Data Buku
Judul :
Global Transformation
Pengarang :
David Held dan Anthony McGrew (ed)
Penerbit :
Polity Press, Cambridge
Tahun Terbit :
2000
Halaman :
624 hal
Ukuran : 244 x 172
mm, 6.75 x 9.75 in
Bab 1
Globalization
Oleh George Modelski
Bab pertama buku Global
Transformation diisi oleh tulisan dari George Modelski[1] yang
berjudul Globalization. Dalam tulisan
ini, George Modelski hendak memberikan definisi atau cakupan terhadap proses
globalisasi yang terjadi pada dunia saat ini. Menurutnya, masyarakat dunia saat
ini adalah masyarakat global. Proses dimana masyarakat secara historis dibawa ke dalam satu sistem global ini
disebut sebagai globalisasi. Sifat dan bentuk yang dihasilkan oleh proses globalisasi
dalam dunia ini akhirnya juga menjadi
salah satu faktor dasar dari politik masyarakat dunia saat ini.
George
Modelski lantas merunut sejarah masyarakat beserta perkembangan peradabannya
yang menghantar masyarakat kita saat ini hingga sampai kepada proses
globalisasi. Salah satu unsurnya adalah
terjadinya perluasan atas ruang lingkup geografis dari komunitas manusia.
Perluasan ruang lingkup geografis ini pun mengakibatkan terjadinya perkembangan
ruang lingkup dari organisasi sosial. Proses
perluasan ini dimulai sejak enam ribu tahun lalu ketika sebuah ‘Masyarakat Besar’ mengambil bentuk dalam kota-kota di
Mesopotamia yang ruang lingkup wilayahnya mencapai dua atau tiga ratus mil;
hingga ketika Kekaisaran Roma menguasai lembah Mediterania. Hal yang sama
kemudian berlanjut saat kekuasaan Cina dan India mulai merambah kawasan Asia.
Proses perluasan ini terjadi di antara tahun 500 SM hingga 200 M, ketika budaya
Hellenis mulai mencapai India dan Kekaisaran Han mulai mengadakan kontak dengan
India. Situasi ini mungkin menjadi praktik awal munculnya beberapa pola
interaksi dalam masyarakat kuno. Meski secara umum, bagaimana pun juga,
interaksi ini masih bersifat jarang, tidak langsung, non-politik, dan belum
sungguh-sungguh global.
Untuk
merunut asal mulai proses globalisasi, George Modelski menampilkan
periode-periode awal peradaban masyarakat yang mulai menguasai daerah-daerah
lain di dunia. Periode tersebut adalah:
1. Peradaban
Islam
Periode
globalisasi dimulai pada sekitar tahun 1000 ketika peradaban Islam mulai
merambah dunia di luar Arab. Penyebaran agama Islam beserta budayanya mulai
menghubungkan daerah-daerah yang jauh mulai dari Spanyol hingga Maroko, melalui
Damascus menghubungkan Kairo dan Baghdad, dari Persia hingga utara India;
termasuk juga Indonesia dan Afrika Tengah maupun Afrika Selatan. Periode ini
menjadi tanda awal dimulainya proses globalisasi dimana unsur-unsur agama dan
budaya Islam yang berakar dari dunia Arab mulai menghubungkan daerah satu
dengan daerah lainnya, komunitas budaya tertentu dengan budaya lainnya. Hal ini
berlangsung selama ratusan tahun dimana peradaban Islam sungguh telah menguasai
masyarakat dunia.
2. Ekspansi
Laut Masyarakat Eropa
Setelah
tahun 1500, kebudayaan Islam mulai terkepung oleh ekspansi laut masyarakat
Eropa. Ekspansi laut masyarakat Eropa ini akhirnya membuat kebudayaan Islam
hanya mampu menguasai daerah Afrika dan Asia. Sejak saat itu, tugas untuk
menyatukan dunia secara politis diambil alih oleh masyarakat Eropa. Perintis
awal dari ekspansi ini adalah orang-orang Portugis dan Spanyol yang telah mempelajari
dengan sungguh dan menaruh hormat pada kebudayaan Islam pada abad-abad
sebelumnya. Dan segera setelah Columbus menemukan surga ‘amerika’, ekspansi
terhadap daerah-daerah lain di seluruh dunia ini mulai marak dan memunculkan suatu pola baru tentang
jaringan permanen yang menghubungkan masyarakat dunia. Keinginan untuk
memperluas wilayah suatu kekuasaan kebudayaan tertentu ini memunculkan pola
baru dalam politik dunia.
3. Beberapa
Segi Lain
Ekspansi
kelautan masyarakat Eropa yang kian marak ini pertama-tama didasari oleh
keinginan untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak. Oleh karena itu, salah
satu segi yang turut mempengaruhi dalam proses globalisasi ini adalah
penggunaan kekerasan dan perang. Orang-orang Eropa yang melakukan ekspansi ke
wilayah-wilayah dunia lain ini memiliki latar belakang suka berperang. Mereka
memiliki teknologi militer dan kekebalan terhadap berbagai macam penyakit.
Kenyataan inilah yang memungkinkan ekspansi ini berkembang pesat dan menjadi
salah satu segi dominan bagi munculnya sistem politik dunia.
Ekspansi
ini didukung oleh suatu kekuatan politik tertentu yang terorganisasi dan
menekankan efisiensi. Sebab dengan ekspansi ini, masyarakat Eropa yang dipimpin
oleh suatu pemerintahan terorganisasi mendapatkan banyak buah. Pemerintahan
yang terorganisasi dan menekankan efisiensi ini dipelajari oleh banyak kerajaan
Eropa dari peradaban Italia pada sekitar abad pertengahan. Sejak saat itulah
masyarakat Eropa yang melakukan ekspansi ke luar wilayah Eropa mulai
mengembangkan suatu pemerintahan yang terorganisir dan efisien demi mendukung
ekspansi besar-besaran. Pemerintahan yang terorganisir dan efisien inilah yang
akan menyediakan dana, teknologi, dan juga kekuatan politis bagi angkatan laut
yang hendak mengadakan ekspansi ke luar wilayah Eropa. Mulai saat itulah
tersusun sebuah pemerintahan dengan sistem organisasi modern, pengembangan
teknologi navigasi, efisiensi kekuatan militer, dan munculnya industri kapal.
Untuk membiayai perjalanan ini, pemerintah menerapkan sistem pajak dan
investasi dari para pedagang-pedagang. Selain itu, para personil yang terlibat
dalam ekspansi ini juga membutuhkan suatu pelatihan khusus. Pemerintah yang
mampu mengatur hal ini sedemikian rupa sehingga memungkinkan ekspansi,
merupakan sebuah pemerintahan yang kuat dan menjadi dasar dari suatu organisasi
politik.
Mulai
saat itu juga lahirlah para pedagang-pedagang yang menggunakan modalnya demi
mengembangkan usaha dagangnya secara besar-besaran. Mereka saling bersaing satu
sama lain hingga memunculkan beberapa monopoli perdagangan yang didukung oleh
para Raja. Kolaborasi antara para pedagang dan Raja sebagai penguasa politik
ini telah melahirkan sebuah sistem perdagangan baru dimana modal memegang
peranan penting dalam menguasai daerah tertentu. Pada periode ini juga mulai
lahir korporasi-korporasi awal yang bergerak dalam bidang perdagangan.
Korporasi-korporasi dagang semacam
English East Indies Company dan VOC adalah embrio dari organisasi
korporasi modern.
Karakteristik
terpenting dari globalisasi adalah karakter yang tidak dapat terkontrol.
Ekspansi yang terjadi ini tidak diatur oleh sebuah sistem pusat. Ekspansi ini
bukan berasal dari satu entitas yang disebut Eropa tetapi lebih sebagai
ekspansi dari begitu banyak perusahaan dari Eropa yang mulai merambah dunia. Situasi
ini mengubah wajah Eropa. Meski ada beberapa monopoli perdagangan yang terjadi
oleh suatu negara Eropa tertentu, namun tetap tidak ada negara dapat menguasai
seluruh Eropa. Mereka saling bersaing satu sama lain dalam melakukan ekspansi dan
memperbesar pundi-pundi kekayaan dari wilayah di luar Eropa. Proses globalisasi
inilah yang mempengaruhi sistem independen negara-negara di Eropa dan segera
setelah itu juga dunia, dengan mengembangkan penyebaran organisasi-organisasi.
Situasi ini akan mempengaruhi perkembangan politik dunia selanjutnya.
Dalam
proses globalisasi ini siapakah pertama-tama yang diuntungkan? George Modelski
menjawab bahwa masyarakat Barat (Eropa)-lah yang pertama-tama diuntungkan.
Dengan adanya ekspansi ke wilayah-wilayah luar Eropa dengan kekuatan organisasi
dan kekuatan politik yang besar, negara-negara Eropa memiliki kekuasaan dalam
memperoleh sumber daya alam dari negara-negara luar Eropa.
Perusahaan-perusahaan dagang Eropa yang didukung oleh kekuatan politik suatu rezim
monarki tertentu akan semakin mudah dalam menguasai dan mengeksploitasi daerah
jajahan. Di dalam Eropa sendiri, proses globalisasi ini pertama-tama
menguntungkan bagi mereka yang memiliki kekuasaan politik, sebab merekalah yang
memimpin dan mengatur ekspansi ini.
Meski
begitu, proses ini juga menyisakan sebuah efek negatif yang terjadi pada
wilayah-wilayah jajahan atas ekspansi tersebut. Efek yang terjadi bisa sangat
mematikan baik bagi organisasi sosial maupun anggota masyarakat dari organisasi
sosial tersebut. Proses globalisasi ini mampu memecah belah masyarakat dan memunculkan digunakannya kekerasan
ataupun pemusnahan suatu golongan masyarakat tertentu. Proses ekspansi
besar-besaran ini menyebabkan kemiskinan, depresi, terjangkitnya wabah dan
penderitaan bagi komunitas lain yang dijajah. Selain itu, proses globalisasi
ini memunculkan politik dunia yang berpusat pada dunia Barat. Para pemerintah,
masyarakat, bahkan individu-individu dibawa ke dalam mainstream (pola pikir) kebudayaan Eropa dengan jalan kooptasi.
Masyarakat luas akhirnya didominasi, dikontrol, diisolasikan oleh kebudayaan
Barat. Kooptasi selalu merupakan cara yang mudah untuk menguasai masyarakat
karena efek dominasinya lebih mendalam, cepat dan menjangkau kalangan luas.
Globalisasi akhirnya menimbulkan banyak problem dalam komunitas dunia dalam
usahanya menjadi masyarakat yang baik.
Dengan
menelusuri awal mula munculnya globalisasi, George Modelski akhirnya
mengungkapkan bahwa kesimpulan mengenai problem yang ditimbulkan oleh proses globalisasi
ini tidak dapat ditarik secara mudah dan optimistik. Jawaban ideal atas masalah
ini adalah hendaknya proses ini dapat
menciptakan keuntungan yang lebih luas, atau sekurang-kurangnya dapat
menghindari bahaya yang amat besar, yang diakibatkan oleh proses globalisasi.
Meski begitu, ia juga mengatakan bahwa masyarakat luas dalam proses globalisasi
ini tidak mungkin dapat menjadi sebuah masyarakat yang baik. Dan saat ini, kita
tengah menghadapinya sambil berharap, semoga akan ada hal yang membuat masyarakat
menjadi lebih baik.
Bab 2
Rethinking
Globalization
Oleh David
Held and Anthony McGrew, David Goldblatt and Jonathan Perraton
1. Rethinking
Globalization: an Analytical Framework
Pada bab dua ini diungkapkan tentang proses
memahami ‘globalisasi’ secara lebih detail. Pemahaman saat ini terhadap
globalisasi sebagai suatu keterhubungan global (global interconnectedness) secara lebih mendalam dan cepat
hendaknya perlu diperjelas dan dipersempit lagi. Penjelasan dan penyempitan
pemahaman terhadap globalisasi ini diperlukan untuk mengurangi berbagai macam
kesulitan yang muncul dari definisi-definisi tersebut. Pemahaman ini perlu
ditempatkan dalam kerangka yang lebih khusus dan menyangkut unsur-unsur yang
memungkinkan proses globalisasi mampu terbentang hingga saat ini.
Untuk
mendapatkan pemahaman yang jernih tentang globalisasi, kita hendaknya
menempatkan globalisasi dalam ruang lingkup rangkaian antara ruang lokal,
nasional dan regional. Hal ini meliputi relasi sosial dan ekonomi serta
jaringan-jaringannya yang diorganisasikan dengan basis lokal, nasional dan regional.
Berdasarkan pemetaan ruang lingkup pemahaman globalisasi tersebut, maka konsep
globalisasi pertama-tama adalah peregangan (stretching)
dari aktivitas sosial, politik, ekonomi lintas batas seperti halnya suatu
peristiwa, keputusan, dan aktivitas di suatu wilayah dunia ini dapat memiliki
signifikansi bagi individu atau masyarakat yang berada di wilayah lain dari
bumi ini. Dalam arti ini, globalisasi berarti memungkinkan adanya keterhubungan
antar regional, pencapaian yang lebih luas atas jaringan aktivitas sosial dan
kekuatan, dan juga kemungkinan untuk melakukan tindakan dari suatu daerah yang jauh. Keterhubungan ini
bersifat reguler; lebih intens (intensity)
dan lebih luas (extensity). Selain
itu, keterhubungan ini ditandai dengan percepatan (velocity) interaksi global yang didukung oleh perkembangan sistem
transportasi dan komunikasi seluas dunia. Hal ini menyebabkan terjadinya
penyebaran yang demikian cepat atas gagasan-gagasan, barang-barang, informasi, modal
dan manusia ke seluruh penjuru dunia. Di samping ketiga hal tersebut:
intensitas, keluasan, dan kecepatan; pengaruh yang kuat (impact) atas keterhubungan antara lokal dan global juga menjadi salah satu ciri terjadinya
proses globalisasi. Oleh karena itu, untuk memahami globalisasi secara lebih
memuaskan, hendaknya perlu melihat keempat karakter dari keterhubungan ini:
keluasan (extensity), intensitas (intensity), kecepatan (velocity) dan berpengaruh kuat (impact).
Dengan
memahami ruang lingkup/batasan tentang globalisasi tersebut, sebuah definisi
yang tepat dari globalisasi dapat diungkapkan: globalisasi adalah a process (or set of processes) which embodies a
transformation in the spatial organization of social relations and transaction—assessed
in terms of their extensity, intensity, velocity and impact—generating
transcontinental or interregional flows[2]
and networks[3]
of activity, interaction, and the exercise of power.
Konsep/definisi
globalisasi ini akan dengan mudah memperjernih perbedaan pemahaman antara
globalisasi dengan lokalisasi (interaksi konsolidasi tingkat lokal),
nasionalisasi (interaksi konsolidasi tingkat nasional), regionalisasi
(kerjasama regional), dan internasionalisasi (kerjasama internasional). Dari
hal-hal ini tentu ada yang mendukung terjadinya proses globalisasi seperti
misalnya regionalisasi dan internasionalisasi, sementara lokalisasi dan
nasionalisasi lebih ingin menghambat atau menangkal terjadinya proses
globalisasi.
2. Historical
forms of globalization
Orang-orang
yang skeptis terhadap globalisasi mulai mempertanyakan apakah globalisasi tidak
lebih dari sebuah fenomena cerita yang sebenarnya sudah ada sebelumnya, sama
dengan narasi-narasi besar lainnya. Untuk menjawab ini, diperlukan suatu
kerangka analitis semacam penjelasan komparatif historis. Pendekatan ini
mengembangkan gagasan tentang historical
forms of globalization sebagai dasar untuk membuat suatu analisis
komparatif sistematik atas globalisasi. Berdasarkan cakupan pemahaman tentang
globalisasi yang telah diungkapkan sebelumnya, historical form of globalization dapat dijelaskan dan diperbandingkan pertama-tama dengan
melihat empat dimensi spatio-temporal: (1) the
extensity of global networks; (2) the
intensity of global interconnectedness; (3) the velocity of global flows; (4) the impact propensity of global interconnectedness.
Pendekatan
historis terhadap konsep globalisasi ini akan menghindarkan pendapat yang
mengatakan bahwa globalisasi secara pasti merupakan suatu hal yang baru ataupun
pendapat yang mengatakan bahwa globalisasi merupakan sebuah kelanjutan dari
narasi-narasi besar yang telah ada sebelumnya. Secara khusus, pendekatan ini
mengajak kita untuk mengenal globalisasi secara lebih empiris yakni berdasarkan
kategori-kategori yang telah disebutkan di atas: keluasan, intensitas,
kecepatan, dan pengaruh yang kuat dari keterhubungan interkontinental ini.
Selanjutnya,
mengenai pengaruh yang kuat (impact),
globalisasi menyertakan perlunya suatu analisa yang detil mengenai jenis-jenis
pengaruh yang kuat (impact) ini: decisional, institutional, distributive,
dan structural. Decisional impact adalah pengaruh kuat terhadap otoritas dalam
membuat keputusan atau kebijakan. Institusional
impact adalah pengaruh kuat terhadap agenda masyarakat dalam menentukan
pilihan-pilihan efektif yang disediakan oleh proses globalisasi. Distributive impact adalah pengaruh kuat
terhadap pembentukan konfigurasi sosial masyarakat (klas,kelompok,
kolektivitas), sedangkan structural
impact adalah pengaruh kuat pada pembentukan pola-pola masyarakat sosial
domestik, organisasi ekonomi dan politik, serta kebiasaan-kebiasaan yang
menyertainya. Kedua jenis impact di
atas lebih bersifat langsung, sementara dua setelahnya bersifat tidak langsung.
Sebagai tambahan terhadap dimensi ruang dan
waktu yang membentuk adanya globalisasi, terdapat empat dimensi lagi yang
memetakan profil organisasional di era globalisasi secara khusus yakni: infrastructures, institutionalization,
stratification, dan modes of
interaction. Keempat dimensi ini menjadi semacam peta ruang lingkup
terjadinya globalisasi. Jelas bahwa globalisasi terjadi bila ada pergerakan
infrastruktur. Pergerakan infrastruktur ini memungkinkan terjadinya
institusionalisasi dimana relasi sosial menjadi institusional dan diatur sepenuhnya
oleh agen-agen global (negara, korporasi, individu, dsb). Pergerakan
infrastruktur dan institusionalisasi ini menimbulkan lahirnya stratifikasi
sosial (perubahan managemen organisasional, distribusi dan penggunaan
kekuasaan). Hal ini membentuk sebuah stratifikasi global. Akhirnya, dalam
globalisasi ini muncul berbagai macam modes
of interaction seperti: kekuasaan imperial, pemaksaan/penindasan,
kooperatif, kompetitif, konfliktual—terutama diwarnai oleh pertentangan antara
instrumen ekonomi dan militer. Situasi sosial awal abad 19 yang diwarnai oleh
ekspansi dari dunia Barat, imperialisme, dan kekuatan militer menjadi model
interaksi dari proses globalisasi awal.
Sementara itu, pada akhir abad 20 ini, kekuatan militer bergeser ke arah
pertentangan ekonomi, kompetisi, dan kooperasi.
[2] Flows: gerakan dari
barang-barang fisik, orang-orang, simbol, tanda, informasi lintas ruang dan
waktu
[3] Networks: interaksi yang
terpola antara agen independen, simpul aktivitas atau konsentrasi kekuatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar