Senin, 12 November 2012

Kekuatan Iman: Sebuah Renungan


Bacaan:  Lukas 7:1-10
Pengalaman ini terjadi pada hari Jumat Agung beberapa tahun yang lalu. Saat itu, saya kebetulan ditugaskan untuk asistensi di paroki Boyolali. Ketika saya sedang berjalan-jalan di depan Gereja, saya bertemu dengan seorang pemuda yang duduk di kursi roda. Pemuda ini cacat sejak lahir. Ia mengalami kesulitan berbicara, dan kedua tangan serta kakinya tidak tumbuh secara normal. Lalu saya mengajak dia kenalan dan ngobrol. Namanya Siswanto. Tiba-tiba saya melihat ada secuil lukisan dirinya di belakang kursi roda. Lalu saya tanya itu lukisan siapa. Ia menjawab bahwa itu adalah lukisan dirinya, yang dilukis oleh dirinya sendiri. Dalam hati saya mengaguminya, sebab dengan tangan yang aneh dan mengenaskan itu, mas Siswanto dapat melukis sedemikian indah dan real. Saya seolah tak percaya. Namun ketika ada seorang yang mengatakan bahwa lukisan-lukisan mas Siswanto ini sudah sering dipamerkan di pameran hasil karya para difabel, saya jadi kagum.


Dan satu hal yang membuat saya tersentuh, adalah RASA SYUKUR yang mendalam dari dirinya.. karena telah diberi ANUGERAH sedemikian indahnya oleh Tuhan. Ia mengakui bahwa segala sesuatunya adalah rahmat Allah...bahkan situasinya sebagai orang difabel. Iman terhadap besarnya anugerah Allah inilah yang membuatnya selalu menyandarkan diri pada Allah dengan berjuang mengembangkan bakatnya secara optimal. Ia tidak mengeluh akan keadaannya, namun Ia dapat berkarya dengan total demi cintanya yang tulus kepada Tuhan. Inilah wujud iman yang hidup. Ia sadar, bahwa hidupnya tergantung pada orang lain...namun justru dalam keadaan mengosongkan diri inilah, ia menyerahkan diri sepenuhnya pada penyertaan Tuhan. Dengan merendahkan diri dihadapan-Nya dan bersyukur akan rahmat Tuhan, kita dapat mengembangkan diri kita seturut kehendak-Nya. Dan mukjizat pun terjadi, seperti hamba perwira yang sembuh karena iman dan kerendahan hati majikannya. Ia sadar bahwa hidupnya sepenuhnya bergantung pada Tuhan (yang hadir dalam diri Kristus).

Apakah kita disini sungguh sudah dapat MENSYUKURI segala karunia Tuhan itu dan kemudian  GIAT MEMPERKEMBANGKANNYA? Atau kita sering meragukan rahmat-Nya yang berlimpah pada diri kita dengan keluhan-keluhan dan protes kita terhadap penyelenggaraan Tuhan? Atau justru kita sering merasa diri sombong dan pongah dengan mengatakan bahwa kita mampu melakukan segala sesuatu tanpa penyertaan Tuhan? Kita adalah makhluk lemah, akan tetapi ketika kita dengan tulus mengakui kelemahan dan berbalik mengandalkan Allah, maka kita akan dikuatkan. Iman orang yang tulus hati selalu membuka jalan bagi rahmat Tuhan untuk menyatakan MUKJIZAT PENYELAMATANNYA!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar