Jumat, 19 April 2019

JANGAN KORBANKAN RAKYAT DEMI AMBISI PRIBADI


Pemilu tahun 2019 usai sudah. Berbagai cerita tentang kampanye dan juga perjuangan untuk menyelenggarakan pemilu sampai di pelosok negeri ini menyisakan sebuah kesan indah. Meski ada beberapa pejuang Pemilu itu yang akhirnya meninggal atau sakit, namun mereka dengan tulus melaksanakan tugas mengawal dan membantu suksesnya Pemilu. Disebutkan pula bahwa tingkat partisipasi rakyat Indonesia pada Pemilu kali ini amat luar biasa karena bisa mencapai lebih dari 80%. Artinya, rakyat Indonesia telah memiliki kesadaran untuk membangun demokrasi di negara ini demi Indonesia Maju. Tidak sedikit pula yang terlibat langsung sebagai Petugas KPPS, Banwaslu, KPU dan juga TNI-Polri yang mengawal dan mengamankan pelaksanaan Pemilu. Mereka melaksanakan itu semua dengan tulus karena mereka mencintai negeri ini.
 (Keterangan Video: kiriman dari seorang teman, Bripda Marselina Oktavianti, PAM TPS, Pengamanan serta pengawalan logistik pemilu 2019 di Desa Kualan Hulu, Kec. Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Beberapa tahun yang lalu saya pernah tinggal di Simpang Hulu dan berkunjung ke desa tersebut)

Lantas apabila pasca pemilu yang terjadi adalah saling klaim kemenangan, bahkan sebelum ada pernyataan resmi dari lembaga yang berwenang yakni KPU, apakah klaim itu sungguh berdasar? Apakah mereka yang menyatakan klaim itu tanpa dasar yang sahih tidak menghargai para pejuang pemilu ini? Mereka tidak peduli mau mendukung pasangan capres mana dan caleg mana. Mereka hanya ingin Pemilu ini berjalan dengan baik dan memperoleh hasil yang jelas pula sampai penghitungan resmi disampaikan. Namun ternyata perjuangan mereka seolah tidak dihargai dengan adanya saling klaim itu. Lantas apakah dengan saling klaim itu, bisa membuat kondisi Indonesia menjadi lebih baik? Apakah dengan saling klaim dan juga saling perang pengaruh dengan narasi-narasi yang dibangun tentang kurang kredibelnya lembaga KPU dapat memajukan demokrasi di negeri ini? Tidakkah itu hanya karena ambisi pribadi?
Semoga setelah kita melaksanakan Pemilu, kita bisa bersatu padu, percaya bahwa lembaga yang telah diberi tanggung jawab untuk melaksanakan Pemilu benar-benar melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya. Masihkah kurang perjuangan para kawan ini? Tidakkah seorang pecinta Indonesia dan demokrasi tetap akan menunggu hasil yang resmi dan yang senyatanya? Bukankah pendukung capres lawannya juga merupakan bangsa Indonesia. Tidakkah menerima kekalahan itu ksatria dan yang menang tetap akan melibatkan mereka yang kalah untuk turut berjuang bagi Indonesia yang semakin baik?

Jika alasan untuk saling klaim itu adalah demi keadilan dan kebenaran, bukankah ada proses hukum yang bisa dilalui tanpa membangun narasi yang bisa memecah belah rakyat? Bukankah kita memiliki prosedur hukum yang bisa menegakkan keadilan jika memang benar fakta yang dimiliki itu valid serta sesuai kenyataan?

Dan ingat, untuk berjuang bagi Indonesia, tidak harus menjadi Presiden atau Wakil Presiden. Menjadi pejuang-pejuang demokrasi seperti para petugas KPPS, KPU, Banwaslu, TNI-Polri yang menyukseskan pemilu hingga ke pelosok negeri pun sudah berjuang untuk Indonesia. Berjuang demi Indonesia bukan dengan membuat anak bangsa ini terbelah dengan kubu-kubu, tetapi dengan bekerja bersama. Jika memang ada ketidakadilan, bisakah kita berjuang untuk memberi masukan ke pemerintah tanpa harus berkuasa?

Bapak bapak yang terkasih, para politikus dan petinggi partai yang terhormat, marilah kita bertanya, apa yang sudah bapak buat untuk bangsa ini? Apakah masih bisa disebut pejuang bagi bangsa jika mengorbankan rakyat demi ambisi pribadi? Bukankah kekuasaan itu tidak ada artinya jika tanpa suara rakyat? Tolonglah hargai anak-anak bangsa ini yang mulai tergerak untuk membangun negeri dengan tanpa pamrih. Saya kira, bapak mengerti bahwa kepentingan Indonesia lebih penting daripada kepentingan pribadi bapak. Bahwa persatuan dan kemajuan negeri ini akan bapak perjuangkan setotalnya bahkan sampai nyawa bapak sendiri tidak lebih penting dari itu. Apalah arti kekuasaan apabila itu bukan mandat dari rakyat. Dan bapak pun akan dengan siap merelakan kekuasaan demi kemajuan bangsa ini. Mari kita hargai perjuangan anak-anak bangsa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar