Sessi pada hari ini masih
melanjutkan tentang Reksa Pribadi Pemimpin oleh Romo Priyana Marwan. Romo
mengajak untuk memahami secara bijaksana segala organ tubuh yang kita miliki,
serta menyadari segala macam kebutuhan yang ada di dalamnya. Semua itu
diberikan Tuhan agar kita semua umat manusia itu tetap lestari. Romo Priya juga
mengajak untuk memiliki kecerdasan emosional di dalam berelasi dengan yang
lain. Keintiman itu bukan sesuatu yang tabu, tetapi suatu hal yang
menghidupkan, jika kita menggunakannya sesuai panggilan sejatinya. Romo
mengajak juga untuk menggunakan akal budi dalam membangun sistem. Dan segala
hal yang masuk ke akal budi lantas diolah, dipertimbangkan, dan akhirnya
diputuskan.
Reksa Pribadi Pemimpin juga
menyangkut soal pemeliharaan jiwa: yang terkait dengan akal budi, perasaan, dan
semangat. Akal budi hendaknya dapat digunakan dengan cerdas, bijaksana dan juga
kreatif. Sementara dalam mengolah perasaan, kita diajak untuk ber-simpati dan juga ber-empati. Kita diajak untuk secara cerdas
dalam ber-perasaan yakni dengan mengenali,mengendalikan dan kemudian
mengungkapkan. Hal ini terkait juga dengan bagaimana membangun komunikasi,
ketika kita saling terhubung satu sama lain dalam berbagi perasaan,
pengetahuan, sopan santun, dan kepercayaan.
Selanjutnya Romo Priya mengajak
untuk menyadari dimensi Rohani dari diri kita. Sisi rohani dari setiap orang
juga perlu untuk diolah, diberi asupan dan dilatih. Banyak hal bisa dilakukan
dalam rangka membangun sisi rohani ini. Mulai dari acara rohani tahunan,
bulanan, mingguan, dan harian. Kita diajak untuk memiliki mekanisme gladi
rohani yang baik, seperti: retret, rekoleksi, ekaristi, percakapan rohani,
kontemplasi, bacaan rohani, eksamen, dan penerimaan sakramen-sakramen. Dalam mengisi
kebutuhan rohani ini, baik jika selalu mengenali diri terkait dengan situasi
konsolasi maupun disolasi. Romo Priyana mengajak kita untuk bijaksana dalam
mengenali diri, memahami kebutuhannya, dan dapat membagikan rahmat itu kepada
siapapun juga dalam karya pelayanan.
Sessi sore hari diisi oleh Rm.
Edy Purwanto, Sekretaris Eksekutif KWI. Romo Edy menerangkan tentang sejarah
Konferensi Wali Gereja Indonesia, posisinya di tengah umat Katolik dan bangsa
Indonesia. Beliau juga menjelaskan tentang struktur, mekanisme, relasi
koordinasi dan juga maksud tujuan dari
KWI ini. Ada banyak informasi yang didapatkan mengenai KWI, terkait juga
produk-produk yang dihasilkan, yakni kebijakan-kebijakan para uskup Indonesia
terkait dengan reksa pastoral Gereja Indonesia. Lantas ada beberapa teman
memohon untuk diperjelas tentang beberapa lembaga ataupun karya-karya yang
diperjuangkan oleh KWI, seperti DSAK, BKBLII, Karina, dsb. Sessi ini ditutup dengan berdiskusi soal
tanggapan keuskupan-keuskupan mengenai kebijakan-kebijakan pastoral KWI dan
juga usaha-usaha yang dilakukan oleh para romo dalam memperoleh akses terhadap
hal itu. Romo Edy akhirnya menutup dengan mengumpulkan hasil diskusi itu
sebagai bagian dari perjuangan KWI untuk terus menjadi bagian dari menghadirkan
Kerajaan Allah di Indonesia melalui keuskupan-keuskupan.
Malam, aku bertemu dengan temanku
yang baru liburan dari pekerjaannya sebagai guru bahasa Indonesia di Australia.
Kami bercerita banyak, bersharing iman, sharing perjuangan. Dan inti dari hidup
ini adalah dinamika, tanggung jawab, serta pelayanan. Tidak peduli hasil untuk
diri sendiri, tidak peduli apapun yang diperoleh bagi kepentingan diri sendiri.
Memiliki hati, seperti hati Yesus. Bertindak sebagaimana DIA bertindak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar