Santo Ignatius
Loyola, pendiri Serikat Jesus pernah menulis, bahwa kerendahan hati adalah
syarat mutlak untuk memperoleh keselamatan kekal. Untuk memperoleh sikap
kerendahan hati ini, St Ignatius menuliskannya dalam Latihan Rohani, sebuah buku penuntun retret bagi setiap orang yang
hendak mengikuti Kristus secara lebih dekat. Dengan kerendahan hati, hidup kita
pun berpusat pada Allah, sumber segala sesuatu. Dengan demikian, seluruh hidup
kita hanya berdasarkan kehendakNya saja. Dan tujuan hidup kita hanyalah demi
kemuliaan Allah yang lebih besar, sebagaimana tujuan hidup dan karya St.
Ignatius Loyola beserta para kudus yang mencintai Kristus dengan begitu total.
Dalam buku Latihan Rohani, St. Ignatius Loyola
menyebutkan ada tiga macam kerendahan hati. Ketiga macam kerendahan hati
tersebut adalah:
1.
Kerendahan
Hati Tingkat I. Kerendahan hati ini tercapai bila aku sudah menundukkan dan
merendahkan diriku sedapat mungkin-sampai dalam segala hal aku taat kepada
hukum Allah Tuhan kita. Sekalipun aku diangkat jadi tuan segala ciptaan di
dunia ini, sekalipun nyawaku sendiri terancam, tak akan terjadi aku sampai
mempertimbangkan mau melanggar satu perintah yang diwajibkan atas dosa-berat,
entah dari Allah, entah dari manusia datangnya.
2.
Kerendahan
Hati Tingkat II. Lebih sempurna daripada yang pertama, yakni bila aku sudah ada
pada suatu taraf jiwa tertentu: sampai tak mencari-cari atau menginginkan
kekayaan melebihi kemiskinan, tak menghendaki penghormatan melebihi penghinaan
ataupun mengharap-harapkan hidup panjang melebihi hidup pendek, asalkan semua
itu sama artinya bagi pengabdian kepada Tuhan kita dan keselamatan jiwaku
sendiri; sekalipun aku akan diberi segala barang ciptaan atau ada bahaya aku
akan kehilangan nyawa, tak akan terjadi aku sampai mempertimbangkan mau melakukan
satu dosa ringan saja.
3.
Kerendahan
Hati Tingkat III. Paling sempurna. Setelah kerendahan hati I dan II tercapai,
asalkan sama artinya bagi kehormatan dan kemuliaan Allah yang Mahaagung, supaya
dapat meneladan dan lebih menyerupai Kristus Tuhan kita dalam kenyataan, aku
menghendaki dan memilih kemiskinan bersama Kristus, yang miskin, melebihi
kekayaan; penghinaan bersama Kristus yang dihina, melebihi penghormatan; aku
memilih dianggap bodoh dan gila demi Kristus yang lebih dahulu dianggap begitu,
daripada dianggap pandai dan bijaksana di dunia ini.
Ketiga macam kerendahan hati ini merupakan
sebuah peziarahan jiwa dalam mencapai sikap miskin di hadapan Allah, memusatkan
hidup demi taat kepadaNya. Dalam perjuangan untuk mencapai sikap rendah hati
tersebut, St. Ignatius Loyola memberikan tuntunan dengan mengajak setiap
pribadi merenungkan dan mengkontemplasikan misteri kehidupan Tuhan kita Yesus
Kristus yang merupakan kerendahan hati Allah demi keselamatan kita. Sebab
sumber kerendahan hati adalah kasih Allah bagi manusia demi keselamatan
manusia, dan kita diajak untuk menanggapi kasih Allah itu dengan taat
sepenuhnya pada Allah.
Dalam dunia sekarang ini, mungkin dalam
memperjuangkan ketiga macam kerendahan hati tersebut akan sangat sulit bagi
kita. Namun kita diberi anugerah oleh Kristus untuk selalu terbuka akan segala
macam anugerahNya. Salah satu anugerah itu adalah rahmat pengampunan dosa yang
kita terima melalui sakramen tobat. Dengan menerima sakramen tobat, kita diajak
untuk selalu terbuka akan rahmat penyempurnaan Allah bagi kita. Saat itulah
kita diajak berdamai kembali dan dimampukan untuk selalu belajar dari segala
hal di dunia ini agar semakin memusatkan diri kepada Allah. Dengan demikian,
kita pun diajak untuk belajar semakin rendah hati di hadapan Allah dan sesama.
Itu semua demi kemuliaan Allah yang lebih besar dan juga keselamatan jiwa kita.
Selain dengan sakramen tobat, kita pun belajar
rendah hati dengan selalu terbuka pada persatuan dengan Tuhan melalui sabda dan
tubuhNya dalam Ekaristi. Ketika kita masuk dalam Perayaan Ekaristi, kita diajak
untuk bergabung dalam perjamuan Tuhan, menerima roti dari roti yang sama yakni
tubuh-Nya. Dan sesudahnya, kita pun diutus untuk menjadi bagian dari roti yang
sama itu dan dibagikan kepada sesama demi kehidupan banyak orang. Karena Allah
pertama-tama mencintai kita dengan begitu besarnya, hingga menyerahkan
puteraNya sendiri sebagai makanan jiwa kita, maka kita pun diutus untuk
membagikan cinta itu demi keselamatan banyak orang, agar sesama kita pun merasakan
kasih Allah itu yang juga tercurah bagi mereka. Dengan demikian, pusat segala
hidup ini bukan pada diri kita sendiri tetapi dalam pelaksanaan hukum Tuhan dan
ketaatan kepada kehendakNya.
Akhirnya, kerendahan hati merupakan sikap iman
kita kepada Tuhan sebagai tanggapan atas karunia kasihNya yang begitu besar.
Meski harus berjuang berat dalam melepaskan segala pusat diri demi memusatkan
pada Tuhan, hal ini menjadi perjalanan peziarahan yang akan menghantar pada
keselamatan. Inilah peziarahan iman yang akan terus menerus kita perjuangkan
selama kita di dunia ini. Sumber dari segala peziarahan ini adalah karunia
Tuhan yang tidak pernah habis tercurah pada kita. Untuk memperjuangkan sikap
iman melalui kerendahan hati ini, St. Ignatius Loyola mengajari kita untuk
melakukan discernment (pemeriksaan
batin). Discernment ini berguna untuk
melakukan pembedaan roh. Dengan melakukan discernment, kita diajak untuk peka
terhadap dorongan-dorongan diri yang berasal dari roh jahat atau roh baik.
Ketika kita semakin peka terhadap dorongan-dorongan itu, kita bisa berjuang
untuk mengalahkan roh jahat dan memilih roh baik, dan dengan demikian kita
menjadi semakin rendah hati seturut kehendak Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar