Kamis, 22 September 2011

Ada Apa dengan Tanda Salib? (Memahami Misteri Tri Tunggal Mahakudus)

St. Agustinus sedang berjalan-jalan di pinggir pantai, lalu ia melihat seorang anak kecil yang membuat lubang di pasir dan mengisi lubang itu dengan air laut. Dengan santainya St. Agustinus menegur anak itu, bahwa ia sedang melakukan hal yang tak masuk akal, mustahil memindah air laut yang begitu berlimpah ke lubang yang kecil itu. Lalu anak itu pun menjawab bahwa St. Agustinus juga melakukan hal yang sama ketika santo Agustinus itu hendak mencari jawaban dan menguraikan Misteri Tri Tunggal Allah dengan akal budi (pikirannya) yang serba terbatas.


Misteri Tri Tunggal Mahakudus tidak dapat dimengerti secara mutlak dengan akal budi saja, sebab akal budi manusia itu terbatas. Namun dengan disertai oleh iman dan penyertaan Roh Kudus, maka kita akan sampai kepada misteri itu. Roh Kebenaranlah yang akan menuntun kita kepada kebenaran.

Secara sederhana, kita bisa mendalami misteri Tri Tunggal Mahakudus itu pada setiap kita membuat tanda salib dengan menyebut nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.

Pada saat kita menyebut Bapa: kita menyentuh dahi kita. Bagi kita manusia, kepala adalah bagian yang amat vital, kita bisa hidup tanpa tangan, tanpa kaki, tapi tidak bisa tanpa kepala. Ini membawa kita kepada pendalaman bahwa kita mengalami Allah Bapa sebagai pusat dari segala sesuatu, pencipta segala sesuatu dan asal muasal dari segala sesuatu.

Lalu kita menyebut Putra dan menyentuh dada. Dibalik dada kita, tersembunyi jantung hati, yang memungkinkan kita bisa merasakan, berkehendak dan mengasihi. Dengan menyebut Putra, kita memahami dan mengalami Allah yang tadinya jauh, asal muasal segala sesuatu itu menjadi dekat, menjadi Allah yang penuh kasih, Allah yang menyelamatkan, dan Allah yang berempati terhadap manusia, yang hadir di dalam diri Kristus sendiri. Kristuslah kehadiran Allah yang dekat, Allah yang menyelamatkan, Allah yang memperhatikan manusia.

Dan kitapun menyebut Roh Kudus dengan menyentuh kedua bahu kita. Dengan bahu kita bisa memeluk orang lain, merentangkan tangan terbuka untuk meneguhkan orang lain, dan melanjutkan karya kasih, yang telah muncul di dalam pikiran dan hati kita. Demikian pula dengan Roh Kudus: Roh Kudus adalah kehadiran Allah yang akan menjaga kita selalu dekat dengan-Nya, yang telah rela hadir ke dunia dengan kasih-Nya yang luar biasa, hingga memberikan diri-Nya di salib. Roh Kuduslah yang menuntun kita kepada kebenaran Allah: yakni Tuhan Allah yang Agung berkenan menyapa manusia sebagai Bapa, yang diwujudkan di dalam Putra, Tuhan Yesus Kristus. Dinamika ketiga hal ini membawa keselamatan bagi kita, seperti halnya kita melakukan hal-hal baik diawali dengan niat, kehendak dan kemudian terwujud dalam perbuatan baik. Meski demikian, tetaplah kita satu tubuh, satu jiwa, satu realitas.

Kita tidak seharusnya malu atau kurang percaya diri jika harus menjelaskan Misteri Allah Tritunggal. Konsep Allah yang satu dengan tiga pribadi tidak dapat dilepaskan dari konteks perwahyuannya dan dari iman akan Allah yang melakukan karya keselamatan. Jika hanya dipahami secara matematis, rasanya tidak logis. Matematika ataupun hitung menghitung adalah hasil rasio manusia, sedangkan misteri Tritunggal datang dari Allah.

Dengan memahami misteri Trinitas-ekonomis (sejauh diwahyukan dalam Kitab Suci) semakin jelas bagi kita bahwa Allah bukanlah pribadi yang diam, tetapi terus-menerus berupaya untuk berkomunikasi dengan umat manusia demi keselamatan umat manusia. Prakarsa Allah hendaknya ditanggapi dengan iman yang dalam. Ungkapan "Fides querens intellectum" (iman berupaya mencari pemahaman) jangan disempitkan dengan anggapan bahwa iman itu tidak rasional. Iman yang sejati selalu rasional. Bahkan iman bukan sekedar rasio manusia belaka, tetapi di dalamnya ada rasio Ilahi yang kerapkali sulit kita pahami.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar