Pada hari ini, setelah dibuka
dengan perayaan ekaristi pagi, lalu makan pagi, sessi dilanjutkan oleh
pemaparan Rm. Purwatma tentang Komunitas Murid-murid Tuhan. Di dalam pengolahan
tema itu, kita (para peserta) diajak untuk memahami kisah terbentuknya
komunitas para murid Tuhan. Peristiwa Pentakosta menjadi moment munculnya
komunitas murid-murid Tuhan. Romo Purwatma menggunakan gambar-gambar tentang
model komunitas yang ada di dalam Gereja. Dalam gambar-gambar itu, kita semua
diajak untuk mengenali serta mengkritisi model-model komunitas yang ada.
Lalu ketika masuk ke dalam
kelompok untuk berdiskusi, kita diajak untuk belajar menghadapi kasus tentang
pemekaran lingkungan dan juga penggabungan lingkungan. Tentang komunitas
lingkungan yang sudah berjumlah begitu besar, maka pemekaran menjadi salah satu
kebijakan pastoral yang dapat dibuat untuk mengembangkan komunitas. Namun
ketika lingkungan yang mau dimekarkan itu mengadakan penolakan, maka dapat
dideteksi apakah usaha untuk membangun sebuah komunitas di lingkungan tersebut
sungguh sudah baik. Demikian juga sebaliknya, jika ada lingkungan terpencil dan
sedikit jumlah kepala keluarganya, mengalami penolakan, maka perlu diberi
penyadaran tentang perlunya terbuka pada komunitas yang lebih besar.
Unsur-unsur yang membentuk komunitas antara lain bahwa antar anggotanya saling
menerima, saling mengembangkan, dan memberdayakan. Selain itu, faktor jumlah
serta jarak suatu komunitas turut mempengaruhi tumbuh kembangnya komunitas
tersebut.
Aku mencoba memahami itu semua
meski dengan tertatih. Satu pokok yang sempat kucatat dari sessi ini adalah
soal komunitas Kerajaan Allah. Bagaimana komunitas murid-murid Tuhan yang
hendak mengusahakan hadirnya Kerajaan Allah itu terlibat dan berpusat pada
Kristus. “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu”,
begitulah Sabda Tuhan. Dengan begitu, tidak ada demokrasi di dalam Gereja,
namun pokok perjuangannya adalah mewujudkan Kerajaan Allah di tengah-tengah
dunia. Dengan begitu, komunitas Gereja sebagai murid-murid Kristus itu
dipanggil untuk terlibat bersama dengan orang miskin untuk memperjuangkan
Kerajaan Allah. Kerajaan Allah bukan perkara masa yang akan datang, tetapi perkara
saat ini. Komunitas Kerajaan Allah menghadirkan Kerajaan Allah saat ini. Sebab
Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai
sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Roma 14:17).
Diskusi menjadi menarik karena
Romo Madya menambahkan tentang pilihan konkret ketika kita hendak berpihak pada
orang miskin. Dan akhirnya beberapa teman menanggapi dengan mengungkapkan
perjuangan Gereja di dalam berpihak pada orang miskin. Gereja mau tidak mau
juga mengusahakan dana untuk dibagikan bagi orang miskin demi hidup serta
kemandirian mereka. Dan aku tetap saja agak kesulitan mencerna itu semua.
Ketika dikatakan perjuangan yang telah dicoba untuk diupayakan dalam membantu
orang miskin, aku merasa belum berbuat apa-apa. Di dalam pembangunan komunitas
pun, aku belum berbuat apa-apa. Namun aku tetap bersyukur bahwa panggilan dan
perutusan untuk menjadi bagian dari komunitas murid-murid Tuhan ini adalah
panggilan menuju kepada Kerajaan Allah. Dan dengan bahasaku sendiri, aku
memahami Kerajaan Allah itu sebagai KEBENARAN. Jika setiap orang diajak untuk
hidup dalam kebenaran, bukankah itu perjuangan untuk selalu memaknai hidup ini.
Hidup yang bermakna adalah hidup yang di dalam kebenaran, dan itu tidak pernah
diperjuangkan sendirian, tetapi di dalam kebersamaan dengan sesama, serta alam
semesta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar