Hari ini diawali dengan perayaan
Ekaristi bersama dengan Romo Kieser yang mengajak untuk merenungkan tentang
Yesus yang mengutus para muridNya untuk berbuat sesuatu bagi dunia. Masih
dengan gaya yang tidak biasanya (penggabungan antara ibadat ofisi serta Ekaristi),
kita semua mengawali hari dengan mempersatukan diri di dalam Ekaristi. Dalam
ekaristi itu, aku dipasrahi untuk menjaga komputer dan powerpoint dari Romo
Kieser. Aku agak ngantuk, sehingga perlu untuk terus disemangati agar tidak bablas tidur.
Setelah sarapan, sessi berlanjut
oleh Rm. Kieser yang memaparkan tentang penafsiran dekonstruktif atas teks
Kotbah di Bukit (Mat 5-7). Di dalam penafsiran itu, aku diajak untuk memahami
pesan utama yang terkandung dalam teks itu.
Romo Kieser mengungkapkan tentang warta KEADILAN yang ditegaskan oleh
Kristus dalam kotbah di bukit itu. Keadilan memiliki beberapa hal pokok yang
harus diupayakan (diperjuangkan): soal sikap terhadap sesama, jangan sampai
mengesampingkan siapapun juga. Dan jika kita mengesampingkan, itu sama saja
dengan membunuh. Selain itu, untuk
sampai kepada keadilan, kita juga diajak untuk membangun ‘trust’ (kepercayaan)
dengan menawarkan ‘trust’. Unsur lainnya: tidak menjadikan sesama sebagai
obyek, selalu setia demi kebersamaan, soal keadilan sosial itu harus dimulai
dari diri sendiri, serta solidaritas itu harus diwujudkan. Apa yang diungkapkan
oleh Romo Kieser ini begitu menggugah, bahwa di dalam mewujudkan keadilan,
berarti melibatkan setiap orang untuk bernalar (tidak hanya sekedar menyampaikan
pesan), demi kepentingan umum (bonum commune) dan juga hidup dari hati Allah.
Akhirnya kita diajak untuk sempurna seperti Allah, yang memberikan hujan serta
matahari, bagi siapa saja, entah orang baik, ataupun orang jahat.
Sessi sore sampai malam diisi
oleh Rm. Madya Utama tentang Merayakan Ekaristi, Merayakan Kehidupan. Romo
Madya mengungkapkan tentang apa itu Ekaristi dan bagaimana sesungguhnya
Ekaristi itu hadir di dalam komunitas yang saling mengasihi, serta memiliki
daya ubah yang signifikan untuk berani terus menerus memperjuangkan Kerajaan
Allah. Romo Madya memaparkan tentang teologi Ekaristi dari Skandal Korintus, Konsili Vatikan II, Paus
Yohanes Paulus II, Benediktus XVI, Gustavo Guiterez, dan juga dokumen-dokumen
Gereja semacam Presbyterorum Ordinis. Itu semua mengarah pada soal pembangunan
Kerajaan Allah yang saling timbal balik dengan Ekaristi. Akhirnya, marilah kita
semua memiliki hidup yang semakin ekaristis, mau berbagi dan terlibat
memperjuangkan KEADILAN, yang menjadi dasar dari Kerajaan Allah. Kiranya masih
terus relevan jika kita sebagai para imam ini terus bertanya tentang
signifikansi dan relevansi Ekaristi. Sudahkah Ekaristi menjadi pusat dan sumber
hidup kita? Untuk itu, Romo Madya pun memberikan pertanyaan-pertanyaan
reflektif tentang Ekaristi dan perjuangan mewujudkan Kerajaan Allah yang
konkret di tengah dunia. Bagi para imam dan umat beriman, pertanyaan-pertanyaan
ini dapat direnungkan:
- Berapa jumlah umat yang Anda layani? Berapa orang dari mereka itu sungguh Anda kenal (pergulatan hidupnya)?
- Perubahan signifikan apakah yang terjadi dalam hidup Anda, setelah sekian (ratus/ribu) kali Anda memimpin/ambil bagian dalam Perayaan Ekaristi?
- Perubahan signifikan apakah yang terjadi dalam diri umat setelah mereka ambil bagian dalam Perayaan Ekaristi yang Anda pimpin?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar