Jumat, 08 Maret 2019

Global Transformation ( Resensi Buku)



Data Buku

Judul                  : Global Transformation
Pengarang          : David Held dan Anthony McGrew (ed)
Penerbit              : Polity Press, Cambridge
Tahun Terbit       : 2000
Halaman             : 624 hal
Ukuran                : 244 x 172 mm, 6.75 x 9.75 in


Bab 1
Globalization
Oleh George Modelski

                Bab pertama buku Global Transformation diisi oleh tulisan dari George Modelski[1] yang berjudul Globalization. Dalam tulisan ini, George Modelski hendak memberikan definisi atau cakupan terhadap proses globalisasi yang terjadi pada dunia saat ini. Menurutnya, masyarakat dunia saat ini adalah masyarakat global. Proses dimana masyarakat secara historis  dibawa ke dalam satu sistem global ini disebut sebagai globalisasi. Sifat dan bentuk yang dihasilkan oleh proses globalisasi dalam dunia ini  akhirnya juga menjadi salah satu faktor dasar dari politik masyarakat dunia saat ini.
                George Modelski lantas merunut sejarah masyarakat beserta perkembangan peradabannya yang menghantar masyarakat kita saat ini hingga sampai kepada proses globalisasi.  Salah satu unsurnya adalah terjadinya perluasan atas ruang lingkup geografis dari komunitas manusia. Perluasan ruang lingkup geografis ini pun mengakibatkan terjadinya perkembangan ruang lingkup dari organisasi sosial.  Proses  perluasan ini dimulai sejak enam ribu tahun  lalu ketika sebuah ‘Masyarakat  Besar’ mengambil bentuk dalam kota-kota di Mesopotamia yang ruang lingkup wilayahnya mencapai dua atau tiga ratus mil; hingga ketika Kekaisaran Roma menguasai lembah Mediterania. Hal yang sama kemudian berlanjut saat kekuasaan Cina dan India mulai merambah kawasan Asia. Proses perluasan ini terjadi di antara tahun 500 SM hingga 200 M, ketika budaya Hellenis mulai mencapai India dan Kekaisaran Han mulai mengadakan kontak dengan India. Situasi ini mungkin menjadi praktik awal munculnya beberapa pola interaksi dalam masyarakat kuno. Meski secara umum, bagaimana pun juga, interaksi ini masih bersifat jarang, tidak langsung, non-politik, dan belum sungguh-sungguh global.
                Untuk merunut asal mulai proses globalisasi, George Modelski menampilkan periode-periode awal peradaban masyarakat yang mulai menguasai daerah-daerah lain di dunia. Periode tersebut adalah:

1.       Peradaban Islam
                Periode globalisasi dimulai pada sekitar tahun 1000 ketika peradaban Islam mulai merambah dunia di luar Arab. Penyebaran agama Islam beserta budayanya mulai menghubungkan daerah-daerah yang jauh mulai dari Spanyol hingga Maroko, melalui Damascus menghubungkan Kairo dan Baghdad, dari Persia hingga utara India; termasuk juga Indonesia dan Afrika Tengah maupun Afrika Selatan. Periode ini menjadi tanda awal dimulainya proses globalisasi dimana unsur-unsur agama dan budaya Islam yang berakar dari dunia Arab mulai menghubungkan daerah satu dengan daerah lainnya, komunitas budaya tertentu dengan budaya lainnya. Hal ini berlangsung selama ratusan tahun dimana peradaban Islam sungguh telah menguasai masyarakat dunia.

2.       Ekspansi Laut Masyarakat Eropa
                Setelah tahun 1500, kebudayaan Islam mulai terkepung oleh ekspansi laut masyarakat Eropa. Ekspansi laut masyarakat Eropa ini akhirnya membuat kebudayaan Islam hanya mampu menguasai daerah Afrika dan Asia. Sejak saat itu, tugas untuk menyatukan dunia secara politis diambil alih oleh masyarakat Eropa. Perintis awal dari ekspansi ini adalah orang-orang Portugis dan Spanyol yang telah mempelajari dengan sungguh dan menaruh hormat pada kebudayaan Islam pada abad-abad sebelumnya. Dan segera setelah Columbus menemukan surga ‘amerika’, ekspansi terhadap daerah-daerah lain di seluruh dunia ini mulai marak  dan memunculkan suatu pola baru tentang jaringan permanen yang menghubungkan masyarakat dunia. Keinginan untuk memperluas wilayah suatu kekuasaan kebudayaan tertentu ini memunculkan pola baru dalam politik dunia.

3.       Beberapa Segi Lain
                Ekspansi kelautan masyarakat Eropa yang kian marak ini pertama-tama didasari oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak. Oleh karena itu, salah satu segi yang turut mempengaruhi dalam proses globalisasi ini adalah penggunaan kekerasan dan perang. Orang-orang Eropa yang melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah dunia lain ini memiliki latar belakang suka berperang. Mereka memiliki teknologi militer dan kekebalan terhadap berbagai macam penyakit. Kenyataan inilah yang memungkinkan ekspansi ini berkembang pesat dan menjadi salah satu segi dominan bagi munculnya sistem politik dunia.
                Ekspansi ini didukung oleh suatu kekuatan politik tertentu yang terorganisasi dan menekankan efisiensi. Sebab dengan ekspansi ini, masyarakat Eropa yang dipimpin oleh suatu pemerintahan terorganisasi mendapatkan banyak buah. Pemerintahan yang terorganisasi dan menekankan efisiensi ini dipelajari oleh banyak kerajaan Eropa dari peradaban Italia pada sekitar abad pertengahan. Sejak saat itulah masyarakat Eropa yang melakukan ekspansi ke luar wilayah Eropa mulai mengembangkan suatu pemerintahan yang terorganisir dan efisien demi mendukung ekspansi besar-besaran. Pemerintahan yang terorganisir dan efisien inilah yang akan menyediakan dana, teknologi, dan juga kekuatan politis bagi angkatan laut yang hendak mengadakan ekspansi ke luar wilayah Eropa. Mulai saat itulah tersusun sebuah pemerintahan dengan sistem organisasi modern, pengembangan teknologi navigasi, efisiensi kekuatan militer, dan munculnya industri kapal. Untuk membiayai perjalanan ini, pemerintah menerapkan sistem pajak dan investasi dari para pedagang-pedagang. Selain itu, para personil yang terlibat dalam ekspansi ini juga membutuhkan suatu pelatihan khusus. Pemerintah yang mampu mengatur hal ini sedemikian rupa sehingga memungkinkan ekspansi, merupakan sebuah pemerintahan yang kuat dan menjadi dasar dari suatu organisasi politik.
                Mulai saat itu juga lahirlah para pedagang-pedagang yang menggunakan modalnya demi mengembangkan usaha dagangnya secara besar-besaran. Mereka saling bersaing satu sama lain hingga memunculkan beberapa monopoli perdagangan yang didukung oleh para Raja. Kolaborasi antara para pedagang dan Raja sebagai penguasa politik ini telah melahirkan sebuah sistem perdagangan baru dimana modal memegang peranan penting dalam menguasai daerah tertentu. Pada periode ini juga mulai lahir korporasi-korporasi awal yang bergerak dalam bidang perdagangan. Korporasi-korporasi dagang semacam  English East Indies Company dan VOC adalah embrio dari organisasi korporasi modern.
                Karakteristik terpenting dari globalisasi adalah karakter yang tidak dapat terkontrol. Ekspansi yang terjadi ini tidak diatur oleh sebuah sistem pusat. Ekspansi ini bukan berasal dari satu entitas yang disebut Eropa tetapi lebih sebagai ekspansi dari begitu banyak perusahaan dari Eropa yang mulai merambah dunia. Situasi ini mengubah wajah Eropa. Meski ada beberapa monopoli perdagangan yang terjadi oleh suatu negara Eropa tertentu, namun tetap tidak ada negara dapat menguasai seluruh Eropa. Mereka saling bersaing satu sama lain dalam melakukan ekspansi dan memperbesar pundi-pundi kekayaan dari wilayah di luar Eropa. Proses globalisasi inilah yang mempengaruhi sistem independen negara-negara di Eropa dan segera setelah itu juga dunia, dengan mengembangkan penyebaran organisasi-organisasi. Situasi ini akan mempengaruhi perkembangan politik dunia selanjutnya.
                Dalam proses globalisasi ini siapakah pertama-tama yang diuntungkan? George Modelski menjawab bahwa masyarakat Barat (Eropa)-lah yang pertama-tama diuntungkan. Dengan adanya ekspansi ke wilayah-wilayah luar Eropa dengan kekuatan organisasi dan kekuatan politik yang besar, negara-negara Eropa memiliki kekuasaan dalam memperoleh sumber daya alam dari negara-negara luar Eropa. Perusahaan-perusahaan dagang Eropa yang didukung oleh kekuatan politik suatu rezim monarki tertentu akan semakin mudah dalam menguasai dan mengeksploitasi daerah jajahan. Di dalam Eropa sendiri, proses globalisasi ini pertama-tama menguntungkan bagi mereka yang memiliki kekuasaan politik, sebab merekalah yang memimpin dan mengatur ekspansi ini.
                Meski begitu, proses ini juga menyisakan sebuah efek negatif yang terjadi pada wilayah-wilayah jajahan atas ekspansi tersebut. Efek yang terjadi bisa sangat mematikan baik bagi organisasi sosial maupun anggota masyarakat dari organisasi sosial tersebut. Proses globalisasi ini mampu memecah belah masyarakat  dan memunculkan digunakannya kekerasan ataupun pemusnahan suatu golongan masyarakat tertentu. Proses ekspansi besar-besaran ini menyebabkan kemiskinan, depresi, terjangkitnya wabah dan penderitaan bagi komunitas lain yang dijajah. Selain itu, proses globalisasi ini memunculkan politik dunia yang berpusat pada dunia Barat. Para pemerintah, masyarakat, bahkan individu-individu dibawa ke dalam mainstream (pola pikir) kebudayaan Eropa dengan jalan kooptasi. Masyarakat luas akhirnya didominasi, dikontrol, diisolasikan oleh kebudayaan Barat. Kooptasi selalu merupakan cara yang mudah untuk menguasai masyarakat karena efek dominasinya lebih mendalam, cepat dan menjangkau kalangan luas. Globalisasi akhirnya menimbulkan banyak problem dalam komunitas dunia dalam usahanya menjadi masyarakat yang baik.
                Dengan menelusuri awal mula munculnya globalisasi, George Modelski akhirnya mengungkapkan bahwa kesimpulan mengenai problem yang ditimbulkan oleh proses globalisasi ini tidak dapat ditarik secara mudah dan optimistik. Jawaban ideal atas masalah ini  adalah hendaknya proses ini dapat menciptakan keuntungan yang lebih luas, atau sekurang-kurangnya dapat menghindari bahaya yang amat besar, yang diakibatkan oleh proses globalisasi. Meski begitu, ia juga mengatakan bahwa masyarakat luas dalam proses globalisasi ini tidak mungkin dapat menjadi sebuah masyarakat yang baik. Dan saat ini, kita tengah menghadapinya sambil berharap, semoga akan ada hal yang membuat masyarakat menjadi lebih baik.

Bab 2
Rethinking Globalization
 Oleh David Held and Anthony McGrew, David Goldblatt and Jonathan Perraton

1.       Rethinking Globalization: an Analytical Framework
                 Pada bab dua ini diungkapkan tentang proses memahami ‘globalisasi’ secara lebih detail. Pemahaman saat ini terhadap globalisasi sebagai suatu keterhubungan global (global interconnectedness) secara lebih mendalam dan cepat hendaknya perlu diperjelas dan dipersempit lagi. Penjelasan dan penyempitan pemahaman terhadap globalisasi ini diperlukan untuk mengurangi berbagai macam kesulitan yang muncul dari definisi-definisi tersebut. Pemahaman ini perlu ditempatkan dalam kerangka yang lebih khusus dan menyangkut unsur-unsur yang memungkinkan proses globalisasi mampu terbentang hingga saat ini.
                Untuk mendapatkan pemahaman yang jernih tentang globalisasi, kita hendaknya menempatkan globalisasi dalam ruang lingkup rangkaian antara ruang lokal, nasional dan regional. Hal ini meliputi relasi sosial dan ekonomi serta jaringan-jaringannya yang diorganisasikan  dengan basis lokal, nasional dan regional. Berdasarkan pemetaan ruang lingkup pemahaman globalisasi tersebut, maka konsep globalisasi pertama-tama adalah peregangan (stretching) dari aktivitas sosial, politik, ekonomi lintas batas seperti halnya suatu peristiwa, keputusan, dan aktivitas di suatu wilayah dunia ini dapat memiliki signifikansi bagi individu atau masyarakat yang berada di wilayah lain dari bumi ini. Dalam arti ini, globalisasi berarti memungkinkan adanya keterhubungan antar regional, pencapaian yang lebih luas atas jaringan aktivitas sosial dan kekuatan, dan juga kemungkinan untuk melakukan tindakan dari  suatu daerah yang jauh. Keterhubungan ini bersifat reguler; lebih intens (intensity) dan lebih luas (extensity). Selain itu, keterhubungan ini ditandai dengan percepatan (velocity) interaksi global yang didukung oleh perkembangan sistem transportasi dan komunikasi seluas dunia. Hal ini menyebabkan terjadinya penyebaran yang demikian cepat atas gagasan-gagasan, barang-barang, informasi, modal dan manusia ke seluruh penjuru dunia. Di samping ketiga hal tersebut: intensitas, keluasan, dan kecepatan; pengaruh yang kuat (impact) atas keterhubungan antara lokal dan global  juga menjadi salah satu ciri terjadinya proses globalisasi. Oleh karena itu, untuk memahami globalisasi secara lebih memuaskan, hendaknya perlu melihat keempat karakter dari keterhubungan ini: keluasan (extensity), intensitas (intensity), kecepatan (velocity) dan berpengaruh kuat (impact).
                Dengan memahami ruang lingkup/batasan tentang globalisasi tersebut, sebuah definisi yang tepat dari globalisasi dapat diungkapkan: globalisasi adalah a process (or set of processes) which embodies a transformation in the spatial organization of social relations and transaction—assessed in terms of their extensity, intensity, velocity and impact—generating transcontinental or interregional flows[2] and networks[3] of activity, interaction, and the exercise of power.
                Konsep/definisi globalisasi ini akan dengan mudah memperjernih perbedaan pemahaman antara globalisasi dengan lokalisasi (interaksi konsolidasi tingkat lokal), nasionalisasi (interaksi konsolidasi tingkat nasional), regionalisasi (kerjasama regional), dan internasionalisasi (kerjasama internasional). Dari hal-hal ini tentu ada yang mendukung terjadinya proses globalisasi seperti misalnya regionalisasi dan internasionalisasi, sementara lokalisasi dan nasionalisasi lebih ingin menghambat atau menangkal terjadinya proses globalisasi.

2.       Historical forms of globalization
                Orang-orang yang skeptis terhadap globalisasi mulai mempertanyakan apakah globalisasi tidak lebih dari sebuah fenomena cerita yang sebenarnya sudah ada sebelumnya, sama dengan narasi-narasi besar lainnya. Untuk menjawab ini, diperlukan suatu kerangka analitis semacam penjelasan komparatif historis. Pendekatan ini mengembangkan gagasan tentang historical forms of globalization sebagai dasar untuk membuat suatu analisis komparatif sistematik atas globalisasi.  Berdasarkan cakupan pemahaman tentang globalisasi yang telah diungkapkan sebelumnya, historical form of globalization dapat dijelaskan  dan diperbandingkan pertama-tama dengan melihat empat dimensi spatio-temporal: (1) the extensity of global networks; (2) the intensity of global interconnectedness; (3) the velocity of global flows; (4) the impact propensity of global interconnectedness.
                Pendekatan historis terhadap konsep globalisasi ini akan menghindarkan pendapat yang mengatakan bahwa globalisasi secara pasti merupakan suatu hal yang baru ataupun pendapat yang mengatakan bahwa globalisasi merupakan sebuah kelanjutan dari narasi-narasi besar yang telah ada sebelumnya. Secara khusus, pendekatan ini mengajak kita untuk mengenal globalisasi secara lebih empiris yakni berdasarkan kategori-kategori yang telah disebutkan di atas: keluasan, intensitas, kecepatan, dan pengaruh yang kuat dari keterhubungan interkontinental ini.
                Selanjutnya, mengenai pengaruh yang kuat (impact), globalisasi menyertakan perlunya suatu analisa yang detil mengenai jenis-jenis pengaruh yang kuat (impact) ini: decisional, institutional, distributive, dan structural. Decisional impact adalah pengaruh kuat terhadap otoritas dalam membuat keputusan atau kebijakan. Institusional impact adalah pengaruh kuat terhadap agenda masyarakat dalam menentukan pilihan-pilihan efektif yang disediakan oleh proses globalisasi. Distributive impact adalah pengaruh kuat terhadap pembentukan konfigurasi sosial masyarakat (klas,kelompok, kolektivitas), sedangkan structural impact adalah pengaruh kuat pada pembentukan pola-pola masyarakat sosial domestik, organisasi ekonomi dan politik, serta kebiasaan-kebiasaan yang menyertainya. Kedua jenis impact di atas lebih bersifat langsung, sementara dua setelahnya bersifat tidak langsung.
                 Sebagai tambahan terhadap dimensi ruang dan waktu yang membentuk adanya globalisasi, terdapat empat dimensi lagi yang memetakan profil organisasional di era globalisasi secara khusus yakni: infrastructures, institutionalization, stratification, dan modes of interaction. Keempat dimensi ini menjadi semacam peta ruang lingkup terjadinya globalisasi. Jelas bahwa globalisasi terjadi bila ada pergerakan infrastruktur. Pergerakan infrastruktur ini memungkinkan terjadinya institusionalisasi dimana relasi sosial menjadi institusional dan diatur sepenuhnya oleh agen-agen global (negara, korporasi, individu, dsb). Pergerakan infrastruktur dan institusionalisasi ini menimbulkan lahirnya stratifikasi sosial (perubahan managemen organisasional, distribusi dan penggunaan kekuasaan). Hal ini membentuk sebuah stratifikasi global. Akhirnya, dalam globalisasi ini muncul berbagai macam modes of interaction seperti: kekuasaan imperial, pemaksaan/penindasan, kooperatif, kompetitif, konfliktual—terutama diwarnai oleh pertentangan antara instrumen ekonomi dan militer. Situasi sosial awal abad 19 yang diwarnai oleh ekspansi dari dunia Barat, imperialisme, dan kekuatan militer menjadi model interaksi dari  proses globalisasi awal. Sementara itu, pada akhir abad 20 ini, kekuatan militer bergeser ke arah pertentangan ekonomi, kompetisi, dan kooperasi.


[1] Professor Ilmu Politik di  University of Washington
[2] Flows: gerakan dari barang-barang fisik, orang-orang, simbol, tanda, informasi lintas ruang dan waktu
[3] Networks: interaksi yang terpola antara agen independen, simpul aktivitas atau konsentrasi kekuatan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar