Kursus Bulan Pastoral memasuki
minggu II. Hari ini diawali dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo
Edu dan Romo Raymond. Tetap dengan menggunakan metode liturgi dari Romo Kieser.
Setelah perayaan ekaristi, dilanjutkan seperti biasa, dengan jadwal-jadwal yang
sudah tersusun sedemikian rupa. Jadwal hari ini adalah sessi dengan Romo
Priyana Marwan SJ tentang Komunitas Pelayan Pastoral.
Pada awal sessi, aku merasakan
kebingungan untuk mengikuti dan menangkap maksud dari Romo Priyana tentang
Komunitas Pelayan Pastoral. Sementara
teman-teman dapat menjawab pertanyaan dari romo Priyana, aku tetap saja diam,
mencoba mencerna satu persatu maksud yang terungkap. Akhirnya sedikit demi
sedikit aku memahami apa yang ada di sana. Salah satu hal yang menggugah adalah
ketika pembicaraan itu mengajak kita untuk membentuk komunitas. Komunitas
membawa warganya untuk bersama-sama mengalami kasih Allah. Komunitas itu
berbeda dengan sosietas. Sosietas itu berdasarkan struktur karya, dan relasi di
dalamnya terasa fungsional struktural belaka, namun komunitas bukan seperti
itu. Komunitas mengajak setiap orang untuk bertumbuh, sesuai dengan perjuangan imannya, memiliki
kematangan pribadi yang baik.
Aku merasa masih memiliki banyak
kekurangan dalam mendukung hidup berkomunitas, entah sebelum aku bertugas di
Sragen, maupun saat bertugas di Sragen. Ada banyak keengganan serta kemalasanku
yang akhirnya membuat komunitasku tidak terbantu karenanya. Aku mengakui,
ternyata selama ini aku begitu banyak kelemahan. Aku masih perlu untuk terus
belajar. Komunitas memerlukan kepekaan, kerelaan, kerendahan hati, semangat,
sukacita, ketulusan, dan juga perhatian tulus terhadap sesama, saudara
sekomunitas. Aku masih amat lemah dalam hal itu. Meski begitu, aku tidak merasa
telah gagal, aku masih diberi kesempatan untuk memperjuangkannya dan
mempelajarinya agar dapat sungguh hidup di dalam komunitas para pelayan
pastoral.
Romo Priyana juga sempat bertanya
tentang tanggal lahir kami masing-masing serta mengurutkan berjajar sesuai
dengan tanggal lahir ini, urut mulai dari yang muda hingga yang paling tua.
Dengan begitu kita akhirnya mengerti tentang jenjang usia yang ada. Sungguh
menarik sebenarnya dalam membangun komunitas ini, sebab tidaklah mudah untuk
saling memahami orang-orang yang tidak mudah untuk dipersatukan. Namun ada
prinsip-prinsip umum yang bisa dipegang dan diterapkan: hospitalitas,
kerendahan hati, perhatian, keterbukaan, komunikasi yang tulus, dsb. Di dalam
komunitas, kita bersama mengalami kasih Allah itu yang dicurahkan bagi kita,
yang akhirnya membangun pribadi pribadi untuk juga saling mengalami serta
berbagi kasih Allah.
Pada akhir sessi, Romo Priyana
mengajak untuk menyaksikan sebuah film pendek tentang flashmob orkestra yang
begitu indah. Film itu mengajakku berpikir, bagaimana komunitas itu dibentuk
dari kerelaan hati, ketulusan berbagi, dan juga kerendahan hati untuk tidak
menguasai segalanya, namun memberi warna yang unik di dalamnya. Di samping itu,
kesetiaan untuk tetap menjaga keheningan, menjaga relasi dengan Tuhan, akan
membangun komunitas dengan baik. Aku bersyukur atas semuanya yang boleh aku
alami, meski kutahu, aku tidak pernah menjadi sempurna, sebelum semuanya
berakhir, seturut kehendakNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar