Selasa, 25 Februari 2020

MASA PRAPASKAH: 40 HARI PENUH CINTA


Dari judul tulisan ini, mungkin ada yang bertanya, kenapa hanya 40 hari yang penuh cinta, bukankah satu tahun yang terdiri dari 365 hari juga penuh cinta? Tidakkah sepanjang hidup kita ini juga penuh cinta?
                Tulisan ini muncul untuk menemani permenungan di awal masa Prapaskah tahun 2020 (26 Februari 2020). Segala pertanyaan yang muncul di atas tadi memang masuk akal, dan tentu benar bahwa cinta tidak hanya dibatasi pada/selama 40 hari saja, tetapi sepanjang hari selama kita hidup di dunia ini. Namun secara lebih khusus, masa Prapaskah mengajak kita untuk semakin menyadari bahwa hidup kita ini penuh cinta. Mengapa di luar masa itu tidak diingatkan secara khusus? Sebenarnya dengan kalender liturgi dan perayaan sepanjang tahun, kita diingatkan akan hal itu, namun sering kali kita mudah lupa. Itu juga karena kita meyakini, bahwa Tuhan amat baik pada kita, Ia tidak akan menghukum jika kita berdosa.


                Maka masa prapaskah selama 40 hari ini menjadi masa yang begitu indah, ketika kita boleh diingatkan secara khusus untuk penuh cinta, baik cinta kepada Tuhan, kepada sesama, serta lingkungan sekitar kita. Pada masa prapaskah yang biasanya disertai dengan puasa dan pantang, serta olah rohani seperti pengakuan dosa, devosi Jalan Salib Kristus, retret, dan juga karya amal kasih melalui Aksi Puasa Pembangunan, kita diingatkan bahwa sebagai pengikut Kristus, kita mesti berani mencintai lebih dalam, lebih tulus, seperti Kristus tanpa memikirkan kepentingan pribadi. Inilah sebuah masa yang begitu indah.
                Pada 40 hari masa prapaskah, kita diingatkan agar penuh cinta, karena mencintai adalah jalan ke arah kekudusan. Puasa dan pantang yang dilakukan pun bukan untuk semata-mata mencari kesalehan pribadi/diri sendiri, tetapi merupakan jalan cinta untuk lebih mengasihi Tuhan, sesama dan alam semesta. Pada saat itu, kita diajak untuk lebih mendengarkan suara Tuhan, suara sesama, dan suara semesta, daripada menuruti dan memenuhi kepentingan diri sendiri. Inilah sebuah masa yang begitu indah.
                Dan kenapa setiap tahun kita melakukan 40 hari penuh cinta ini? Itu karena manusia begitu mudah jatuh pada cinta diri yang tidak tepat. Untuk itulah kita diingatkan terus menerus sepanjang hidup ini agar penuh dengan cinta. Harapannya, tidak hanya 40 hari saja, tetapi sepanjang hari dalam tahun tahun yang kita jalani, juga akhirnya hidup kita akan penuh cinta. Selama 40 hari itu, kita diajak untuk menerungkan hari-hari yang telah kita lewati. Mungkin saja, ketika kita tidak sedang dalam masa prapaskah, kita lebih banyak mementingkan diri sendiri.
                Dengan berpantang dan berpuasa, kita diingatkan, seberapa sering kita telah mementingkan perut dan kepentingan kita sendiri. Dengan berpantang dan berpuasa, kita diajak untuk solider dengan saudara-saudari yang menderita, bahkan untuk dapat makan sehari-hari pun, mereka mesti berjuang keras. Dengan matiraga, banyak berdoa, dan pengakuan dosa, kita diajak untuk semakin rendah hati dan banyak mendengarkan, setelah beberapa kali dalam setahun kita lebih banyak berbicara, bahkan menghakimi orang, membicarakan kejelekan orang lain, sombong, merasa paling benar sendiri, bebal dan keras kepala, serta sering menyebarkan kebohongan kepada sesama. Dengan berdevosi jalan salib, kita diajak untuk terus ikhlas dalam hidup ini, demi kebahagiaan dan keselamatan sesama, tidak bikin gaduh dengan hoax-hoax yang kita percaya dan sebarkan, dan juga berani bekerja keras untuk kebaikan dunia. Dengan jalan salib pula, kita belajar untuk tidak membalas kejahatan terhadap mereka yang jahat terhadap kita, tidak membalas membenci terhadap mereka yang membenci kita, tidak membalas berbohong terhadap mereka yang berbohong pada kita, tidak membalas berkhianat terhadap mereka yang mengkhianati kita. Tidak mendoakan agar karma menjumpai orang yang telah melukai hati kita, tidak ikut-ikutan gaduh dengan orang yang mengajak gaduh.
                Pada masa prapaskah, kita diajak untuk mengalami kenosis. Dalam teologi Kristen, kenosis (bahasa Yunani: κένωσις, kénōsis) adalah "pengosongan diri" atas kehendak (atau keinginan) diri sendiri dan sepenuhnya menerima kehendak Allah. Contoh kenosis paling sempurna adalah Tuhan Yesus Kristus sendiri, dari sejak lahirnya, hingga sengsara, wafat dan kebangkitanNya. Ketaatan kepada Allah karena cinta yang agung. Pada masa prapaskah inilah, kita diajak untuk memeluk cinta sejati, yang puncaknya adalah kenosis. Dengan demikian, pusat dari dunia ini bukanlah diri sendiri, keyakinan diri sendiri dengan segala doktrin serta ajarannya, bukan pada klaim-klaim kebenaran oleh golongan, kelompok, agama tertentu, tetapi pusatnya adalah Tuhan, dan itu bisa dialami di dalam cinta. Alangkah indahnya masa prapaskah, 40 hari penuh cinta. Semoga dengan demikian, segenap saudara di dunia ini juga di penuhi oleh cinta. Siapapun itu, dengan predikat apapun dia, semoga Tuhan yang adalah cinta, menjadi pusat dari segala dinamika yang ada. Selamat memasuki dan memeluk prapaskah. 40 hari penuh cinta.

“Aku rela tidak masuk surga, bahkan berada di dasar neraka, jika itu adalah kehendak Tuhan dan dengan begitu, orang-orang masuk surga, bahkan mereka yang membenci dan memusuhi aku”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar