Kepada segenap bangsa
Indonesia,
Calon Presiden dan
Wapres Nomer 01 dan 02
Calon Anggota
Legislatif Kabupaten, Provinsi, dan Pusat
Calon Anggota DPD
Para tokoh agama, tokoh
seni budaya, paranormal, tokoh masyarakat
Para Politikus Partai
warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, putih, dst
Para Pendukung Capres
No 01 dan 02, berikut Timsesnya
Para Supporter
Sepakbola Indonesia
Para Penyuka Lagu
Dangdut (baik dangdut lurus, dangdut koplo, campursari, dst)
Saudara-saudari Dari
Sabang Sampai Merauke
Saudara-saudari yang
bersurban, berhijab, sampai yang pakai rok mini, koteka, dan baju tanpa lengan
Saudara-saudari yang
suka film dalam negeri ataupun luar negeri
Saudara-saudari yang
suka selfi dan juga yang gunakan medsos untuk jual beli
Dan saudara-saudari
lainnya yang tak bisa disebut satu satu.
Pemilu tahun 2019 semakin dekat. Tanggal 17
April 2019 akan berlangsung pesta demokrasi di Indonesia. Pemilu tahun 2019
diadakan serentak antara pemilihan presiden dan wakil presiden serta pemilihan
wakil rakyat, DPR, DPD dari tingkat Kabupaten hingga Pusat. Calon presiden dan
wakil presiden yang diusung tidak jauh berbeda dari pemilu tahun 2014 yang
lalu. Persaingan untuk mendapatkan suara rakyat pun semakin intens saat
mendekati waktu Pemilu. Kampanye partai dan calon anggota DPR serta DPD
terlihat biasa-biasa saja, namun persaingan antar pendukung calon presiden dan
wakil presiden sepertinya semakin memanas saja. Kedua pasangan calon presiden
dan wakil presiden menyatakan bahwa merekalah yang bisa membangun Indonesia.
Mereka semua berlomba untuk meyakinkan rakyat Indonesia tentang memimpin bangsa
ini dengan benar. Tapi apakah janji-janji itu bisa diberi jaminan bahwa akan
dilaksanakan setelah mereka terpilih? Itu yang tidak pernah bisa diketahui
sebelumnya. Namun melihat semakin memanasnya persaingan itu, apakah kedua
pasangan calon presiden dan wakil presiden itu tidak melihat bagaimana bangsa
ini seolah telah dibawa kedalam kubu-kubu yang seakan melupakan bahwa kita
semua punya satu tujuan yakni kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat?
Situasi itu benar-benar membuatku prihatin,
terlebih apabila persaingan mulai mengarah kepada kebencian. Apakah bangsa ini
bisa dibangun dengan perasaan benci? Apakah bangsa ini bisa maju apabila
mendukung calon pemimpin saja hingga diwarnai dengan perasaan memusuhi pihak
berseberangan? Marilah kita bermenung bersama. Entah kamu pendukung pasangan 01
atau 02. Tidakkah kalian Indonesia, sama-sama warga yang hidup di bumi
Nusantara ini. Bukankah selama ini kita telah makan minum dan menikmati segala
fasilitas serta keuntungan dari bumi Indonesia ini? Mengapa hanya demi
mendukung pasangan calon presiden yang kalian unggulkan, lantas membenci
pendukung pasangan calon lawannya? Dan ingatlah, jika kebencian itu mulai ada
dalam hatimu, entah kamu pendukung 01 atau 02, maka Indonesia tidak akan banyak
kemajuan, bahkan ketika akhirnya calon yang kamu dukung bisa terpilih sebagai
pemimpin. BANGSA INI TIDAK AKAN MAJU APABILA DIBANGUN ATAS DASAR RASA BENCI.
Tentu jika aku mengutarakan hal ini, kamu akan segera bilang kepada rakyat
bahwa kamu tidak pernah membenci pihak lain, tetapi kenapa itu hanya ada di
permukaan saja. Tetap saja segala kebencian itu tidak akan bisa ditutupi serta
dikelabui dengan sikap manis ataupun retorika. Bahkan dengan alasan menjunjung
tinggi akal sehat sekalipun, kebencian justru akan menelanjangi niat busukmu.
Jika engkau dipenuhi oleh kebencian, engkau justru sedang menipu diri bahwa
sebenarnya niatmu bukan untuk kemajuan negeri ini, tetapi demi ego-mu pribadi.
Jika engkau benar-benar mencintai negeri ini dan ingin rakyatnya sejahtera
makmur merata, kalahkanlah egomu, buang jauh kebencianmu. Secuil saja kebencian
itu tumbuh dalam benakmu, bahkan demi alasan menegakkan keadilan, kesejahteraan,
demi membela rakyat kecil, golongan kaum bawah, maka engkau sebenarnya tidak
sungguh-sungguh berjuang bagi bangsa, tetapi bagi dirimu sendiri.
Ingat, dulu para pahlawan bangsa ini
menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan dirinya sendiri. Indonesia
ini terdiri dari begitu banyak warna. Tidak ada satupun warna yang dominan.
Jika untuk memenangkan pilihanmu, kamu sampai membenci pihak calon lainnya dan
pendukungnya, berarti Indonesia kamu pandang tidak lebih penting dari pemimpin
pilihanmu, sebab kubu seberang juga tetap putra-putri bangsa ini. Apabila
sampai menghalalkan segala cara untuk meraih kemenangan yang ujungnya adalah
kekuasaan, apakah itu bisa disebut sebagai cinta Indonesia? Jika kebencian
mendasari setiap hatimu karena persaingan politik, kamu perlu bertanya lagi,
untuk siapakah kamu berjuang? Untuk Indonesia atau dirimu sendiri? Tidakkah
engkau malu dengan para pahlawan bangsa ini yang rela mengorbankan diri mereka
untuk persatuan bangsa ini? Masih bisakah disebut sebagai politikus bela bangsa
apabila dengan sesama saudara sendiri kamu benci dan dengan segala cara ingin
kamu kalahkan? Apakah dengan memenangi pertarungan politik di pemilu lantas
bisa disebut sebagai pejuang bangsa? PEJUANG SEJATI BUKAN ATAS DASAR SAKIT HATI
DAN MEMBENCI, tetapi PEJUANG SEJATI ADALAH YANG MAU RENDAH HATI MENGAKUI BAHWA
BANGSA INDONESIA LEBIH PENTING DARI SEKEDAR EGO DIRI SENDIRI. Sing waras lan
sing ayem nggih lur……..Pemilu bukan perang, pemilu adalah upaya setiap warga
merelakan dirinya sendiri tidak lebih penting dari cita-cita bersama bangsa
Indonesia, PANCASILA, BHINNEKA TUNGGAL IKA, MERAH PUTIH, NKRI dan UUD 1945.
Salam cinta dan sayang dariku wahai Indonesia
Jangan lupa dengerin lagu dangdut,
Love u full our Indonesia
Yohanes Ari Purnomo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar