Sabtu, 28 Januari 2012

Menemani Yesus di Taman Getsemani

Pernah suatu kali aku bertanya, mengapa dalam hidup ini, begitu banyak air mata tertumpah karena penderitaan. Penderitaan itu muncul ketika manusia berjumpa dengan ketidaksempurnaan diri dan hidupnya. Setiap kali ia bangkit dan berjuang, setiap kali juga ia jatuh dan terpuruk.  Dan terkadang kita lantas merasa begitu lelahnya karena situasi itu. Membuat kita tak lagi mengerti mengapa harus terjadi. Manusia selalu berdampingan dengan penderitaan, sebab itu sejatinya perjalanan menuju kebahagiaan harus dilalui. Sejak lahirnya, seorang bayi harus menangis karena tidak lagi mengalami kehangatan rahim sang ibu. Ia harus mengalami dingin dan panasnya dunia. Ia harus menggunakan badannya untuk bangkit berdiri dan melangkah.  Semakin besar, ia harus semakin merasa sendirian dan semakin memikirkan yang lain. Ia tidak lagi mengalami kehangatan sebagai anak-anak, namun harus mampu menjadi seseorang yang mampu melindungi anak-anak. Dan perjuangan itu tentu tidak mudah. Harus berkeringat dan merasakan letihnya badan serta jiwa. Itulah inti perjalanan kehidupan.

Meski begitu, perjuangan yang kadang membuat kita berjumpa dengan ketidaksempurnaan dan penderitaan ini bukan tanpa makna. Salah satu maknanya adalah agar kita setia dalam mengandalkan Tuhan, Sang Rahim Sejati, asal dan tujuan hidup kita. Dan Tuhan sendiri berkenan untuk mengalami penderitaan itu serta menunjukkan bahwa penderitaan adalah pilihan jalan menuju kebahagiaan jika kita terus setia pada Sang Rahim Sejati. Seberapa sakit dan menderitanya, pengharapan itu selalu ada. Pemihakan Tuhan atas penderitaan kita ini tampak dalam diri Kristus, mulai dari lahirNya hingga wafat serta bangkitNya. HidupNya telah membentangkan rahasia panggilan sejati hidup manusia yang tengah berproses menuju pemurnian ke arah kebahagiaan sejati. Kita ini rapuh, dan ia pun telah mengalami kerapuhan itu. Kita galau, dan Dia pun mengalami kegalauan itu di Getsemani. Kita mati, dan Dia pun telah mengalaminya di Salib. Sebab itu jangan takut, karena jika kita menderita dan tetap setia, kita tengah menemaniNya dalam membuka jalan keselamatan itu, demi pemurnian kerapuhan kita. Penderitaan kita juga bermakna bahwa kita diajak untuk menemani Yesus yang tengah menderita. Yesus pun sekarang ini tengah menderita di dalam diri orang-orang yang  tengah berjuang untuk setia pada panggilannya ke arah Rahim Sejati itu, namun dengan jalan penderitaan. Untuk menemani Tuhan yang tengah menderita di Getsemani itu, kita perlu setia, jujur, dan berani untuk terus bertahan…hingga SalibNya berdiri megah di Kalvari, sebagai tebusan dosa dan penderitaan manusia, yang menghubungkan jalan dari dunia menuju surga dan membuka pintu kebahagiaan sejati bagi manusia rapuh serta berdosa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar