Hari Minggu, kami mengawali
dengan merayakan perayaan ekaristi di Pastoran Sanjaya Muntilan. Ekaristi
dipimpin oleh Romo Toto. Setelah ekaristi, kami sarapan dan melanjutkan kembali
sessi bersama dengan Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang yang
diwakili oleh Rm. Sugiyono dan Rm. Winaryanto. Sessi ini diisi dengan
mempelajari visi misi keuskupan dan dilanjutkan hingga ke tahap programasi,
monitoring serta evaluasi. Romo Sugiyono mengungkapkan juga tentang roadmap
dari arah dasar Keuskupan Agung Semarang yang hendak dicapai dalam kurun waktu
lima tahun. Roadmap itu akhirnya diwujudkan dalam program kerja yang tersusun
selama satu tahun. Romo Sugiyono mengungkapkan tentang instrument-instrumen
yang digunakan untuk programasi serta RAPB paroki maupun komisi-komisi.
Sessi kedua dilanjutkan oleh Romo
Winaryanto yang mengungkapkan tentang supervisi paroki-paroki. Supervisi ini
diadakan untuk meningkatkan profesionalitas dalam pelayanan Gereja. Supervisi
ini terkait dengan banyak hal bidang dalam pelayanan Gereja. Mulai dari bidang
liturgi peribadatan, bidang pewartaan, bidang administrasi, bidang
kemasyarakatan, bidang sarana prasarana serta harta benda gereja. Supervisi yang dilakukan ini pun bersifat
periodik dengan terlebih dahulu dipersiapkan oleh paroki yang akan disupervisi.
Aku sendiri belum pernah mengalami
supervisi ini, namun jika dirasa-rasakan, memang supervisi ini bukan perkara
gampang. Supervisi merupakan bentuk pertanggungjawaban Gereja dalam melayani
umatnya secara kredibel, transparan dan juga profesional. Banyak para romo
peserta Bulan Pastoral ini yang mendapatkan pengetahuan ataupun wawasan baru
terkait dengan pengelolaan paroki maupun keuskupan. Jika pelayanan semakin
baik, bukankah itu merupakan buah yang baik dari setiap perjuangan iman?
Kunjungan ke Muntilan berakhir
setelah makan siang di PSM. Akhirnya kami pulang ke Jogjakarta. Namun sebelum
pulang, rombongan kami: Rm. Prima, Rm. Warno, Rm. Karel, Rm. Devanto, Rm.
Harris dan aku berkunjung ke Kaliurang dan sekitarnya. Melihat aktivitas
orang-orang yang berkunjung ke tempat itu, sekaligus menikmati alam yang ada di
sana. Ada tiga tempat yang kami kunjungi yakni gardu pandang, lalu telaga, dan
juga Kinahrejo. Terakhir aku ke Kinahrejo adalah tahun 2011 yang lalu. Situasi
sekarang memang sudah berbeda. Pohon-pohon yang ditanam sudah mulai tumbuh.
Suasananya menjadi lebih asri dan menghijau, meski juga masih menyimpan misteri
yang menakutkan. Sekarang sudah ada banyak orang yang membuka layanan
pariwisata Merapi, dengan persewaan KLX ataupun Jeep-nya. Dan banyak orang pula
datang ke situ untuk sekedar menikmati dahsyatnya alam Merapi. Sementara Merapi
masih tetap tenang, memberi makna tentang persahabatan sejati.
Kami pulang ke Condong catur
sekitar pukul 17.00. Sesampai di seminari, kami tidak ada acara bersama. Aku
menggunakan waktu itu untuk bertemu dengan adikku, dan Lisa yang pada tanggal
14 ini berulang tahun. Kami makan bersama di Babarsari. Setelah makan dan
ngobrol, aku pulang ke Condongcatur. Dan biarlah hari ini menjadi bagian dari
perjalanan tentang kesederhanaan, kerendahan hati, serta kehendak untuk terus
menerus belajar, dan belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar