Bacaan: Lukas 7:1-10
Pengalaman ini terjadi pada hari Jumat Agung beberapa tahun yang lalu. Saat itu, saya kebetulan
ditugaskan untuk asistensi di paroki Boyolali. Ketika saya sedang
berjalan-jalan di depan Gereja, saya bertemu dengan seorang pemuda yang duduk
di kursi roda. Pemuda ini cacat sejak lahir. Ia mengalami kesulitan berbicara,
dan kedua tangan serta kakinya tidak tumbuh secara normal. Lalu saya mengajak
dia kenalan dan ngobrol. Namanya
Siswanto. Tiba-tiba saya melihat ada secuil lukisan dirinya di belakang
kursi roda. Lalu saya tanya itu lukisan siapa. Ia menjawab bahwa itu adalah
lukisan dirinya, yang dilukis oleh dirinya sendiri. Dalam hati saya
mengaguminya, sebab dengan tangan yang aneh dan mengenaskan itu, mas Siswanto dapat melukis sedemikian
indah dan real. Saya seolah tak percaya. Namun ketika ada seorang yang
mengatakan bahwa lukisan-lukisan mas Siswanto ini sudah sering dipamerkan di
pameran hasil karya para difabel, saya jadi kagum.
Dan satu hal yang membuat saya tersentuh, adalah RASA SYUKUR yang mendalam
dari dirinya.. karena telah diberi ANUGERAH sedemikian indahnya oleh Tuhan. Ia mengakui bahwa segala sesuatunya adalah
rahmat Allah...bahkan situasinya sebagai orang difabel. Iman terhadap
besarnya anugerah Allah inilah yang membuatnya selalu menyandarkan diri pada
Allah dengan berjuang mengembangkan bakatnya secara optimal. Ia tidak
mengeluh akan keadaannya, namun Ia dapat berkarya dengan total demi cintanya
yang tulus kepada Tuhan. Inilah wujud iman yang hidup. Ia sadar, bahwa hidupnya
tergantung pada orang lain...namun justru dalam keadaan mengosongkan diri
inilah, ia menyerahkan diri sepenuhnya
pada penyertaan Tuhan. Dengan merendahkan diri dihadapan-Nya dan bersyukur
akan rahmat Tuhan, kita dapat mengembangkan diri kita seturut kehendak-Nya. Dan mukjizat pun terjadi, seperti hamba
perwira yang sembuh karena iman dan kerendahan hati majikannya. Ia sadar bahwa
hidupnya sepenuhnya bergantung pada Tuhan (yang
hadir dalam diri Kristus).
Apakah kita disini sungguh sudah dapat MENSYUKURI segala karunia Tuhan itu
dan kemudian GIAT MEMPERKEMBANGKANNYA?
Atau kita sering meragukan rahmat-Nya yang berlimpah pada diri kita dengan
keluhan-keluhan dan protes kita terhadap penyelenggaraan Tuhan? Atau justru
kita sering merasa diri sombong dan pongah dengan mengatakan bahwa kita mampu
melakukan segala sesuatu tanpa penyertaan Tuhan? Kita adalah makhluk lemah,
akan tetapi ketika kita dengan tulus mengakui kelemahan dan berbalik
mengandalkan Allah, maka kita akan dikuatkan. Iman orang yang tulus hati selalu
membuka jalan bagi rahmat Tuhan untuk menyatakan MUKJIZAT PENYELAMATANNYA!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar