Jumat, 27 Januari 2012

Hidup adalah Soal Bersahabat dan Bukan Menguasai

Pada suatu ketika, ada serombongan anak sekolah yang ditemani oleh beberapa guru mengadakan rekreasi ke suatu tempat yang indah dengan mengendarai bus. Di sepanjang jalan, terhampar pemandangan yang amat indah. Mereka melewati bukit-bukit, lembah dengan sungai ber-air terjun. Terhampar kebun teh di kanan kiri jalan yang mereka lalui. Sementara itu, di dalam bus, anak-anak tampak sibuk dengan canda tawa mereka. Sebagian ada yang sibuk terpekur dengan handphone-nya, sebagian ada yang menikmati pemandangan alam sambil bercanda dengan teman-teman di dekat tempat duduknya. Beberapa guru tampak bergabung dengan anak-anak yang menikmati pemandangan di sepanjang perjalanan mereka. Sebagian lagi tampak duduk serius di tempat duduk bus paling depan, sambil sesekali melirik jam tangannya. Ada seorang guru yang hilir mudik membawa pengeras suara, sibuk mengajak anak-anak menyanyi, namun sedikit yang mengikutinya. Sementara itu, dua orang guru sibuk membicarakan tentang rencana perjalanan wisata anak-anak ini dengan mengatur jadwal sedetil mungkin.

Hidup kita ini seperti perjalanan anak-anak itu. Kita tengah berziarah menuju tempat indah dambaan kita semua. Di sepanjang perjalanan, terhampar pemandangan yang indah dan mengagumkan ciptaan Sang Mahakuasa. Kita bisa menikmati keindahan itu seperti anak-anak yang bercanda sambil melempar pandangan luas pada hamparan alam nan indah. Mereka sungguh percaya bahwa acara selanjutnya akan berjalan dengan baik, dan perjalanan adalah bagian dari berwisata. Namun kadang kita juga seperti anak-anak yang sibuk sendiri dengan handphone-nya atau guru-guru yang sibuk dengan rencana-rencana perjalanan sehingga tidak dapat menikmati indahnya pemandangan.

Anak-anak dan guru yang memilih untuk menikmati pemandangan itu adalah mereka yang menjalani hidup ini dengan penuh persahabatan. Mereka begitu yakin bahwa perjalanan itu adalah bagian dari wisata yang akan membawa mereka ke tempat indah. Sementara mereka yang sibuk dengan diri sendiri serta rencana-rencana yang sudah disusun sedemikian rapi menjalani hidup dengan teratur yang mempunyai gagasan bahwa hidup ini mesti ditaklukan. Memang orang-orang itu tidak salah dalam menjalani hidup, sebab itu semua tergantung dari pilihan kita. Namun terkadang orang-orang yang sibuk dengan dirinya sendiri ini tidak sadar akan pemandangan indah di sisi kanan kiri jalan sehingga mereka terlalu khawatir dengan apa yang akan terjadi sesudahnya. Kekhawatiran inilah yang diantisipasi dengan menyusun rancangan sempurna bagi hidup selanjutnya, hingga mereka lupa akan indahnya perjalanan. Benak mereka diisi dengan penguasaan terhadap hidup. Persahabatan terhadap perjalanan hanya akan melenakan mereka dalam mempersiapkan masa depan.

Hasrat kekuasaan ini sekarang menjadi warna umum dari masyarakat manusia. Ketika kemajuan teknologi telah mencapai taraf terhebatnya, terkadang orang lupa untuk menikmati hidup ini dengan penuh persahabatan. Mereka terlalu dibebani oleh keinginan-keinginan untuk menaklukan hidup karena terlalu takut bahwa hidup akan menguasai mereka. Segala sesuatu diperjuangkan demi rancangan ini, bahkan terkadang mereka tidak sadar bahwa rancangan itu telah memperbudak diri mereka sendiri dan membelenggu sehingga tidak mampu melihat indahnya pemandangan di luar bus. Segala penderitaan yang kita alami di dunia ini, salah satunya disebabkan karena kita terlalu khawatir dengan diri kita hingga kita membangun harapan-harapan yang seolah-olah bisa membuat kita bahagia. Hidup dan energi kita terarah kepada harapan-harapan kita hingga lupa untuk bersahabat dan menikmati begitu berwarnanya hidup. Kita meletakkan kebahagiaan pada konsep kita akan pemenuhan harapan-harapan itu. Namun apakah memang demikian halnya? Jika demikian, mengapa banyak orang merasa gagal ketika harapan-harapan itu tidak terpenuhi, lantas terpuruk dan tak mampu lagi tersenyum?

Marilah menempatkan hidup kita dalam kerangka persahabatan, bukan kekuasaan. Persahabatan membawa setiap orang untuk selalu terhubung dengan hal-hal yang ada di sekitarnya. Menikmati betapa berwarnanya hidup dan selalu bersyukur atas perjalanan ini. Bagi orang-orang yang penuh persahabatan, kebahagiaan tidak terletak pada penaklukan-penaklukan, atau pemenuhan harapan-harapan itu, namun bagaimana menjalin relasi jujur dengan realitas sambil membiarkan diri diarahkan oleh hidup. Mereka tidak lagi dihantui oleh kekhawatiran akan masa depan, namun menjalani detik-demi detik hidup ini dengan mau bersentuhan dengan realitas. Sebab mereka melihat bahwa masa depan dan perjalanan itu satu, terhubung, dan penuh keindahan.

Marilah kita menjalani hidup ini dengan hati penuh persahabatan. Menyadari bahwa ada waktu untuk tertawa, untuk menangis, untuk marah, untuk berdiam, untuk menghitung secara matematik, atau mengkalkulasi secara puitik, dan ada waktu untuk mempersembahkan bunga bagi sang dewi keajaiban.....

Selamat Me-Nyahabat.!!

2 komentar: