Tanggal 27-28 Oktober 2011 merupakan hari yang bersejarah bagi umat Paroki Santa Perawan Maria Di Fatima Sragen sebab pada tanggal itu, Bapak Uskup Agung Semarang, Mgr. Johannes Pujasumarta mengadakan Kunjungan Pastoral ke Paroki Santa Perawan Maria Di Fatima Sragen dalam rangka memberikan sakramen Penguatan bagi 242 umat. Penerimaan Sakramen Penguatan sebenarnya dilaksanakan pada hari Jumat, 28 Oktober 2011 pukul 16.00, namun Bapak Uskup berkenan hadir di Sragen pada hari Kamis, 27 Oktober 2011 karena diminta oleh umat Paroki Sragen untuk menutup rangkaian Ekaristi novena di tempat calon Gua Maria Fatima Ngrawoh.
Ekaristi Penutupan Novena (Novena yang ke-9) dilaksanakan di calon Taman Doa dan Gua Maria Fatima Ngrawoh pada pukul 17.00. Dalam situasi agak mendung, umat Paroki St. Maria Di Fatima Sragen berbondong-bondong datang ke Ngrawoh untuk mengikuti Ekaristi yang dipimpin oleh Bapak Uskup, didampingi oleh Romo paroki St. Perawan Maria Di Fatima Sragen, Rm. Robertus Hardiyanto, Pr dan Rm. Yohanes Ari Purnomo, Pr. Pada kesempatan tersebut, dilantik pula Panitia Pembangunan Taman Doa dan Gua Maria Di Fatima Ngrawoh serta pemberkatan tempat calon Gua Maria Ngrawoh. Ekaristi berjalan dengan lancar dan diikuti sekitar 700 umat. Dalam homili, Mgr. Johannes Pujasumarta mengungkapkan tentang karya Allah dalam menumbuhkan iman di tanah Jawa yang diperjuangkan oleh para misionaris. Pada awalnya, pewartaan iman di tanah Jawa ini seakan menemui jalan buntu, karena tidak mengalami perkembangan. Hingga akhirnya Tuhan sendiri berkenan berkarya menumbuhkan iman di tanah Jawa ini melalui peristiwa Pembaptisan di Sendangsono. 25 tahun sesudah peristiwa pembaptisan itu, Rm. Prenthaler berinisiatif membangun Sendangsono sebagai tempat peziarahan Maria yang dirasakan begitu dekat dengan orang Jawa. Tempat peziarahan Maria ini menjadi ungkapan kecintaan umat terhadap Bunda Maria yang akan menghantarkan mereka kepada Yesus, Per Mariam ad Iesum.
Mengenai nama tempat ‘Ngrawoh’, Bapak Uskup bertanya kepada umat sekalian tentang makna atau sejarah tentang nama ‘Ngrawoh’ itu. Bapak Uskup mengajak seluruh umat untuk bersama-sama menjaga kecintaan atau devosi yang kuat terhadap Bunda Maria ini sebagai jalan berziarah menuju satu arah yakni buah-buah Karya Allah di dalam diri Yesus Kristus. Ngrawoh menurut beliau adalah “Ngarah Woh”: berziarah menuju buah karya Allah. Beliau mengatakan bahwa Taman Doa dan Gua Maria Fatima Ngrawoh ini akan menjadi tempat ziarah, siji sing diarah, ngarah woh, buah Karya Allah. Harapannya, Taman Doa dan Gua Maria Ngrawoh ini akan sungguh menjadi tempat berziarah, menuju karya Allah dalam diri Yesus Kristus dengan meneladan Maria, Sang Tabernakel Hidup. Beliau juga mengajak seluruh umat untuk seperti Maria, sebagai Tabernakel Hidup yang membawa Kristus bagi siapa saja, yang hadir dalam Ekaristi Kudus. Dengan mengarah pada buah-buah Karya Allah itu, umat diajak untuk meneladan Kristus, yang bagai burung Pelican, berkenan memberikan tubuh dan darahnya bagi hidup anak-anaknya, ketika bencana kelaparan melanda. Untuk menegaskan hal ini, Bapak Uskup berkenan menyanyikan lagu Pie Pelicane gubahan beliau.
Ekaristi penutupan Novena sekaligus pelantikan panitia pembangunan serta pemberkatan calon Taman Doa dan Gua Maria Ngrawoh ini berlangsung meriah. Seluruh umat Paroki Santa Maria Di Fatima Sragen terlibat bersama, mulai dari petugas koor, para prodiakon, misdinar, tata laksana, penata tempat, petugas persembahan, dan petugas parkir. Ekaristi diiringi dengan musik keroncong dan dekorasi mengambil tema perayaan Hari Pangan Sedunia. Kerjasama dengan pemerintah setempat, jajaran keamanan Kabupaten Sragen, serta warga setempat juga berjalan dengan sangat baik. Seusai Ekaristi, Bapak Uskup, romo paroki dan umat makan bersama di Kapel Ngrawoh. Akhirnya, di bawah hujan, Bapak Uskup dan romo paroki pulang ke pastoran, sementara para umat pulang ke rumah masing-masing.
Jumat, 28 Oktober 2011
Esok paginya, Jumat, 28 Oktober 2011, di halaman Gereja Santa Perawan Maria Di Fatima Sragen diadakan wawan hati antara Bapak Uskup, Romo Paroki, dengan Bapak Bupati Sragen, Bpk. Agus Faturrohman, SH beserta jajaran Forum Pimpinan Daerah Kabupaten Sragen. Wawan hati itu dihadiri oleh Dewan Pleno Paroki Sragen beserta ketua-ketua wilayah dan lingkungan, serta beberapa tamu undangan. Acara berjalan dengan lancar. Diawali dengan sambutan oleh Rm. Robertus Hardiyanta, Pr selaku Pastor Paroki dilanjutkan dengan sambutan dari Bapak Uskup dan Bapak Bupati. Dalam sambutannya, Romo Hardi mengungkapkan tentang situasi umat Sragen berikut perkembangan serta keprihatinan dalam keterlibatan mereka di Kabupaten Sragen. Salah satu nilai baik yang diungkapkan adalah adanya keterlibatan umat dalam jajaran pemerintahan Kabupaten Sragen. Sementara itu, keprihatinan yang mengemuka adalah tiadanya Bimas Katolik di Kabupaten Sragen, kurangnya guru agama Katolik yang mengajar di SMP dan SMK, serta soal perijinan kapel Masaran yang tidak lancar.
Pada kesempatan ini, Bapak Uskup mengungkapkan tentang potensi masyarakat Sragen yang begitu berlimpah dengan lahan pertanian. Bahkan Kabupaten Sragen merupakan penyangga pangan bagi daerah Jawa Tengah dan sekitarnya. Beliau tetap mendorong umat untuk setia memberikan yang terbaik bagi masyarakat Sragen. Meski dalam hal kuantitas, umat Katolik Paroki Sragen ini amat kecil di tengah masyarakat Sragen, namun keterlibatan untuk selalu memberikan yang terbaik menjadi tujuan utama, sama halnya para pemuda yang terpesona dan terbakar semangatnya untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia yang tertuang dalam peristiwa Sumpah Pemuda. Bapak Uskup mengungkapkan pengharapan untuk berkembangnya kerjasama yang sinergi antara pemerintah dan umat Katolik Sragen demi mewujudkan Kerajaan Allah di bumi Sragen, sesuai dengan motto pemerintahan Sragen saat ini yakni “Mbelo wong cilik” yang sesuai dengan Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2011-2015.
Tiba pada giliran Bapak Bupati untuk memberikan sambutan, Bapak Bupati Sragen, Bpk. Agus Faturrohman, SH mengungkapkan tentang pelayanan pemerintah Kabupaten Sragen saat ini demi kesejahteraan masyarakat semuanya. Mengenai perijinan Kapel Masaran, beliau menegaskan bahwa kebijakan untuk memberi ijin atau tidak itu berdasar pada kesesuaian hukum yang berlaku. Bapak Bupati juga menjelaskan tentang ajakan beliau untuk membangun Sragen ini dengan hati yang bersih dan nalar yang bertanggung jawab. Itu diungkapkan beliau dengan mulai membenahi profesionalitas karya di pemerintahan dan pemberantasan korupsi di jajarannya. Setelah sambutan dari Bapak Bupati, dilanjutkan dialog antara umat dengan Bapak Uskup dan Bapak Bupati. Acara wawan hati ditutup dengan makan siang bersama di Pastoran yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Sragen.
Pada sore harinya, Jumat, 28 Oktober 2011, Bapak Uskup menerimakan Sakramen Penguatan kepada 242 umat. Di awal Ekaristi, hujan deras mengguyur daerah Sragen dan sekitarnya. Meski demikian, Ekaristi berjalan lancar dengan iringan gamelan Jawa berbahasa Indonesia. Dalam homili, Bapak Uskup kembali mengulangi penegasan yang beliau ungkap saat ekaristi di Ngrawoh. Semoga umat semua bergotong royong saling bantu membantu dalam ‘ngarah woh’, mencapai, memperjuangkan dan memperoleh buah-buah karya Allah di dalam hidup sehari-hari sesuai dengan tugas dan panggilan hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar