Minggu, 04 Februari 2018

APA ITU KEBENARAN? (6)


Suatu kali ada seorang OMK bertanya kepadaku: kenapa orang begitu mudah melihat kejelekan atau kesalahan orang lain, sementara jarang yang berani mengakui kesalahan dan kejelekan diri sendiri. Lalu aku pun menjawab bahwa setiap orang pasti lebih mudah untuk mementingkan diri sendiri. Dengan membicarakan kejelekan orang lain atau pun kesalahannya, seolah diri sendiri mendapatkan kebenaran dan tidak lebih buruk dari orang lain. Itu kecenderungan yang alamiah, seperti ketika kebanyakan orang akan mencari keselamatan sendiri ketika kapal yang ditumpanginya karam. Jarang ada orang yang merelakan pelampungnya untuk dipakai orang lain agar orang itu selamat.  Itulah manusia, maunya selalu menjadi pemilik kebenaran dan dengan begitu terselamatkanlah dirinya. Tapi apakah itu kebenaran?



Aku pernah menonton film serial yang cukup unik namun menggelitik. Judulnya Lucifer. Serial itu mengkisahkan tentang Lucifer, Sang Iblis yang bosan menjaga neraka dan kemudian memberontak untuk mengadakan liburan di dunia. Ia mengambil nama Lucifer Morningstar, seorang pengusaha klab malam yang ganteng, kaya raya dan punya kekuatan untuk menghipnotis orang hingga orang itu mengungkapkan hasrat terdalamnya. Ada pernyataan Lucifer yang cukup menggelitik benakku yakni tentang kebiasaan manusia untuk menyalahkan Iblis atas perbuatan jahat. Memang serial itu tidak untuk berdakwah tentang agama atau kepercayaan tertentu, namun menurutku, apa yang diungkapkan Lucifer itu juga ada sisi kebenarannya. Selama ini nama Iblis selalu dikaitkan dengan kejahatan, padahal manusia selalu memiliki kehendak bebas. Iblis memang merayu, menggoda, tetapi manusia tetap memiliki kehendak bebas untuk memilih rayuan itu, atau menolak rayuan itu. Yesus mengajari dengan begitu luar biasa, ketika Ia digoda Iblis di padang gurun. Dengan begitu, sebenarnya Iblis tidak bisa disalahkan begitu saja. Tuhan memang menugaskan ia untuk menggoda manusia, tetapi keputusan terakhir, tetap ada di tangan manusia. Oh betapa luhurnya manusia jika demikian sehingga Iblis pun iri terhadap manusia. Namun terkadang manusia tidak menyadari kekuatannya sendiri, lantas meletakkan kesalahannya kepada Iblis. Ia tidak berani bertanggungjawab atas pilihan perbuatannya sendiri. Ketika manusia meletakkan kesalahannya kepada Iblis, saat itulah Iblis menang, namun sekaligus kalah. Ia menang karena manusia memilih rayuannya. Ia kalah karena Tuhan mencintai manusia dengan begitu luar biasa sehingga Iblis tidak pernah lepas dari anggapan bahwa Ia jahat.

Saudaraku, menurutku kebenaran itu tidak tampak hitam putih tetapi justru tampak dalam kehendak bebas manusia. Ketika manusia berani memilih, mempertanggungjawabkan pilihannya, apapun itu, saat itulah ia menggunakan kekuatan kebenaran yang Tuhan berikan. Sebab ia tidak akan mempersalahkan siapapun, kecuali dirinya sendiri. Ia juga tidak akan membenarkan siapapun kecuali diri sendiri. Sebab Yesus bersabda: Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Yesus adalah kemerdekaan jiwa. Maka merdekalah, dan pertanggungjawabkan kemerdekaan jiwamu itu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar