Sessi pada hari ini masih
melanjutkan tentang Reksa Pribadi Pemimpin oleh Romo Priyana Marwan. Romo
mengajak untuk memahami secara bijaksana segala organ tubuh yang kita miliki,
serta menyadari segala macam kebutuhan yang ada di dalamnya. Semua itu
diberikan Tuhan agar kita semua umat manusia itu tetap lestari. Romo Priya juga
mengajak untuk memiliki kecerdasan emosional di dalam berelasi dengan yang
lain. Keintiman itu bukan sesuatu yang tabu, tetapi suatu hal yang
menghidupkan, jika kita menggunakannya sesuai panggilan sejatinya. Romo
mengajak juga untuk menggunakan akal budi dalam membangun sistem. Dan segala
hal yang masuk ke akal budi lantas diolah, dipertimbangkan, dan akhirnya
diputuskan.
Jumat, 19 Juli 2013
Catatan Harian Mengikuti Bulan Pastoral: Rabu, 17 Juli 2013
Hari Rabu ini, setelah Ekaristi
dan sarapan seperti biasanya, kami memasuki sessi bersama dengan Rm. Priyana
Marwan yang temanya adalah Reksa Pribadi Pemimpin. Dalam menyampaikan bahan-bahannya, Rm. Priya
mengajak kami semua untuk menyadari kebutuhan-kebutuhan diri, yang terdiri dari
tubuh, jiwa serta roh. Untuk mengalami pertumbuhan serta dinamika pelayanan,
diri ini membutuhkan asupan yang bermanfaat untuk menjaga konsistensi dalam
melayani. Mulai dari soal fisik, asupan itu bisa berupa makanan serta olah
raga, dan juga hal-hal lainnya. Romo Priyana mengajak kita semua untuk
menyadari siapakah yang menjadi pemimpin kita, dan sejauh mana pengaruh dari
pemimpin itu bagi kehidupan kita. Akhirnya, kita pun diajak untuk menjadi
pemimpin bagi diri sendiri dengan mengenali segala kebutuhannya, dan bukan
keinginannya. Romo Priyana mengajak kita para peserta Bulpas ini untuk
bijaksana dengan segala realitas diri, segala kenyataan manusiawi, dengan
segala kerapuhan dan juga kekuatannya.
Catatan Harian Mengikuti Bulan Pastoral: Selasa, 16 Juli 2013
Tema kursus pada hari ini adalah
tentang Gereja Asia dengan FABC-nya dan juga tentang Integritas dalam
Pelayanan. Pada hari ini, sessi dibimbing oleh Rm. Purwatma. Mempelajari Gereja
Asia diperlukan untuk menyatukan gerak langkah bersama dengan para uskup di
Asia yang mencoba mengenali dan memahami umat beriman dalam konteks Asia. Romo
Purwatma memulai sessi dengan mengungkapkan tentang latar belakang munculnya
FABC, yang merupakan wadah persaudaraan uskup-uskup Asia dalam mewartakan
Kristus di Asia. Selanjutnya, romo mengajak untuk mengenali beberapa
rekomendasi yang muncul dari FABC bagi pelayanan pastoral di Asia demi
mewartakan Kerajaan Allah di bumi Asia. Beberapa pokok tantangan yang dapat
diperjuangkan adalah tentang dialog dengan kebudayaan, agama dan juga
kemiskinan. Ini diupayakan agar Gereja sungguh mengakar di masyarakat setempat.
Menjadi Gereja yang sejati di masyarakat setempat. Selain itu, dalam
menjalankan dialog itu, kita perlu
menyadari bahwa karakter Gereja Asia adalah communion of communities yang ditujukkan dengan beranekaragam
komunitas, budaya dan agama. Upaya-upaya inkulturasi iman juga mendapat
perhatian khusus dalam mewartakan Kristus di tanah Asia.
Catatan Harian Mengikuti Bulan Pastoral: Senin, 15 Juli 2013
Hari ini, genap dua tahun aku
mendapatkan SK untuk melaksanakan tugas sebagai pastor pembantu di Paroki St.
Perawan Maria Fatima Sragen. Pada tahun kedua ini, aku sudah diminta untuk
menjalani Bulan Pastoral yang menjadi persiapan bagiku untuk diberi tugas baru,
sebagai misionaris domestik. Hari ini,
perasaanku tidak menentu, entahlah karena apa, aku juga tidak tahu. Tetapi
itulah yang terjadi. Maka, ketika diawal mula sessi hari ini dengan diajak
untuk merefleksikan tentang perasaan selama Minggu II, aku menjawab apa adanya,
bahwa aku merasa bodoh dengan segala materi yang diberikan secara fullday, penuh dalam satu hari itu. Aku
terkadang merasa kewalahan menerimanya sehingga kadang menyibukkan diri dengan
aktivitas yang tidak membuatku ngantuk ataupun jenuh. Pada hari ini pula,
komposisi kelompok diskusi dibuat baru. Aku masuk ke kelompok dua bersama: Rm.
Karel, Rm. Ferdy, Rm. Prima dan Rm.Toro.
Rabu, 17 Juli 2013
Catatan Harian Mengikuti Bulan Pastoral: Minggu, 14 Juli 2013
Hari Minggu, kami mengawali
dengan merayakan perayaan ekaristi di Pastoran Sanjaya Muntilan. Ekaristi
dipimpin oleh Romo Toto. Setelah ekaristi, kami sarapan dan melanjutkan kembali
sessi bersama dengan Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang yang
diwakili oleh Rm. Sugiyono dan Rm. Winaryanto. Sessi ini diisi dengan
mempelajari visi misi keuskupan dan dilanjutkan hingga ke tahap programasi,
monitoring serta evaluasi. Romo Sugiyono mengungkapkan juga tentang roadmap
dari arah dasar Keuskupan Agung Semarang yang hendak dicapai dalam kurun waktu
lima tahun. Roadmap itu akhirnya diwujudkan dalam program kerja yang tersusun
selama satu tahun. Romo Sugiyono mengungkapkan tentang instrument-instrumen
yang digunakan untuk programasi serta RAPB paroki maupun komisi-komisi.
Sabtu, 13 Juli 2013
Catatan Harian Mengikuti Bulan Pastoral: Sabtu, 13 Juli 2013
Hari Sabtu ini acaranya adalah
refleksi selama minggu ke-2 bulan pastoral ini, dan kemudian berangkat ke
Pastoran Sanjaya Muntilan untuk belajar bersama dengan Dewan Karya Pastoral
Keuskupan Agung Semarang. Rutinitas pagi tetap sama yakni diawali dengan ofisi
dan misa pagi, lalu dilanjutkan sarapan. Setelah itu, aku packing untuk pergi
ke Muntilan. Pada pukul 08.00, kami
semua berkumpul, mendengarkan rangkuman serta mendapatkan pengarahan dari Romo
Mardi untuk mengadakan refleksi tentang perjalanan berkomunitas di Bulan
Pastoral 2013 ini serta dinamika suasana yang terjadi di dalamnya. Kami
mengerjakan refleksi itu secara pribadi dan kemudian berkumpul kembali pada
pukul 09.30. Selama setengah jam, kami mengadakan persiapan serta sedikit
berbagi tentang refleksi yang kami buat. Dan salah satu tujuan dari Bulpas ini
adalah membangun komunitas serta jejaring antar pelayan pastoral (khususnya
pastor) di wilayah Indonesia ini.
Catatan Harian Mengikuti Bulan Pastoral: Jumat, 12 Juli 2013
Awal hari dimulai dengan
merayakan perayaan ekaristi bersama. Masih dengan model liturgi yang
dipersiapkan oleh Romo Kieser, setiap hari Senin, Rabu dan Jumat. Setelah
Ekaristi, dilanjutkan sarapan dan mulai masuk ke sessi pada jam 08.00. Tema
sessi hari ini adalah Imamat dalam perkembangan sejarah Gereja hingga Konsili
Vatikan II. Seluruh sessi dipandu oleh Rm. Madya Utama, SJ. Kami tetap duduk
manis mendengarkan ulasan dari Romo Madya tentang sejarah imamat di dalam
Gereja Katolik. Sessi ini merupakan kelanjutan dari Sessi sebelumnya, yakni
dari Romo Indra, tentang imamat menurut Kitab Suci (PL dan PB). Secara khusus,
Romo Madya menggarisbawahi tentang perubahan konsep imamat ‘sacerdos’
(imam kultis) ke ‘minister’
(pelayan). Dengan data-data sejarah yang disajikan secara singkat namun runtut,
Romo mengungkapkan tentang dinamika perubahan konsep imamat dalam sejarah
Gereja. Aku mengikuti dengan agak tertatih, karena menyadari bahwa daya
tangkapku terbatas, tapi aku mencoba untuk terus mengikuti semampuku.
Catatan Harian Mengikuti Bulan Pastoral: Kamis, 11 Juli 2013
Pada hari Kamis ini, tema studi
dalam Bulan Pastoral pada hari ini adalah penelusuran tentang Imamat dari Kitab Suci Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru. Narasumber dari sessi ini adalah Rm. Indra Sanjaya, dosen Kitab
Suci Fakultas Teologi Wedabhakti, dulu dosenku juga. Judul yang diangkat oleh
Rm. Indra adalah Imamat: Dari Presbiter ke Sacerdos. Romo Indra menelusuri pemahaman tentang imamat berdasarkan Kitab
Suci, dimulai dari Perjanjian Lama, hingga Surat Ibrani. Sessi ini berlangsung
kurang lebih 7,5 jam. Sejak pagi setelah sarapan, hingga pukul 21.00. Sessi ini
lumayan berat, karena teori Kitab Suci membuat kita semua memikirkan tentang
banyak hal terkait dengan pemahamanan imamat.
Catatan Harian Mengikuti Bulan Pastoral: Rabu, 10 Juli 2013
Hari ini diawali dengan perayaan
Ekaristi bersama dengan Romo Kieser yang mengajak untuk merenungkan tentang
Yesus yang mengutus para muridNya untuk berbuat sesuatu bagi dunia. Masih
dengan gaya yang tidak biasanya (penggabungan antara ibadat ofisi serta Ekaristi),
kita semua mengawali hari dengan mempersatukan diri di dalam Ekaristi. Dalam
ekaristi itu, aku dipasrahi untuk menjaga komputer dan powerpoint dari Romo
Kieser. Aku agak ngantuk, sehingga perlu untuk terus disemangati agar tidak bablas tidur.
Catatan Harian Mengikuti Bulan Pastoral: Selasa, 9 Juli 2013
Pada hari ini, setelah dibuka
dengan perayaan ekaristi pagi, lalu makan pagi, sessi dilanjutkan oleh
pemaparan Rm. Purwatma tentang Komunitas Murid-murid Tuhan. Di dalam pengolahan
tema itu, kita (para peserta) diajak untuk memahami kisah terbentuknya
komunitas para murid Tuhan. Peristiwa Pentakosta menjadi moment munculnya
komunitas murid-murid Tuhan. Romo Purwatma menggunakan gambar-gambar tentang
model komunitas yang ada di dalam Gereja. Dalam gambar-gambar itu, kita semua
diajak untuk mengenali serta mengkritisi model-model komunitas yang ada.
Catatan Harian Mengikuti Bulan Pastoral: Senin, 8 Juli 2013
Kursus Bulan Pastoral memasuki
minggu II. Hari ini diawali dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo
Edu dan Romo Raymond. Tetap dengan menggunakan metode liturgi dari Romo Kieser.
Setelah perayaan ekaristi, dilanjutkan seperti biasa, dengan jadwal-jadwal yang
sudah tersusun sedemikian rupa. Jadwal hari ini adalah sessi dengan Romo
Priyana Marwan SJ tentang Komunitas Pelayan Pastoral.
Selasa, 09 Juli 2013
Catatan Harian Mengikuti Bulan Pastoral: Minggu, 7 Juli 2013
Hari ini, aku merasa cukup
senang, karena tidak mempersiapkan kotbah hari Minggu, dan kami kunjungan ke Paroki Sumber untuk
mengikuti Ekaristi di sana serta berdialog dengan masyarakat serta budaya di
sana. Ada peristiwa unik pada minggu ini. Meski kami berangkat agak pagi, dan
sampai di Makam Romo Sanjaya sesuai dengan rencana, namun berangkat ke Wilayah
Lor Senowo tidak bersama-sama, dan akhirnya terjadi kebingungan di antara dua
mobil tersisa. Ekaristi yang rencananya diadakan pada pukul 08.00, akhirnya
mundur menjadi pukul 08.30. Aku merasa bersalah karena aku yang dipasrahi untuk
menunjukkan jalan di tim-nya Romo Prima juga tidak mengerti jalan persisnya.
Sepanjang Ekaristi, aku merasa bersalah. Namun biarlah semua itu terjadi,
sebagai bentuk pembelajaran untuk yang akan datang supaya lebih terencana dan
diupayakan dengan baik.
Catatan Harian Mengikuti Bulan Pastoral: Sabtu, 6 Juli 2013
Kursus Bulan Pastoral pada hari
ini cukup menarik. Tema yang diangkat adalah soal dialog dengan agama Islam.
Setelah kemarin mencoba mengenali tantangan-tantangan dialog sosial
anthropologis budaya yang sering kali menjadi konflik serta pertikaian, hari
ini diajak untuk mengerucut lagi tentang persahabatan dengan saudara-saudari
kita muslim yang tentu memiliki pandangan beranekaragam dalam menghayati
imannya serta dalam memandang agama non-muslim. Hari ini, kita semua dibantu
oleh ibu Fatimah Husein, seorang ibu dosen UIN Kalijaga dan juga UGM tentang
kajian Islam di Indonesia. Pada awal pemaparannya, ibu Fatimah mengajak kita
semua (para peserta Bulpas) untuk menelusuri kembali hal-hal sejarah yang masih
menjadi alasan bagi saudara muslim untuk tetap tidak toleran dengan saudaranya
yang non muslim. Salah satu hal tersebut adalah sejarah dihapusnya 7 kalimat
dalam Piagam Jakarta.
Catatan Harian Mengikuti Bulan Pastoral: Jumat, 5 Juli 2013
Acara Kursus Bulan Pastoral pada
hari ini memiliki tema tentang Pluralitas di Indonesia dan juga tentang
Pastoral lingkungan hidup. Dalam mengikuti acara demi acara, aku mengalami saat
dimana ketertarikan terhadap tema serta kenyataan kemampuan akal budiku terasa
memiliki rentang yang begitu jauh. Aku ingin mengerti, namun pemahamanku
terkadang tidak cukup untuk mencerna dan menginternalisasikannya. Ada semacam
keterasingan dalam diri, ketika menyadari beratnya tugas serta tantangan yang
hendak dihadapi. Kesadaran akan kenyataan diri ini terkadang membuat gamang
akan segala yang akan dilalui.
Catatan Harian Mengikuti Bulan Pastoral: Kamis, 4 Juli 2013
Pada hari ini, kursus Bulan
Pastoral 2013 membicarakan tentang persoalan diskriminasi berdasarkan gender di
masyarakat. Dengan narasumber Ibu Yustina Rostiawati, kami para peserta diajak
untuk memahami tentang gender dan juga segala realitas yang tinggal, mengemuka,
serta kompleks di dalamnya. Pada awal pembicaraan, aku merasa agak tidak bisa
mengikuti, karena alur yang dibuat menjadi sedemikian rumit. Kita disuruh
mendiskusikan tentang nilai-nilai serta ajaran tradisi yang muncul pada saat
masa kecil, remaja hingga dewasa. Nilai-nilai dan ajaran serta tradisi itu
ditelaah sebagai bagian dari proses pembagian peran-peran yang dikonstruksikan
oleh masyarakat tentang pria dan wanita. Di dalam konstruksi tersebut, terdapat
hal-hal yang membelenggu kaum tertentu dan telah sedemikian terkristalisasi
hingga berciri diskriminatif.
Catatan Harian Mengikuti Bulan Pastoral: Rabu, 3 Juli 2013
Hari ketiga mengikuti Bulan
Pastoral di Wisma de Mazenod Condong Catur ini kujalani dengan lancar. Pada
hari ketiga, kursus diawali dengan
Perayaan Ekaristi secara berbeda oleh Romo Kieser, bertepatan dengan Hari Raya
Rasul Thomas. Dalam perayaan ekaristi, kami diajak untuk merefleksikan
perutusan Thomas, yang percaya pada Kristus. Aku agak tidak dapat mengikuti
perayaan itu karena aku demikian ngantuk, dan entah kenapa seolah aku masih
saja merasa enggan untuk terus bersemangat.
Catatan Harian Mengikuti Bulan Pastoral: Selasa, 2 Juli 2013
Kursus Bulan Pastoral hari kedua.
Pagi hari, aku mengawali dengan mengikuti Perayaan Ekaristi di Kapel, yang
kumengerti dimulai pada pukul 06.00. Tetap saja ada kemalasan yang tertinggal
di dalam jiwaku ini, yang akhirnya mengajak tubuhku untuk tidak segera beranjak
dari tempat tidur. Meski tidak terlambat, namun terasa begitu tergesa. Dalam
perayaan Ekaristi pun, aku tidak begitu fokus karena masih terasa demikian
ngantuk. Tetapi aku bersyukur karena aku boleh mengalami semua peristiwa ini,
boleh berjumpa dengan teman-teman pastor dari berbagai tempat di Indonesia ini.
Catatan Harian Mengikuti Bulan Pastoral: Senin, 1 Juli 2013
Hari ini aku mengawali
keterlibatanku di dalam Bulan Pastoral yang akan berlangsung selama satu
bulan (Juli- Agustus). Aku berangkat
dari Sragen dengan agak malas, karena merasa belum mempersiapkan apa-apa. Aku
merasa kekurangan waktu dengan segala hal yang harus kulakukan. Dan aku tak
tahu kenapa begitu. Ada banyak kegagalan yang terjadi pada diriku ini. Aku
berangkat dari Sragen sekitar pukul 13.00. Setelah makan siang bersama dengan
Patrick, aku berangkat dengan Megapro ke Bayat bersama dengan Patrik. Sesampai
di Bayat, sekitar pukul 15.00, aku langsung bertemu dengan keluarga Bpk Widodo dan juga mas Sapari yang mengantarkan
barang-barangku. Aku merasa tidak sangat yakin dalam memasuki peristiwa baru
ini. Ada banyak pekerjaan yang rasanya belum selesai, namun sudah harus
kutinggalkan.
Kamis, 28 Maret 2013
Yesus Sang Guru Sejati (Renungan Untuk Kamis Putih)
Perayaan
Hari Kamis Putih adalah perayaan pemberian diri Tuhan bagi manusia. Marilah kita memahami peristiwa yang ditulis
dalam Kitab Suci tentang Perjamuan Terakhir dan tentang Pembasuhan Kaki para
murid ini dengan pemahaman yang sederhana. Yesus yang adalah Sang Guru Sejati telah mengetahui bahwa
diriNya akan disalib, memberikan ajaran terakhirNya bagi manusia. Ajaran itu
bukanlah sebuah ajaran yang sulit diterima oleh nalar, namun sangat sederhana.
Bahkan ajaran yang diberikan oleh Yesus pun tidak perlu dijelaskan dengan
kata-kata. Ajaran itu adalah Kasih hingga akhir. Kasih itu diwujudkan dengan
penyerahan diri, menjadi pelayan bagi sesamanya, khususnya bagi mereka yang
kecil, lemah, miskin dan tersingkir. Sebagai seorang guru, Yesus membasuh kaki
murid-muridNya sebagai wujud hakikatnya yang sejati sebagai seorang Guru.
Rabu, 27 Februari 2013
Doa Syukur dan Permohonan Untuk Gereja Katolik Semesta Atas Penggembalaan Bapa Suci Benedictus XVI dan pemilihan Sri Paus yang baru
Para Rama, Rama Paroki, Suster/Bruder/Frater serta saudari-saudara terkasih, seperti sudah kita ketahui bersama, Bapa Suci
Benediktus XVI pada tanggal 11 Februari 2013 mengumumkan secara resmi pengunduran
dirinya. Pengunduran diri Bapa Suci berlaku secara efektif mulai hari Kamis, 28
Februari 2013 pada pukul 20.00 waktu Roma atau Jumat, 1 Maret 2013 sekitar
pukul 02.00 WIB.
Dalam kerangka pengunduran diri Bapa Suci Benediktus
tersebut, kami mengajak seluruh umat di Keuskupan Agung Semarang untuk ikut
ambil bagian dalam dinamika Gereja Semesta. Di tengah aneka issue pengunduran
diri tersebut, kita ingin secara khusus berdoa bagi Gereja secara bersama-sama.
Ajakan ini berangkat dari tulisan Paus
Yohanes Paulus II yang terdapat dalam Dominicae Cenae: “Gereja dan dunia
sungguh memerlukan kebaktian kepada Ekaristi Mahakudus. Yesus menantikan kita
dalam Sakramen Kasih-Nya ini. Marilah kita tidak
berhemat dengan waktu kita. Marilah kita tidak hitung-hitung dengan waktu kita untuk menjumpai Tuhan dalam
Adorasi dan kontemplasi yang penuh iman dan siap memberi silih bagi dosa besar
dan kejahatan dunia. Semoga adorasi kita tak akan pernah berhenti!”. Tuhan Yesus sendiri menegaskan dan mengajak kita menjadi
penyembah-penyembah yang benar pada jaman ini “Tetapi saatnya akan datang dan
sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam
roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian” (Yoh.
4:23).
Jumat, 18 Januari 2013
Orang-Orang Indonesia Semakin Irasional?
Miris mendengarkan dan menyaksikan berita akhir-akhir ini di media-media tentang berbagai macam kejadian di Indonesia. Kejadian-kejadian itu seakan menunjukkan betapa negara ini tengah dilanda oleh virus irasonalitas. Salah satu contoh misalnya: oleh sekelompok Ormas, banjir di Jakarta yang terjadi pada tahun ini disebabkan oleh karena patung telanjang di Istana Negara, lantas adanya peraturan yang meyatakan larangan membonceng mengangkang bagi perempuan, penutupan sekolah-sekolah yang tidak mau menerapkan aturan walikota, pemerkosaan oleh ayah kandung sendiri, kisruh persepakbolaan nasional dan masih banyak lagi. Virus irasionalitas itu muncul ketika ide dan gagasan sekelompok orang tertentu itu hendak dipaksakan ke dalam komunitas masyarakat umum, atau ketika jawaban solusi tidak menyangkut sama sekali dengan akar persoalan. Mungkin orang-orang Indonesia sekarang ini terlalu tergesa dengan hidupnya, atau mungkin sudah lelah untuk mencari mana akar persoalan yang terjadi.
Ketika jawaban spontan, reaksioner dan diskriminatif itu dijadikan kata akhir, maka irasionalitas mulai tampak. Proses komunikasi politik yang sebenarnya adalah tindakan rasional, demi kepentingan umum tidak lagi berjalan normal. Yang ada hanyalah suara mayoritas yang ternyata justru jauh dari masuk akal. Dan anehnya, hal-hal itu justru menjadi berita besar dalam hidup bangsa ini. Mau sampai kapan, Indonesia akan terkungkung dalam irasionalitas ini? Mau sampai kapan golongan minoritas dan marginal akan terus terpinggirkan?
Indonesia membutuhkan kepemimpinan yang rasional, visioner dan juga tidak sekedar pencitraan. Sehingga kepentingan umum menjadi dasar yang hakiki dari setiap proses politik, bukan sekedar suara mayoritas. Jika mengandalkan suara mayoritas, bisa jadi Indonesia ini ibarat sekumpulan orang bodoh yang mengarahkan kapalnya ke pusaran air besar karena dipahami bahwa pusaran air besar itu adalah pintu surga. Mengapa kebodohan itu terus dijadikan suara mayoritas. Mengapa suara hati yang unik, murni dan baik itu kalah dengan suara mayoritas yang seringkali justru membungkam hati nurani?
Tidak perlu menyalahkan siapapun dalam situasi ini, tetapi marilah kita mulai kritis dari diri sendiri. Menyikapi segala bentuk irasionalitas dengan daya nalar yang masih utuh, disertai dengan hati nurani yang masih bersih. Semoga, dengan begitu, irasionalitas dapat dikikis dan digantikan dengan rasionalitas berdasarkan hati nurani bersih. Jangan sampai negeri ini terperosok ke dalam lubang kehancuran, karena kebodohan mayoritas, dan mayoritas yang bodoh.
Langganan:
Postingan (Atom)