Acara Kursus Bulan Pastoral pada
hari ini memiliki tema tentang Pluralitas di Indonesia dan juga tentang
Pastoral lingkungan hidup. Dalam mengikuti acara demi acara, aku mengalami saat
dimana ketertarikan terhadap tema serta kenyataan kemampuan akal budiku terasa
memiliki rentang yang begitu jauh. Aku ingin mengerti, namun pemahamanku
terkadang tidak cukup untuk mencerna dan menginternalisasikannya. Ada semacam
keterasingan dalam diri, ketika menyadari beratnya tugas serta tantangan yang
hendak dihadapi. Kesadaran akan kenyataan diri ini terkadang membuat gamang
akan segala yang akan dilalui.
Tema tentang Pluralitas di
Indonesia yang dibawakan oleh Rm. Ismartono,SJ sungguh menantang diri untuk mau
berjuang sebagai insan dialog, manusia yang hadir sebagai sahabat, serta
berorientasi pada pembangunan bersama, bukan demi diri sendiri ataupun kelompok
(golongan) belaka. Jika semua ini masih dalam tataran teori, maka itu semua
mudah ditemukan serta dipikirkan, namun ketika sudah dihadapkan pada realitas,
hal ini tentu tidak sesederhana yang dipikirkan. Aku mencoba untuk menerima itu
semua dengan sederhana juga, menjadi diri sendiri, meski tetap taat dengan
aturan yang berlaku.
Pada sessi Romo Andang, aku
merasa dapat menangkap alurnya, hanya setelah sampai pada titik kreativitas,
aku merasa apa yang kubuat selama ini belum menampakkan kekreativitasan dalam
karya pastoral, meskipun sebenarnya bisa dilakukan. Aku merasa begitu
menyia-nyiakan waktuku yang akhirnya berlalu begitu saja. Aku tidak ingin duduk
diam saja, tetapi juga masih bingung untuk membuat gerakan apa? Apakah selama
ini aku sudah berbuat sesuatu? Atau masih diam saja?
Ada perasaan terasing yang muncul
di dalam benakku, ketika menyadari bahwa aku belum berbuat apa-apa. Ada banyak
kegagalan yang terjadi dalam hidupku dan seolah aku diam saja dengan itu semua.
Atau ada kecenderunganku untuk tetap memelihara sifat pelupa, tidak mau repot
dan juga egosentris, yang akhirnya membuatku tidak berani membuat keputusan
untuk melakukan suatu gerakan tertentu. Akan tetapi, apa yang telah kuperoleh
ini paling tidak memberikan padaku sebuah gambaran konkret mengenai dunia
senyatanya, realitas yang ada, yang menjadi medan perjuangan dalam mewartakan
kasih Allah dalam diri Yesus Kristus. Membayangkan perjuangan yang tidak mudah
ini terkadang membuat diri sedikit merasa takut, apakah aku akan mampu
menjalani, menghadapinya. Tetapi dengan terus mengupayakan untuk belajar,
mendengarkan, rendah hati, aku mencoba menjalaninya dengan hati yang jujur.
Semoga Tuhan membantu perjalanan, perjuangan, dan juga kiprah kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar