Senin, 05 September 2011

Paskah: Kemenangan Sang Cinta Sejati


Suatu kali, ada teman yang menanyakan tentang makna surga kepada saya. Kenapa orang begitu ingin masuk surga, sebenarnya surga itu apa dan bagaimana? Saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu karena saya belum pernah sampai ke surga. Dan saya tidak berani menjawab dengan suatu jawaban yang spekulatif karena saya takut nanti justru menyesatkan. Meski demikian, karena tidak ingin mengecewakan teman saya itu, saya mencoba mengajaknya untuk memahami surga dari kata-kata Kristus saat mengajarkan doa Bapa Kami. Dalam doa Bapa Kami, kita sering menyebut “di atas bumi seperti di dalam surga”. Kata-kata itu diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri, karena DIA-lah satu-satunya manusia yang pernah melihat dan tinggal di surga. Melalui kata-kata itu, kita jadi mengerti, ternyata hidup di dunia ini sudah seperti di dalam surga. Lantas bagaimana hidup di dunia itu?

Kita hidup di dunia karena kasih Allah, kita bisa bertumbuh karena cinta-Nya bagi kita yang sungguh telah memelihara kita, hingga kita bisa hidup di dunia. Meski hidup di dunia ini kadang tidak seperti yang kita harapkan, namun Tuhan tetap menumbuhkan padi untuk kita makan, memberi kita udara untuk bernafas, dan masih banyak lagi demi kehidupan kita. Singkatnya, kita bisa hidup karena cinta, dan hidup di dunia ini bagai di surga. Dengan demikian, kita mengalami surga, ketika kita berada di dalam cinta. Hal ini tampak dari cinta yang diberikan oleh orang tua, saudara-saudara, teman-teman dan alam sekitar. Mereka semua merupakan perwujudan cinta Tuhan bagi kita, dan itulah surga.
Meski demikian, kadang kita menolak surga itu dengan menolak cinta Tuhan. Kita lebih mementingkan diri sendiri, lari dari-Nya dan memilih untuk berdosa. Pada saat itulah kita hidup kesepian, menderita karena dosa dan jauh dari surga. Melihat manusia menderita, Tuhan tidak tinggal diam. Ia berkenan tinggal bersama kita, di dalam Yesus Kristus Putera-Nya. Yesus pun mensharingkan bagaimana surga itu bagi kita, bahkan merelakan diri-Nya sebagai jembatan untuk kita injak-injak agar kita sampai ke surga itu. Kita telah menginjak-injak-Nya, ketika Tuhan Yesus menderita sengsara dan wafat di salib demi mewartakan cinta. Dan akhirnya Sang Cinta Sejati melaksanakan Sabda Agung Bapa untuk menyelamatkan manusia. Justru saat Kristus merelakan diriNya disiksa dan dibunuh demi cinta, Ia telah menang atas kematian dan dosa. Ia menjadi tebusan dari segala sikap kita yang hendak menjauhi Tuhan, Sang Maharaja Kerajaan Surga, Pemilik kesejatian hidup kita. Saat-saat merenungkan dan merayakan kembali Pekan Suci, kita merayakan Perayaan Kemenangan Cinta Sejati. Kita merayakan Kebangkitan Sang Cinta Sejati yang telah menang melawan dosa. Sengsara dan wafat Kristus telah membuka pintu surga bagi kita untuk ikut berjalan di belakang salibNya karena cinta. Dengan demikian, akhirnya kita pun dibangkitkan untuk turut tinggal di dalam surga. Surga itu terletak dari penerimaan cinta-Nya atas kita, yang berdosa, hina dan menderita di dunia. Oleh karena Dia rela turun di dunia, bahkan dihinakan sedemikian rupa hingga wafat di salib, Ia telah mengangkat martabat manusia ke arah kesejatian sebagai putra Allah, yang hidup terarah surga, dengan selalu memiliki cinta. Kita yang berdosa dan hina, diterima dengan Cuma-Cuma karena kasihNya menuntun kita, agar kita juga hidup selalu dalam cinta, turut mengalami Paskah bersama DIA yang tersalib demi menebus dosa manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar