Sabtu, 13 Juli 2013

Catatan Harian Mengikuti Bulan Pastoral: Senin, 8 Juli 2013



Kursus Bulan Pastoral memasuki minggu II. Hari ini diawali dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Edu dan Romo Raymond. Tetap dengan menggunakan metode liturgi dari Romo Kieser. Setelah perayaan ekaristi, dilanjutkan seperti biasa, dengan jadwal-jadwal yang sudah tersusun sedemikian rupa. Jadwal hari ini adalah sessi dengan Romo Priyana Marwan SJ tentang Komunitas Pelayan Pastoral.

Pada awal sessi, aku merasakan kebingungan untuk mengikuti dan menangkap maksud dari Romo Priyana tentang Komunitas Pelayan Pastoral.  Sementara teman-teman dapat menjawab pertanyaan dari romo Priyana, aku tetap saja diam, mencoba mencerna satu persatu maksud yang terungkap. Akhirnya sedikit demi sedikit aku memahami apa yang ada di sana. Salah satu hal yang menggugah adalah ketika pembicaraan itu mengajak kita untuk membentuk komunitas. Komunitas membawa warganya untuk bersama-sama mengalami kasih Allah. Komunitas itu berbeda dengan sosietas. Sosietas itu berdasarkan struktur karya, dan relasi di dalamnya terasa fungsional struktural belaka, namun komunitas bukan seperti itu. Komunitas mengajak setiap orang untuk bertumbuh, sesuai  dengan perjuangan imannya, memiliki kematangan pribadi yang baik.

Aku merasa masih memiliki banyak kekurangan dalam mendukung hidup berkomunitas, entah sebelum aku bertugas di Sragen, maupun saat bertugas di Sragen. Ada banyak keengganan serta kemalasanku yang akhirnya membuat komunitasku tidak terbantu karenanya. Aku mengakui, ternyata selama ini aku begitu banyak kelemahan. Aku masih perlu untuk terus belajar. Komunitas memerlukan kepekaan, kerelaan, kerendahan hati, semangat, sukacita, ketulusan, dan juga perhatian tulus terhadap sesama, saudara sekomunitas. Aku masih amat lemah dalam hal itu. Meski begitu, aku tidak merasa telah gagal, aku masih diberi kesempatan untuk memperjuangkannya dan mempelajarinya agar dapat sungguh hidup di dalam komunitas para pelayan pastoral.

Romo Priyana juga sempat bertanya tentang tanggal lahir kami masing-masing serta mengurutkan berjajar sesuai dengan tanggal lahir ini, urut mulai dari yang muda hingga yang paling tua. Dengan begitu kita akhirnya mengerti tentang jenjang usia yang ada. Sungguh menarik sebenarnya dalam membangun komunitas ini, sebab tidaklah mudah untuk saling memahami orang-orang yang tidak mudah untuk dipersatukan. Namun ada prinsip-prinsip umum yang bisa dipegang dan diterapkan: hospitalitas, kerendahan hati, perhatian, keterbukaan, komunikasi yang tulus, dsb. Di dalam komunitas, kita bersama mengalami kasih Allah itu yang dicurahkan bagi kita, yang akhirnya membangun pribadi pribadi untuk juga saling mengalami serta berbagi kasih Allah.

Pada akhir sessi, Romo Priyana mengajak untuk menyaksikan sebuah film pendek tentang flashmob orkestra yang begitu indah. Film itu mengajakku berpikir, bagaimana komunitas itu dibentuk dari kerelaan hati, ketulusan berbagi, dan juga kerendahan hati untuk tidak menguasai segalanya, namun memberi warna yang unik di dalamnya. Di samping itu, kesetiaan untuk tetap menjaga keheningan, menjaga relasi dengan Tuhan, akan membangun komunitas dengan baik. Aku bersyukur atas semuanya yang boleh aku alami, meski kutahu, aku tidak pernah menjadi sempurna, sebelum semuanya berakhir, seturut kehendakNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar