Jumat, 12 April 2019

MEMBANGUN INDONESIA TIDAK BISA DENGAN KEBENCIAN


Kepada segenap bangsa Indonesia,
Calon Presiden dan Wapres Nomer 01 dan 02
Calon Anggota Legislatif Kabupaten, Provinsi, dan Pusat
Calon Anggota DPD
Para tokoh agama, tokoh seni budaya, paranormal, tokoh masyarakat
Para Politikus Partai warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, putih, dst
Para Pendukung Capres No 01 dan 02, berikut Timsesnya
Para Supporter Sepakbola Indonesia
Para Penyuka Lagu Dangdut (baik dangdut lurus, dangdut koplo, campursari, dst)
Saudara-saudari Dari Sabang Sampai Merauke
Saudara-saudari yang bersurban, berhijab, sampai yang pakai rok mini, koteka,  dan baju tanpa lengan
Saudara-saudari yang suka film dalam negeri ataupun luar negeri
Saudara-saudari yang suka selfi dan juga yang gunakan medsos untuk jual beli
Dan saudara-saudari lainnya yang tak bisa disebut satu satu.


Pemilu tahun 2019 semakin dekat. Tanggal 17 April 2019 akan berlangsung pesta demokrasi di Indonesia. Pemilu tahun 2019 diadakan serentak antara pemilihan presiden dan wakil presiden serta pemilihan wakil rakyat, DPR, DPD dari tingkat Kabupaten hingga Pusat. Calon presiden dan wakil presiden yang diusung tidak jauh berbeda dari pemilu tahun 2014 yang lalu. Persaingan untuk mendapatkan suara rakyat pun semakin intens saat mendekati waktu Pemilu. Kampanye partai dan calon anggota DPR serta DPD terlihat biasa-biasa saja, namun persaingan antar pendukung calon presiden dan wakil presiden sepertinya semakin memanas saja. Kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden menyatakan bahwa merekalah yang bisa membangun Indonesia. Mereka semua berlomba untuk meyakinkan rakyat Indonesia tentang memimpin bangsa ini dengan benar. Tapi apakah janji-janji itu bisa diberi jaminan bahwa akan dilaksanakan setelah mereka terpilih? Itu yang tidak pernah bisa diketahui sebelumnya. Namun melihat semakin memanasnya persaingan itu, apakah kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden itu tidak melihat bagaimana bangsa ini seolah telah dibawa kedalam kubu-kubu yang seakan melupakan bahwa kita semua punya satu tujuan yakni kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat?

Situasi itu benar-benar membuatku prihatin, terlebih apabila persaingan mulai mengarah kepada kebencian. Apakah bangsa ini bisa dibangun dengan perasaan benci? Apakah bangsa ini bisa maju apabila mendukung calon pemimpin saja hingga diwarnai dengan perasaan memusuhi pihak berseberangan? Marilah kita bermenung bersama. Entah kamu pendukung pasangan 01 atau 02. Tidakkah kalian Indonesia, sama-sama warga yang hidup di bumi Nusantara ini. Bukankah selama ini kita telah makan minum dan menikmati segala fasilitas serta keuntungan dari bumi Indonesia ini? Mengapa hanya demi mendukung pasangan calon presiden yang kalian unggulkan, lantas membenci pendukung pasangan calon lawannya? Dan ingatlah, jika kebencian itu mulai ada dalam hatimu, entah kamu pendukung 01 atau 02, maka Indonesia tidak akan banyak kemajuan, bahkan ketika akhirnya calon yang kamu dukung bisa terpilih sebagai pemimpin. BANGSA INI TIDAK AKAN MAJU APABILA DIBANGUN ATAS DASAR RASA BENCI. Tentu jika aku mengutarakan hal ini, kamu akan segera bilang kepada rakyat bahwa kamu tidak pernah membenci pihak lain, tetapi kenapa itu hanya ada di permukaan saja. Tetap saja segala kebencian itu tidak akan bisa ditutupi serta dikelabui dengan sikap manis ataupun retorika. Bahkan dengan alasan menjunjung tinggi akal sehat sekalipun, kebencian justru akan menelanjangi niat busukmu. Jika engkau dipenuhi oleh kebencian, engkau justru sedang menipu diri bahwa sebenarnya niatmu bukan untuk kemajuan negeri ini, tetapi demi ego-mu pribadi. Jika engkau benar-benar mencintai negeri ini dan ingin rakyatnya sejahtera makmur merata, kalahkanlah egomu, buang jauh kebencianmu. Secuil saja kebencian itu tumbuh dalam benakmu, bahkan demi alasan menegakkan keadilan, kesejahteraan, demi membela rakyat kecil, golongan kaum bawah, maka engkau sebenarnya tidak sungguh-sungguh berjuang bagi bangsa, tetapi bagi dirimu sendiri.

Ingat, dulu para pahlawan bangsa ini menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan dirinya sendiri. Indonesia ini terdiri dari begitu banyak warna. Tidak ada satupun warna yang dominan. Jika untuk memenangkan pilihanmu, kamu sampai membenci pihak calon lainnya dan pendukungnya, berarti Indonesia kamu pandang tidak lebih penting dari pemimpin pilihanmu, sebab kubu seberang juga tetap putra-putri bangsa ini. Apabila sampai menghalalkan segala cara untuk meraih kemenangan yang ujungnya adalah kekuasaan, apakah itu bisa disebut sebagai cinta Indonesia? Jika kebencian mendasari setiap hatimu karena persaingan politik, kamu perlu bertanya lagi, untuk siapakah kamu berjuang? Untuk Indonesia atau dirimu sendiri? Tidakkah engkau malu dengan para pahlawan bangsa ini yang rela mengorbankan diri mereka untuk persatuan bangsa ini? Masih bisakah disebut sebagai politikus bela bangsa apabila dengan sesama saudara sendiri kamu benci dan dengan segala cara ingin kamu kalahkan? Apakah dengan memenangi pertarungan politik di pemilu lantas bisa disebut sebagai pejuang bangsa? PEJUANG SEJATI BUKAN ATAS DASAR SAKIT HATI DAN MEMBENCI, tetapi PEJUANG SEJATI ADALAH YANG MAU RENDAH HATI MENGAKUI BAHWA BANGSA INDONESIA LEBIH PENTING DARI SEKEDAR EGO DIRI SENDIRI. Sing waras lan sing ayem nggih lur……..Pemilu bukan perang, pemilu adalah upaya setiap warga merelakan dirinya sendiri tidak lebih penting dari cita-cita bersama bangsa Indonesia, PANCASILA, BHINNEKA TUNGGAL IKA, MERAH PUTIH, NKRI dan UUD 1945.


Salam cinta dan sayang dariku wahai Indonesia
Jangan lupa dengerin lagu dangdut, 
Love u full our Indonesia

Yohanes Ari Purnomo

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar