Beberapa saat lalu sebelum pemilu berlangsung,
aku mendapat sebuah kiriman video tentang sejarah hidup singkat Bapak Jokowi,
calon presiden nomer 01 di tahun 2019. Dalam video tersebut, Pak Jokowi
bercerita tentang sejarah singkat hidup beliau yang digambarkan dengan animasi
kartun. Sekilas video itu tampak sederhana dan tak ada sesuatu yang istimewa.
Tidak ada prestasi yang amat menonjol dari hidup seorang Pak Jokowi. Tapi aku
tertarik dengan salah satu kisah yang beliau ceritakan saat kuliah dulu. Cerita itu adalah saat beliau jatuh cinta
kepada seorang gadis bernama Iriana, yang sekarang adalah istri beliau.
Diceritakan oleh beliau bahwa demi bertemu Iriana, Jokowi muda yang tengah
berkuliah di UGM rela bolak-balik Jogja-Solo menggunakan angkutan umum. Dalam
video, ditampilkan gambar bus dengan tulisan Mira, bus antar kota antar
propinsi Jurusan Jogja-Surabaya. Sebagai seorang anak yang terlahir di Klaten
dan bapakku berasal dari Jogja, jalan Jogja-Klaten menjadi begitu istimewa
bagiku. Hingga akhirnya aku kuliah di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
pun, jalan Jogja-Klaten selalu kulalui ketika aku hendak pulang kampung ataupun
kembali ke kampus di Jogja. Aku juga sering menggunakan angkutan umum bus antar
kota-antar propinsi. Cerita Pak Jokowi ini begitu membuatku terharu, karena
ternyata jalan yang sering kulalui, juga dulu sering dilalui oleh Pak Jokowi
yang sekarang ini adalah Presiden Indonesia ke-7 dan tengah maju ke Pilpres
tahun 2019-2024. Cerita sederhana beliau menyentuh sisi emosionalku, bahwa
seorang Presiden Indonesia ternyata tidak jauh berbeda dari rakyat kecil
sepertiku. Aku juga merasa, ternyata seorang rakyat kecil macam Pak Jokowi pun
bisa jadi pemimpin negara besar, bangsa besar, bangsa Indonesia ini.
Aku sebenarnya bukanlah fans Pak Jokowi, namun
aku merasa kehadiran beliau di tengah bangsa Indonesia ini begitu fenomenal.
Beliau berasal bukan dari golongan bangsawan ataupun keturunan orang-orang
besar negeri ini, tapi beliau ternyata mampu menyentuh hati segenap warga
Indonesia. Jika ada kekurangan dalam memimpin, tentu bisa dimaklumi karena
beliau baru menjabat selama kurang lebih 4,5 tahun di negara sebesar dan
sekompleks Indonesia ini. Maka ketika muncul video Sexy Killer yang mengkritik
tentang abainya pemerintah terhadap kesusahan rakyat kecil akibat pertambangan
batubara, aku tidak langsung ikut menghujat beliau Pak Jokowi. Bagiku menjadi
begitu aneh jika meletakkan kesalahan hanya kepada beliau sementara negara ini
telah disusun begitu rupa dari tahun ke tahun, dari masa ke masa oleh
kebersamaan dan persatuan bangsa. Menyalahkan pemerintah ataupun orang-orang
pelaku bisnis yang bekerjasama dengan pemerintah untuk pembangunan tidak akan
memberi solusi yang nyata bagi perubahan bangsa ini. Memang kritik sangat
diperlukan, tetapi menyalahkan bukanlah bagian dari perjuangan untuk kebaikan
bangsa ini. Lagi pula, kita anak-anak negeri yang akan menikmati hasil
pembangunan. Dan terkadang kita sendiri yang tidak sungguh bisa uga hari saat
menggunakan hasil pembangunan. Pemerintah itu perlu dikritik, dikawal, namun
tidak perlu dengan menyalahkan, sebab kadang kita juga yang membuat mereka
bertindak salah.
Kenapa aku menyebut Pak Jokowi itu fenomenal? Ya
menurutku Pak Jokowi itu sosok yang biasa saja, sosok seperti kebanyakan rakyat
biasa, yang menjadi pemimpin dari karya-karyanya, bukan dari retorika dan kotbah-kotbahnya.
Bagiku itu sebuah hal yang fenomenal. Sebab Pak Jokowi selalu mengatakan
optimis bagi setiap yang dikerjakannya, nyaris tanpa kepentingan. Ia tidak
pernah membujuk rakyat untuk percaya kepadanya melalui kata-kata, melalui
janji-janji, tetapi melalui karya. Dan apakah karya itu akan berhasil sempurna?
Sekali lagi beliau tidak mengatakan bahwa karya itu berhasil sempurna, tetapi
ada tekanan optimisme yang beliau perlihatkan dengan ketekunan bekerja. Dan
bagiku, bukti nyata dari kerja beliau telah banyak berhasil membungkam bahkan
menjungkirbalikkan niat-niat tertentu dari orang maupun golongan yang hendak
memecah belah bangsa ini dengan narasi-narasi bagus tapi sepi makna dan
relevansi.
Bagiku, hal itu sungguh fenomenal karena niat
Pak Jokowi dulu hanyalah sebagai seorang walikota Solo yang baik. Beliau tidak
pernah menghendaki untuk menjadi presiden dari diri beliau sendiri. Tetapi
ketika suara rakyat menghendaki disambung lidahnya oleh beliau, maka tanpa
keraguan beliau terima itu dan jalankan dengan tanpa rekayasa. Pak Jokowi yang
adalah seorang Presiden, tetap sama ketika beliau sebagai seorang bapak dan
kakek yang baik bagi keluarga, seorang walikota Solo yang baik, seorang
Gubernur DKI yang baik. Tidak ada yang direkayasa dari beliau. Jika ada yang bilang bahwa setiap
tindak-tanduk beliau adalah pencitraan, beliau menjawab dengan karya nyata. Jika
ada yang kurang, tentu saja dimaklumi sebab mengelola negara sebesar Indonesia
ini tidak semudah mengelola sebuah keluarga kecil. Dasar beliau sebenarnya
sederhana yakni mengajak segenap bangsa ini untuk menjadi diri sendiri, menjadi
orang yang benar-benar bertanggungjawab atas pilihan nasib yang ditunjukkan
Tuhan kepada dirinya, entah sebagai apapun itu. Pak Jokowi bukanlah seorang
yang istimewa, beliau itu orang biasa. Dan itulah yang ditampilkan Pak Jokowi
hingga saat ini jadi Presiden Indonesia sekalipun. Beliau juga mengatakan bahwa
saat masih muda, beliau juga suka naik gunung, suka mendengarkan musik-musik
keras, dan juga berambut gondrong, seperti kebanyakan anak muda yang tengah
mencari jati diri. Hampir tidak ada yang istimewa dari hidup beliau, bahkan
sebagai seorang karyawan perusahaan kayu dan pengusaha kayu pun, beliau tetap
seperti adanya, tanpa rekayasa. Lalu apakah beliau menghendaki untuk jadi
Presiden dari diri beliau? Aku kok yakin, jika tanpa suara rakyat, beliau tidak
pernah menghendaki jabatan itu. Jangankan Presiden Republik Indonesia, jadi
walikota dan Gubernur pun sebenarnya bukan cita-cita beliau. Beliau hanya ingin
keluarganya rukun, baik dan sejahtera.
Demikian pula ketika dipercaya untuk menjadi bapak bagi sebuah kota, propinsi,
dan kemudian sebuah negara. Bukanlah hal itu amat biasa saja?
Ya, itu biasa saja, tak ada yang istimewa.
Namun bagiku, justru itulah yang fenomenal. Orang Indonesia itu sering punya
mimpi besar, cita-cita selangit, namun lupa bahwa mimpi dan cita-cita itu
dibangun melalui proses untuk menjalani tahap yang biasa-biasa saja. Maka
sering kali orang Indonesia itu gagal secara prematur karena tanpa menjalani
proses itu. Sebagai contoh misalnya timnas kita, ataupun tim-tim sepakbola yang
menghendaki juara tapi tanpa menjalani proses latihan yang berat dan rutin demi
meningkatkan skil serta strategi yang jenius nan sportif. Bagiku, Pak Jokowi
itu fenomenal, bukan karena prestasi beliau, tetapi karena ketekunan beliau,
kesederhanaan beliau, keyakinan beliau, dan ketaatan beliau menjalankan amanah
rakyat. Meski mungkin memang Pak Jokowi itu seorang yang jenius, tapi itu
adalah hasil dari ketekunan, kesederhanaan, kejujuran, keyakinan dan ketaatan
beliau dalam menjalankan amanah.
Bagiku, Pak Jokowi itu fenomenal, karena
seorang yang pada masa mudanya dulu berdesak-desakan di bus antar kota, tanpa
dikenal siapa-siapa, hilir mudik Jogja-Solo, mau mengemban amanah dari segenap
rakyat yang menitipkan suaranya agar Indonesia ini tetap Bhinneka, tetap jujur,
tetap optimis, tetap bersatu, tetap berdasarkan Pancasila, tetap gotong-royong,
tetap berbenah dari waktu ke waktu, dan tetap saling mengampuni. Inilah yang
menurutku fenomenal. Pak Jokowi, dari perawakannya saja, mirip dengan tukang becak,
sederhana, cenderung kurus dengan wajah orang ndeso-nya, tapi mampu menjadi
penyambung lidah rakyat. Dan ketaatannya kepada amanah rakyat ini bukan tanpa
dasar, beliau melakukannya dengan sungguh karena beliau adalah bagian dari
rakyat yang telah ditempa oleh proses perjuangan sebagai rakyat kecil. Dari
sejak kecil, beliau telah sungguh mengalami apa itu sejatinya sebagai rakyat,
sebagai bagian dari bangsa ini tanpa pernah dicemari oleh keinginan untuk
berkuasa. Sebab sejatinya, amanah itu bukan kekuasaan, amanah itu adalah
tanggungjawab untuk menyambung lidah rakyat.
Bagiku, Pak Jokowi itu fenomenal, karena
kehadiran beliau mengusik pemikiran dan niat yang hendak meraih kekuasaan
dengan mengatasnamakan perjuangan pembelaan kepada rakyat. Bagi orang yang
hendak menguasai Indonesia, jelas keberadaan orang seperti Pak Jokowi yang
berdiri teguh hingga titik darah penghabisan untuk membela rakyat ini adalah
sebuah ancaman. Dan terbukti, kegigihan beliau Pak Jokowi membela jati diri
bangsa ini telah membuat orang-orang itu kelimpungan. Dengan sendirinya,
Indonesia ini mulai dibuka satu persatu niat-niat orang yang ada di dalamnya,
sebab rakyat Indonesia belum sepenuhnya menjadi orang Indonesia sejati. Ada
juga yang menggunakan nama Indonesia untuk kepentingan dirinya sendiri. Apa
yang dilakukan Pak Jokowi untuk memfilter bangsa dari segala kepentingan itu
pun begitu sederhana, yakni dengan menyerahkan seluruh waktunya untuk
kepentingan rakyat. Bisa dilihat, berapa jam sehari waktu yang diberikan untuk
diri sendiri dan keluarga, bisa dibilang begitu minim. Ketika Pak Jokowi
mengatakan “ya” kepada amanah itu sejak menjadi walikota Solo, beliau telah
membawa seluruh keluarganya kepada titik kritis karena seisi rumah beliau
diminta juga untuk siap dikorbankan. Tapi sekali lagi keluarga Pak Jokowi
bukanlah keluarga yang mudah menyerah pada drama kekuasaan ataupun popularitas
karena merasa diajak untuk berkorban. Daripada merasa menjadi korban,
anak-anaknya memilih untuk tetap menjalani hidup realnya sebagai seorang
penjual martabak dan penjual pisang goreng. Tapi pernahkah kita bermenung bahwa
sebenarnya martabak dan pisang goreng itulah yang menyelamatkan bangsa ini?
Bagiku, Pak Jokowi itu fenomenal, karena beliau
tetap seperti apa adanya. Di tengah godaan orang Indonesia dengan kesombongan
yang meluap-luap, beliau lebih suka untuk tetap bekerja seperti biasa tanpa
pernah mencatat dan mengingat apa yang pernah dikerjakannya. Sikap beliau ini
telah membuat segenap warga bangsa ini mulai berpikir secara merdeka, bahkan
bagi mereka yang jelas-jelas berseberangan dengan prinsip beliau. Jika dahulu
mereka tidak terang-terangan mengungkapkan, sekarang ini mereka mengungkapkan
karena seolah-olah mendapatkan kontrasnya. Kehadiran Pak Jokowi dengan segala
kesahajaannya ini telah menuntun Indonesia kepada suatu masa dimana bak gabah diinteri, setiap orang di negara
ini mulai menampakkan siapakah dirinya, niatnya, dan juga ketakutan-serta
kesombongannya. Di samping itu juga, semakin banyak orang-orang baik yang mulai
berani mengungkapkan kesediaannya untuk bergandeng tangan dengan beliau
membangun negeri ini. Gabah dipisahkan
dari gabah yang berisi dan yang kosong.
Bagiku, Pak Jokowi itu fenomenal. Beliau
fenomenal bukan karena kehebatannya dalam kacamata manusia biasa, tetapi karena
kesahajaan beliau. Selama Indonesia ini berdiri, sudah ada 7 Presiden yang
memimpin bangsa ini. Semua Presiden yang telah memimpin bisa dibilang orang
yang luar biasa, kecuali Pak Jokowi. Presiden Indonesia pertama yakni Ir.
Soekarno, adalah seorang keturunan bangsawan Bali dan Jawa, lalu Presiden
kedua: Presiden Soeharto, meskipun juga seorang anak rakyat biasa, namun beliau
adalah seorang Jendral TNI, tentu hal ini prestasi yang amat membanggakan.
Selanjutnya adalah Presiden Habibie, juga adalah seorang yang istimewa dengan
bakat intelektualitasnya. Selanjutnya adalah Presiden Gus Dur, beliau istimewa
karena adalah putera dari Kyai Besar di Bangsa ini dan pemimpin NU yang merupakan
kelompok umat Muslim yang besar di negara ini. Setelah Presiden Gusdur,
selanjutnya adalah Presiden Megawati Soekarnoputri yang adalah putri dari Sang
Presiden pertama bangsa ini. Presiden ke enam adalah Bapak Soesilo Bambang
Yudhoyono yang juga adalah seorang Jendral TNI. Sementara presiden ke-7, Pak
Jokowi, apakah yang bisa dibanggakan dari beliau? Menurut kacamata orang biasa,
tentu sulit untuk melihat keistimewaan beliau. Tapi menurutku, Bapak Jokowi itu
istimewa justru karena ia tidak memiliki keistimewaan itu. Beliau adalah rakyat
biasa, orang biasa, bagian dari bangsa Indonesia. Dan akupun tidak
membandingkan beliau dengan presiden presiden sebelumnya, sebab jika
dibandingkan, lalu apalah artinya membangun Indonesia. Sebab Indonesia itu bukan
untuk dikuasai dengan keistimewaan, tetapi dilayani dengan kesahajaan dan
ketekunan serta keikhlasan. Semua presiden yang pernah memimpin bangsa ini
adalah istimewa, termasuk Pak Jokowi. Dan semoga, dengan kesahajaan beliau,
tidak terulang kembali kesedihan para pahlawan bangsa ini ketika melihat
Indonesia ini seperti kue yang harus dibagi-bagi dan dikuasai. Tentu kita
ingat, lengsernya Presiden Soekarno adalah munculnya Orde Baru, seperti
dilengserkan oleh kekuatan saudaranya sendiri, lalu berturut-turut: Pak Harto
dilengserkan oleh Gerakan Reformasi 1998, Pak Habibie, Gusdur dan Megawati yang
menjabat tidak terlalu lama sebagai konsekuensi lahirnya demokrasi. Syukurlah
setelah itu lalu mulai ada pembatasan dua periode jabatan presiden. Bapak
Soesilo Bambang Yudhoyono berhasil menuntaskan amanah rakyat hingga dua periode,
meski kesan untuk berkuasa itu tetap saja masih ada dengan adanya
kelompok-kelompok yang ingin mempertahankan status quo. Baru mulai Pak Jokowi
itulah muncul sosok rakyat kecil yang dipilih sebagai pelayan bangsa ini.
Beliau Pak Jokowi bukanlah seorang ketua umum partai, bukanlah seorang yang
punya posisi strategis di bangsa ini seperti TNI atau milyuner. Beliau hanyalah
seorang kampung yang diminta untuk melayani negeri ini. Ditempa dari perusahaan
mebelnya, sebagai walikota Solo, Gubernur DKI, dan akhirnya dipercaya untuk
menanggung tanggungjawab yang lebih besar lagi, sebagai Presiden Republik
Indonesia.
Beliau bisa ke istana tanpa strategi, tanpa
niat berkuasa, tanpa akar kebangsawanan yang diakui rakyat, tapi beliau
menjalankan amanat rakyat dengan sederhana, dengan gigih, dengan tulus, dengan
tanpa banyak bicara, tanpa menghitung jasa, tanpa melihat Indonesia ini seperti
kue yang bisa dijarah dan dikuasai. Tetapi beliau memandang Indonesia ini
seperti bapak memandang anak-anaknya.
Terima kasih Pak Jokowi, karena Bapak pun dulu
sering hilir mudik Solo-Jogja lewat jalan Jogja-Klaten yang sering saya lalui
juga. Saya jadi percaya, bahwa siapapun itu, seorang anak bangsa bisa menjadi
seorang yang gigih untuk melayani bangsanya, dengan tulus, dengan sederhana,
dan dengan optimis, demi kejayaan keluarga besar kita, INDONESIA.
Yohanes Ari Purnomo
Maju terus pak Jokowi sebagai anak bangsa yang baik meskipun aku tidak mendukung mu tpi aq selalu menaati peraturan pemerintah mu
BalasHapus