sosial itu. Inilah dimensi politis dari teologi. Akhirnya, teologi tidak berhenti sebagai ilmu yang mapan dan pasti tetapi bergerak sebagai sebuah analisis yang selalu membawa pencerahan dalam berkomunikasi dengan ilmu-ilmu lain demi sebuah proses dialektik pembebasan yang berprinsip pada cinta kasih, pengampunan, dan kesadaran untuk selalu berbagi hidup dengan orang lain (dialectic communication between faith with socio-politic realities to achive a real liberation).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar