Senin, 30 April 2012

Bersama Bunda Maria, Tinggal dalam Kristus dan Berbuah


Dalam tradisi Gereja Katolik, bulan Mei ditetapkan sebagai bulan untuk menghormati Bunda Maria. Direktorium Tentang Kesalehan Umat dan Liturgi: Asas-asas dan Pedoman, yang diterbitkan oleh Kongregasi Ibadat dan Tata Tertib Sakramen pada tanggal 17 Desember 2001, menyebutkan bahwa  Kebiasaan adanya ‘bulan Maria’ ini tersebar luas di kalangan Gereja Timur dan Barat. Dalam Ritus Bizantin, liturgi selama bulan Agustus dipusatkan pada hari raya Kematian Bunda Maria (15 Agustus). Sampai Abad ke-12, Agustus dihayati sebagai “bulan Maria”; dalam Ritus Koptik, bulan Maria jatuh pada bulan antara Januari-Februari dan tertata dalam kaitan dengan Natal. Di Barat (Gereja Katolik Ritus Roma), petunjuk-petunjuk mengenai adanya bulan Maria berasal dari Abad ke-16. Sekitar Abad ke-18, bulan Maria-dalam arti modern- dikisahkan bahwa dalam masa ini para gembala jiwa memusatkan usaha-usaha pastoral – termasuk tobat dan ekaristi—tidak pertama-tama pada liturgy, tetapi pada ulah kesalehan, yang jauh digemari oleh kaum beriman (Direktorium, artikel. 190)

Disebutkan lebih lanjut bahwa dalam menjalankan bulan Maria hendaknya ulah kesalehan/devosi kepada Bunda Maria ini diselaraskan dengan masa liturgy yang berbarengan dengan bulan Mei. Misalnya karena bulan Mei biasanya bertepatan waktu dengan 50 hari masa Paskah, ulah kesalehan yang diselenggarakan pada bulan ini dapat menekankan partisipasi Bunda kita dalam misteri Paskah (bdk. Yoh. 19:25-27), dan dalam peristiwa Pentakosta (bdk. Kis 1:14), yang merupakan titik awal berdirinya Gereja: Bunda kita berjalan bersama Gereja yang ambil bagian dalam semangat baru Kebangkitan, di bawah bimbingan Roh Kudus. Masa 50 hari ini juga merupakan masa perayaan sakramen-sakramen inisiasi dan mistagogi. Ulah kesalehan yang dikaitkan dengan bulan Mei dapat dengan mudah menggarisbawahi peran duniawi yang dimainkan oleh Ratu Surga yang mulia, di sini dan sekarang, dalam perayaan sakramen Baptis, Krisma, dan Ekaristi. (Direktorium, artikel.191)

Bulan Maria di Keuskupan Agung Semarang
                Di Keuskupan Agung Semarang, bulan Mei sebagai bulan Maria diisi dengan kegiatan-kegiatan di tingkat lingkungan, wilayah, maupun paroki dengan ulah kesalehan umat terhadap penghormatan kepada Bunda Maria. Di lingkungan-lingkungan atau keluarga biasanya diadakan kegiatan doa Rosario bersama setiap hari. Oleh karena kegiatan ulah kesalehan tentang devosi Maria ini amat berkembang di Keuskupan Agung Semarang, maka sejak tahun 1999, Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang mengajak segenap umat untuk melengkapi ulah kesalehan dalam devosi Maria pada bulan Mei itu dengan katekese liturgy. Pada bulan Mei pula, KWI dan Keuskupan Agung Semarang mencanangkan sebagai Bulan Katekese Liturgi. Prakteknya, Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang menyediakan bahan renungan katekese liturgi per hari selama bulan Mei. Bersama dengan ulah devosi kepada Bunda Maria, umat diajak untuk semakin memahami dan mencintai liturgy Gereja. Bulan Katekese Liturgi ini diadakan sebagai wujud usaha katekese liturgy terhadap umat demi mengembangkan hidup beriman di tengah dunia ini.
                Pada tahun 2012 ini, Bulan Katekese Liturgi di Keuskupan Agung Semarang mengangkat tema: “Ekaristi: Tinggal dalam Kristus dan Berbuah”.  Tema ini diangkat sebagai bagian dari perwujudan usaha untuk memiliki iman yang mendalam dan tangguh, hingga menjadi semakin signifikan dan relevan bagi Gereja serta masyarakat (sesuai dengan Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2011-2015). Dengan tinggal dalam Kristus, kita akan memiliki pokok sumber yang memungkinkan kita berbuah  bagi Gereja dan masyarakat (signifikan dan relevan). Tema ini juga merupakan bagian dari persiapan umat Allah Keuskupan Agung Semarang untuk menyongsong Kongres Ekaristi Keuskupan II yang akan dilaksanakan pada bulan Juni 2012.

Maria teladan Orang Beriman Sejati pada Kristus
Sebelum tinggal bersama, orang sebaiknya mengenal orang yang hendak tinggal bersama itu. Jika kita hendak tinggal di dalam Kristus, kita pun hendaknya mengenal siapa Kristus itu bagi kita. Sudahkah kita mengenal Kristus? Bagaimana kita mengenal Kristus dan akhirnya tinggal dalam DIA? Itulah pertanyaan kita terus menerus sebagai umat beriman. Dan kita memiliki teladan luar biasa dalam mengenal serta tinggal bersama Kristus: Bunda Maria. Bunda Maria sejak kesiapsediaannya sebagai Bunda Penyelamat hingga kesetiaannya di bawah salib Kristus telah menampakkan kedekatannya dengan Kristus dan tinggal di dalam DIA. Hidup Bunda Maria yang sejak awal diberikan untuk orang banyak sebagai Bunda Penyelamat ini menampakkan kenyataan bahwa dia tinggal bersama Kristus. Kristus sendiri mengatakan bahwa DIA adalah Mesias yang dikorbankan demi keselamatan banyak orang. Dan itu terungkap dalam Ekaristi (dipilih, diberkati, dipecah-pecah, dan dibagikan untuk banyak orang): tampak dalam karya-karya Yesus. Orang yang terbuka akan pekerjaan-pekerjaan Yesus ini dipersatukan dalam korban yang sama, diajak untuk menjadi roti yang sama dengan Yesus bagi keselamatan banyak orang. Sudahkah kita mengenal Yesus dengan mengikuti jalan salibNya, sebagai bagian dari roti ekaristi?
Kita bisa tinggal dalam Kristus dalam Ekaristi. Ekaristi adalah perayaan pemberian diri Kristus demi keselamatan kita. Dalam ekaristi, kita tinggal dalam Kristus, dan diharapkan dapat menghasilkan buah pula dalam kehidupan sehari-hari. Bulan Maria dan Bulan Katekese Liturgi 2012: Ekaristi: Tinggal dalam Kristus dan Berbuah: sebagai bagian dari keikutsertaan kita untuk semakin tinggal dalam Kristus dengan mencintai Ekaristi, mencintai Bunda Maria dengan meneladannya, sehingga menghasilkan buah-buah berlimpah bagi kehidupan masyarakat.
Semoga, doa-doa rosario, renungan bulan katekese liturgi dan juga kecintaan akan ekaristi bagi kita selama persiapan Kongres Ekaristi Keuskupan ini dan juga pada hari-hari selanjutnya tidak berhenti pada kegiatan selebrasi saja, tetapi juga semakin memperbarui semangat iman kita untuk berani bertindak, berpikir, dan merasa seperti Kristus dalam mencintai umatNya. Yang terungkap dalam kesediaan diri menjadi persembahan bagi orang lain dan Tuhan (man for others and man for God),sebagaimana Bunda Maria selama hidupnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar