Hari ini aku mengawali
keterlibatanku di dalam Bulan Pastoral yang akan berlangsung selama satu
bulan (Juli- Agustus). Aku berangkat
dari Sragen dengan agak malas, karena merasa belum mempersiapkan apa-apa. Aku
merasa kekurangan waktu dengan segala hal yang harus kulakukan. Dan aku tak
tahu kenapa begitu. Ada banyak kegagalan yang terjadi pada diriku ini. Aku
berangkat dari Sragen sekitar pukul 13.00. Setelah makan siang bersama dengan
Patrick, aku berangkat dengan Megapro ke Bayat bersama dengan Patrik. Sesampai
di Bayat, sekitar pukul 15.00, aku langsung bertemu dengan keluarga Bpk Widodo dan juga mas Sapari yang mengantarkan
barang-barangku. Aku merasa tidak sangat yakin dalam memasuki peristiwa baru
ini. Ada banyak pekerjaan yang rasanya belum selesai, namun sudah harus
kutinggalkan.
Akhirnya aku sungguh merasa
begitu malas untuk datang tepat waktu ke Bulan Pastoral, Pusat Pastoral
Yogyakarta. Dan akhirnya aku memang terlambat, tidak berjumpa dengan Bapak
Uskup dan tidak mengikuti Ekaristi Pembukaan. Aku memang sengaja tidak
mengikuti acara itu. Dan ketika akhirnya pengarahan pertama dimulai, aku
seperti dihadapkan pada dunia baru yang sama-sekali tak pernah ada dalam
benakku. Para peserta semuanya yang berjumlah 23 orang adalah pastor (imam).
Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia, juga dengan berbagai macam
pengalaman serta cita-cita. Aku merasa terasing sesaat, setelah mengalami
beberapa menit dalam acara ini. Aku merasa meninggalkan tanggung jawab, dan
harus berada di tempat yang sama sekali tidak pernah aku pahami ini.
Namun dibalik itu semua, aku juga
merasa bersyukur, karena boleh sejenak mengalami penyegaran dalam berbagai
macam hal, terutama di dalam perjumpaan dengan sesama romo dari berbagai
daerah. Aku senang boleh mendengarkan kisah mereka dalam mewartakan Injil di
tempat-tempat terpencil, aku tertarik untuk selalu berjumpa dengan alam serta
jiwa-jiwa sederhana. Di samping itu, tugas-tugas yang sebenarnya masih harus
kuemban, akhirnya pun dilepaskan, semenjak aku harus mengikuti kursus pastoral
ini. Dan aku sadar, bahwa aku tidak mungkin dapat menyelesaikan semua. Kadang
aku merasa bodoh dengan hal itu.
Tema Bulan Pastoral ini adalah
seputar memperjuangkan Gereja sebagai Sakramen Dunia dengan segala tantangan
aktual yang menjadi pijakan untuk berpastoral secara profesional menghadirkan
Kerajaan Allah di dunia. Aku merasa
begitu kerdil dengan itu semua, namun hal yang sangat menggembirakan hatiku
adalah perjumpaan kembali dengan dosen-dosenku saat di seminari, seperti Rm.
Kieser, Rm. Mardi, dan lain-lainnya. Mereka telah menancapkan titik semangat
yang akan tumbuh di dalam jiwa para muridnya dalam mewartakan cinta Tuhan.
Aku tak akan menjadi orang
istimewa dengan mengikuti Kursus ini, namun paling tidak aku boleh terus
mengembangkan semangat belajar yang tidak akan pernah berhenti. Selain itu aku
juga boleh belajar kerendahan hati, yang amat penting, meski pada hari ini, aku
gagal total karena kemalasan. Akhirnya, aku selalu menantikan datangnya
keajaiban, yang kan terus hadir, memberikan keindahan serta kisah yang unik di
antara kita semua. Semoga Tuhan membantu kami semua, dalam menyegarkan kembali
semangat cinta kepadaMu, dan kemudian digerakkan oleh cinta itu, untuk
mencintaiMu, melalui mencintai sesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar