Tema kursus pada hari ini adalah
tentang Gereja Asia dengan FABC-nya dan juga tentang Integritas dalam
Pelayanan. Pada hari ini, sessi dibimbing oleh Rm. Purwatma. Mempelajari Gereja
Asia diperlukan untuk menyatukan gerak langkah bersama dengan para uskup di
Asia yang mencoba mengenali dan memahami umat beriman dalam konteks Asia. Romo
Purwatma memulai sessi dengan mengungkapkan tentang latar belakang munculnya
FABC, yang merupakan wadah persaudaraan uskup-uskup Asia dalam mewartakan
Kristus di Asia. Selanjutnya, romo mengajak untuk mengenali beberapa
rekomendasi yang muncul dari FABC bagi pelayanan pastoral di Asia demi
mewartakan Kerajaan Allah di bumi Asia. Beberapa pokok tantangan yang dapat
diperjuangkan adalah tentang dialog dengan kebudayaan, agama dan juga
kemiskinan. Ini diupayakan agar Gereja sungguh mengakar di masyarakat setempat.
Menjadi Gereja yang sejati di masyarakat setempat. Selain itu, dalam
menjalankan dialog itu, kita perlu
menyadari bahwa karakter Gereja Asia adalah communion of communities yang ditujukkan dengan beranekaragam
komunitas, budaya dan agama. Upaya-upaya inkulturasi iman juga mendapat
perhatian khusus dalam mewartakan Kristus di tanah Asia.
Romo Purwatma mengajak untuk
berefleksi tentang perjuangan FABC ini di paroki masing-masing. Dari beberapa
rekomendasi ini, bagian manakah yang sungguh mengena dalam perjuangan
mewartakan Kabar Gembira di paroki masing-masing? Kami melakukan refleksi di
dalam kelompok baru kami. Masing-masing mengungkapkan pengalaman pastoralnya
yang sungguh mengena, sesuai dengan rekomendasi FABC. Aku tidak dapat menangkap
banyak tentang point-point pokok yang dihasilkan dari pembicaraan ini, tetapi
aku berusaha untuk memahami, bahwa dalam tingkat praksis, Gereja Asia sungguh
unik. Untuk mewartakan Kabar Gembira di tanah Asia, paling tidak kita perlu
untuk mengenali, memahami dan hidup bersama dengan umat, realitas, dan
perjuangan di konteks Asia.
Sessi sore masih bersama dengan
Romo Purwatma dan juga Romo Madya Utama, tentang Integritas dalam Pelayanan.
Tema ini diangkat untuk menyadari tentang pentingnya Integritas dalam
Pelayanan. Hal-hal yang dibicarakan adalah Prinsip-prinsip
dan Standar-standar Pelayanan yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Standar Profesional Konferensi Waligereja Australia.
Prinsip ini muncul karena adanya latar belakang terjadinya sexual abuse dan sexual
harrasment oleh para pelayan pastoral. Prinsip ini dibuat agar para pelayan
pastoral tidak mudah jatuh di dalam pelanggaran-pelanggaran itu, tetapi sungguh
memiliki Integritas pribadi dalam melayani. Romo Purwatma dan Romo Madya
menyebutkan rangkuman isi prinsip-prinsip tersebut dengan disertai
contoh-contoh yang terjadi. Hal ini diberikan sebagai bagian dari upaya untuk
semakin menjadi pelayan pastoral yang berakar pada Sabda Allah.
Tema ini begitu menarik, karena
sungguh real dialami oleh Gereja akhir-akhir ini. Dengan demikian, kita semua
yang adalah pelayan pastoral ini diajak untuk memegang prinsip-prinsip
pelayanan demi membangun integritas pribadi. Romo Madya mengungkapkan tentang
perjuangan keadilan yang diupayakan oleh Gereja bagi para korban yang telah
menjadi korban dari para pelayan pastoral itu.
Akhirnya, kita semua diajak untuk semakin sadar, semakin rendah hati,
semakin setia, dan semakin tulus di dalam mewartakan Injil, di tanah Asia, dan
juga di tengah-tengah konteks hidup dunia sekarang ini, yang tentu
mengedepankan pertanggungjawaban yang
obyektif, pelayanan murah hati dan juga dengan integritas pribadi yang
menghasilkan buah berlimpah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar