Senin, 02 Maret 2020

VIRUS CORONA BUATAN MANUSIA?





Munculnya  virus Corona atau COVID 19 telah membuat dunia internasional terhenyak. Virus yang ditengarai pertama kali muncul di Kota Wuhan, Tiongkok ini menyebar dengan cepat dan menimbulkan kepanikan tingkat global. Virus ini diketahui mulai menyebar sejak tanggal 31 Desember 2019 di kota Wuhan. Oleh para ahli, diduga virus ini berasal dari hewan liar yang dikonsumsi oleh warga Wuhan. Meski begitu, penyebab munculnya virus ini masih terus diteliti untuk diketahui kebenarannya. Hingga tanggal 1 Maret 2020, situasi global telah mencatat, penyebaran virus ini tidak hanya ada di Tiongkok, namun sudah menyebar di berbagai negara. Dari catatan WHO, di tingkat global, per tanggal 1 Maret 2020, terkonfirmasi ada 87.137 (1739 baru) orang terinfeksi virus Corona ini. Dari korban terinfeksi yang terkonfirmasi itu, di China terdapat 79.968 (579 baru) orang. Korban meninggal di China dari virus ini terkonfirmasi 2873 (35 baru) orang. Sementara di luar China, negara yang terdampak ada 58 (5 baru) negara. Jumlah orang yang terinfeksi di luar China ada 7169 orang. Korban meninggal di luar China ada 104 (18 baru) orang. (https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/situation-reports/). Situasi ini benar-benar membuat kepanikan global. Di negara kita, Indonesia, akhirnya Presiden Jokowi mengumumkan bahwa terdapat 2 orang WNI yang terinfeksi virus Corona pada tanggal 2 Maret 2020.
                Berita terinfeksinya WNI oleh virus corona ini tentu turut menimbulkan pembicaraan hangat di antara kita tentang virus corona yang mulai masuk ke Indonesia. Hingga tanggal 3 Maret 2020, pukul 00.20, di twitter tagar #KamiTidakTakutVirusCorona menjadi trending nomer tiga. Sebegitu menakutkankah situasi global dengan munculnya virus ini? Apakah memang benar virus ini belum ditemukan obatnya? Lantas apakah virus ini bisa menimbulkan kepunahan ras manusia jika memang benar tidak dapat ditemukan obatnya serta menyebar dengan begitu cepatnya?
                Begitu banyak pertanyaan melintas terkait dengan kengerian yang ditimbulkan oleh penyebaran virus corona. Begitu banyak spekulasi dan hoax yang muncul juga terkait dengan virus itu. Ada bahkan yang menyebutnya sebagai tentara Tuhan untuk memukul sebuah bangsa karena kejahatan yang telah dibuatnya. Mulai dari perkiraan rasional hingga irasional muncul karena kepanikan ini. Bahkan ada yang mengira bahwa virus corona adalah virus buatan laboratorium yang memang sengaja disebarkan untuk menciptakan teror global. Lalu bagaimanakah sebenarnya yang terjadi dengan kemunculan virus ini. Kenapa kemunculannya terjadi di akhir tahun 2019 dan di awal tahun 2020? Kenapa virus ini muncul di China yang memang mulai tampak sebagai negara kuat dengan ekonomi yang seakan menjadi ancaman bagi negara-negara besar di dunia? Ah, terlalu banyak pertanyaan yang tak terjawab memang.
                Lalu aku ingat, dulu ada sebuah buku yang menceritakan tentang kepanikan global. Buku ini sempat menjadi Bestseller New York Times. Buku ini ditulis oleh seorang wartawan, penulis, dan filmmaker di New York. Adalah The Shock Doctrine yang ditulis oleh Naomi Klein. Dalam buku itu, Naomi Klein memberi judul secara lengkap bahwa The Shock Doctrine adalah The Rise of Disaster Capitalism. Di bagian pengantar bukunya, Klein mengutip sebuah kutipan dari Kitab Kejadian: “Adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan. Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi. Berfirmanlah Allah kepada Nuh: "Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi.” (Kej 6:11-13). Setelah kutipan itu, ia melanjutkan kutipan lainnya yang mengatakan demikian:” Shock and Awe are actions that create fears, dangers, and destruction that are incomprehensible to the people at large, specific elements/sectors of the threat society, or the leadership. Nature in the form of tornadoes, hurricanes, earthquakes, floods, uncontrolled fires, famine, and disease can engender Shock and Awe (Shock and Awe: Achieving Rapid Dominance, the military doctrine for the U.S war on Iraq)
                Dalam pengantar itu, Klein menceritakan tentang perjumpaanya dengan seorang yang bernama Jamar Perry yang merupakan survivor bencana banjir New Orleans. Ia mengungkapkan bahwa kasus bencana di New Orleans ternyata menjadi keuntungan bagi sebagian pihak. Salah satunya, Richard Baker, tokoh Partai Republik yang berasal dari New Orleans telah berkata pada sebuah grup orang yang memiliki kebijakan membuat undang-undang: “kita akhirnya dapat membersihkan rumah-rumah penduduk di New Orleans. Kita tidak dapat melakukannya, tapi Tuhan bisa”. Hal ini dikuatkan oleh Joseph Canizaro, salah satu pengembang terkaya di New Orleans: “Aku pikir kita memiliki lembar bersih untuk memulai lagi. Dan dengan lembaran yang bersih, kita memiliki beberapa kesempatan yang sungguh besar”. Bagi orang-orang yang punya kepentingan bisnis, peristiwa bencana adalah sebuah kesempatan untuk membangun baru lagi, mengeruk keuntungan baru lagi, namun bagi orang-orang seperti Jamar Perry, bencana itu telah membunuh orang-orang yang tidak seharusnya mati. Bencana adalah sebuah tragedi, bukan sebuah kesempatan.
                Dari secuil gagasan Naomi Klein di dalam The Shock Doctrine, dapat dipahami bahwa situasi shock karena berbagai macam peristiwa bencana dapat dipandang oleh beberapa orang dengan kepentingan kapitalis sebagai sebuah kesempatan untuk mengumpulkan pundi-pundi kekayaan dan kekuasaan baru. Situasi ini sungguh terjadi dan sering terjadi di tengah dunia ini. Ada saja orang-orang yang memiliki niat seperti itu.
                Jika melihat situasi tersebut terkait dengan virus corona. Kepanikan global yang ditimbulkan dengan terenggutnya banyak nyawa bisa saja dipandang oleh beberapa orang yang berkepentingan untuk menggemukkan kekayaan dan kekuasaan mereka. Menanamkan pengaruh dengan memanfaatkan teror global, bisa saja dibuat oleh orang-orang tertentu. Harapannya, apa yang terjadi pada kasus virus corona ini murni adalah sebuah bencana global. Semoga saja tidak ada pihak-pihak tertentu yang sengaja memanfaatkan situasi ini, atau justru membuatnya untuk kepentingan tersebut. Kadang menjadi begitu aneh ketika melihat secara global bahwa virus ini muncul di awal tahun 2020 ketika ISIS dinyatakan kalah perang. Teror global yang sekian lama dijadikan musuh bersama oleh negara-negara di dunia telah dikalahkan, maka mungkin perlu diciptakan teror lainnya yang tetap bisa dimanfaatkan untuk kepentingan itu. Apakah virus corona memang tidak bisa disembuhkan? Sebenarnya jika kita tetap membuat antisipasi dan juga berusaha untuk mengupayakan penyembuhannya, aku yakin virus itu dapat dilawan. Maka, kepanikan global yang terjadi ini jangan sampai dimanfaatkan oleh pihak tertentu demi kepentingan mereka. Bahkan Indonesia yang hingga tanggal 1 Maret 2020 tidak terdapat WNI yang terjangkit pun dicurigai oleh negara-negara lain. Hingga akhirnya Presiden Jokowi mengumumkan adanya 2 orang WNI yang terjangkit virus corona pada tanggal 2 Maret 2020. Jangan sampai peristiwa ini terjadi karena hanya untuk menimbulkan kepanikan yang kian meluas, termasuk ke Indonesia.
                Lalu apa yang mesti kita lakukan? Mungkin kita tidak perlu berprasangka lebih jauh tentang munculnya dan penyebaran virus ini. Tetapi janganlah kita terlalu takut dengan virus corona, karena ketakutan ini bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menanamkan pengaruh dan kekuasaannya. Akibat nyata dari teror ini tentu adalah keambrukan ekonomi di negara-negara yang terjangkit. Jika demikian, akan dengan mudah pihak-pihak tertentu yang lebih adidaya akan masuk dan memanfaatkan keterpurukan itu. Meski mungkin virus corona ini adalah bencana alam murni, tetaplah kita menyikapinya dengan bijak, dengan tetap saling bergandeng tangan, menolong para korban sambil terus mengupayakan agar tidak menyebar dengan cepat. Hal itu hanya bisa dilawan dengan tidak takut terhadap bencana. Tetap obyektif dalam memandang bencana alam sebagai sebuah tragedi sambil terus mengupayakan cara bagaimana bisa bangkit dari tragedi itu mungkin lebih penting daripada menyangka tragedi ini merupakan hukuman Tuhan. Dan seandainya Tuhan menghukum pun, sebagaimana Nuh, Ia tetap akan memberikan kuasaNya untuk membantu manusia yang berupaya bergandeng tangan saling menyembuhkan. Jadi, jangan takut karena virus, jangan menyerah untuk tetap membuat diri kebal dari virus, tetaplah bergandeng tangan untuk saling melawan virus, bukannya saling ingin menyelamatkan diri sendiri dan saling menyalahkan. Waspada itu perlu, namun jika sampai takluk kepada teror adalah hal yang tidak akan memberi solusi sama sekali. Semoga segera ditemukan obatnya, dan jangan ada lagi korban. 


Salam,
@j.a.purnomo